03 : Magic Word

34.2K 5.7K 822
                                    

          Soha adalah generasi ke-4 Queena Group. Dulu, nenek buyutnya membangun Queena dari nol, pada masa penjajahan Jepang. Saat itu Queena adalah perusahaan manufaktur kecil, yang hanya membuat kerajinan dari besi untuk dijual di pusat kota. Hingga kemudian usaha itu semakin berkembang pesat pada tahun 1945 saat Korea terbebas dari penjajahan dan dinyatakan merdeka.

Queena mulai membuat industri manufaktur besar yang membuat hampir seluruh barang-barang kebutuhan rumah tangga yang di-ekspor ke berbagai Negara. Queena adalah Queen, satu-satunya industri pertama---pada masanya yang berani mengambil resiko menjual barangnya tanpa laba, untuk tujuan memperluas pasar, hingga sampai di Eropa.

Hingga kemudian, pada tahun 1997 Korea mengalami krisis ekonomi. Saham Queena jatuh, dan aktivitas produksi menurun. Saat itu Ibunya yang sebagai generasi ke-3 mulai membuat inovasi baru dengan membuat unit perusahaan teknologi, yang menjadi bagian dari Queena Group.

Queena ada karena usaha, pengorbanan, dan air mata. Maka dari itu Soha berusaha keras menyalamatkan Queena yang sekarang diincar oleh pemegang saham maupun keluarganya sendiri.

Soha adalah anak tunggal, selain dia mempunyai 35 persen saham, ia satu-satunya pewaris yang berhak memimpin Queena. Tapi, keluarga yang lain menentang, mereka berusaha menjatuhkan dan berlomba-lomba menyingkirkan Soha untuk memimpin Queena.

Sejak kecil, beban Soha berat, ia dikelilingi oleh orang-orang bermuka dua yang kapan saja bisa menusuknya dari belakang. Itu sebabnya kepribadian Soha yang sekarang terbentuk. Setidaknya dia harus tetap hidup, untuk membuktikan dia lebih kuat dari Ibunya, yang pernah hancur karena laki-laki.

Itu alasan kenapa Soha memilih menutup hatinya untuk tidak jatuh cinta, dan hanya mengabdikan dirinya untuk Queena. Namun, akhir-akhir ini Hye Sun selalu berusaha meruntuhkan prinsip Soha. Wanita itu menginginkan anaknya untuk hidup, seperti manusia pada umumnya.

Dan di sinilah Soha berada. Lagi-lagi Hye Sun mengirim Soha ke sebuah pesta pernikahan relasi bisnisnya. Ia datang seorang diri, dengan tujuan mencari teman kencan. Katanya, “Siapa tahu nanti di sana kau menemukan pria tampan, Soha. Eomma tidak masalah dia siapa, dari kalangan mana, jika dia bisa membuatmu nyaman, Eomma mau-mau saja menjadikannya menantu. Keluarga kita sudah kaya, kau jangan sibuk mencari jodoh untuk memperkuat relasi bisnismu. Memangnya uang bisa membuatmu bahagia?”

Ya, pantas saja Hye Sun berbicara seperti itu, Soha sebentar lagi menginjak angka 28 tahun. Setidaknya dia harus menemukan seseorang untuk diajak berhubungan serius.

“Semua ini sangat konyol,” gumam Soha. Ia memandang laut di depannya. Orang yang menikah cukup kaya, karena mereka melakukan resepsi di sebuah kapal pesiar mewah di tengah laut. Cara ini cukup licik untuk mencegah tamu pulang setelah makan, memangnya mereka mau pulang menggunakkan apa?

Soha menyandarkan tubuhnya di pembatas kapal yang ada di luar. Tempat di mana hanya ada angin laut dan suara musik yang terdengar samar. Di dalam sedang ada pesta dansa, dan Soha tidak berniat untuk ikut. Bahkan dia tidak kenal siapa yang menikah.

Angin menyusup ke dalam kulit Soha yang memakai potongan gaun rendah. Ia bahkan meninggalkan mantelnya di meja makan. Tadi Soha buru-buru keluar mencari angin gara-gara ada seorang pria yang menghampirinya. Saat Soha ingin ke dalam mengambil mantelnya, sebuah tangan menarik Soha hingga tubuhnya terbentur di pembatas kapal.

Soha berteriak, tapi secepat itu juga sebuah tangan membekap mulutnya. Tangan itu menyeret tubuh Soha hingga ia terdorong ke belakang.

Soha melirik orang-orang yang berpesta di dalam. Karena angin laut di malam hari sangat keras, tidak ada seorang pun yang mempunyai niatan untuk keluar. Soha masih membrontak, ia menggigit laki-laki itu, hingga tangan yang membekapnya terlepas.

The Proposal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang