TETANGGA

118 22 0
                                    

Aku membeku menatap Keyla. Sedang apa cewek ini ada di rumah Tante Eli pagi-pagi sekali begini? Dan lagi Keyla memakai baju santainya; celana pendek selutut dan kaus berwarna kuning pucat. Di tangannya ada sebuah piring berisi kue lapis Surabaya. Cewek itu juga membeku melihatku. Mungkin ia juga berpikiran sama denganku saat ini.

Saka di sampingku berjalan tenang menghampiri Keyla. Ia mengambil piring di tangannya dan menaruhnya di atas meja makan.

“Bilang makasih ke Tante Ira, nanti gue ke sana abis mandi.” Kata Saka.

Keyla mau tak mau mengalihkan pandangannya dariku dan menatap Saka. Kemarahannya masih terceta jelas di matanya, aku ragu Saka tak menyadarinya.

Aku membersihkan tanganku, ragu dengan apa yang harus kulakukan setelah ini.

Tante Eli muncul di belakang Keyla, sudah rapi dengan bajunya, “Key, nganter apa pagi-pagi?”

Keyla memutar badannya setelah berusaha meredam kemarahannya, “Pagi, Tan. Aku nganter oleh-oleh dari Mama.”

“Mamamu udah pulang dari Surabaya? Kapan pulangnya?”

“Semalem, Tan.”

“Oh, ya? Kok Tante gak denger suara mobil dateng, ya? Jam berapa emang?”

“Jam 10, Tan.”

“Oalah. Tante belum pulang kalo gitu.” Tante Eli melihat kue yang Keyla bawa dan mengucapkan terima kasih.

Aku sejak tadi berdiri di depan wastafel, tak berani menyela. Saka juga diam saja dan hanya menyimak dari sisi Tante Eli.

“Oiya, Key, ini semalem Taya nginep di sini.” Tante Eli mengibaskan tangannya, menyuruhku mendekat, “Tadi pagi Saka cerita, semalem mereka nonton eh dia malah nurunin Taya di toko Tante bukannya dianter sampe rumah. Makanya Tante bawa pulang aja.”

Keyla memaksakan senyumnya, “Aku kaget liat dia ada di sini." ia beralih padaku, "Lo mau main ke rumah gue sekalian? Rumah gue di seberang.”

Aku mengangkat alis, tak bisa mengabaikan nada pamernya. Ia sedang mencoba mengusikku, menunjukkan betapa dekat dirinya dan Saka. Dan hal itu berhasil. Pantas saja Keyla ada di sini dengan pakaian santainya.

“Tante mau berangkat ke toko, ngecek bahan. Tante tinggal, ya? Saka, Tayanya jangan lupa dianter ke rumah kamu.”

Aku melirik Keyla yang mengernyit mendengar perkataan Tante Eli. Aku melengos, tak mau menatap kemarahan di matanya. Aku menyalami Tante Eli, Saka dan Keyla juga melakukan hal yang sama.

Kami mengantar Tante Eli hingga halaman, melihat mobilnya melaju membelah jalanan kompleks. Aku berdiri di samping Keyla yang setelah hilangnya mobil Tante Eli di ujung jalan langsung menoleh padaku.

“Gue mandi dulu. Abis itu gue ke rumah lo, Key. Baru gue nganter lo pulang, Ta.” Kata Saka, “Lo mau ke dalam mandi juga atau gimana?” tanya Saka padaku.

Keyla di sebelahku langsung menyergah, “Taya mandi di rumah gue aja. Lagian di rumah lo nggak ada baju ganti.”

Saka mengangkat alis, mencoba mencerna tawaran Keyla.

Aku pun sama. Kenapa cewek ini jadi tiba-tiba baik padaku? Tapi aku tak perlu mempertimbangkan tawarannya karena memang itulah pilihan paling baik daripada terjebak dengan Saka di dalam rumah Tante Eli.

“Oke. Gue ikut Keyla.” Kataku.

Keyla tampak terkejut, sepertinya ia sendiri tak menyangka aku akan memakan umpannya. Ia berdeham lalu berjalan keluar dari halaman rumah Saka lebih dulu. Aku melambaikan tangan pada Saka yang mengerutkan dahinya, sepertinya ia tak mengerti jalan pikiranku yang mau menerima tawaran Keyla—yang notabene adalah cewek yang melabrakku.

Malam&Kamu [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang