Sudah kuputuskan, kelas 12 bulan November atau Desember nanti aku akan menyatakan perasaanku secara jujur kepada Nelsin agar dia tahu maksudku yang sebenarnya mendekati dia. Karena aku tak ingin dia menyimpan perasaan yang tidak bisa aku pertanggung jawabkan. Aku tetap harus bisa menjaga perasaannya agar tidak menjauh dariku walaupun aku telah mengatakan semuanya secara jujur. Dan aku tak ingin persahabatan yang telah aku bangun dari awal aku mengenalnya itu sia-sia. Dia adalah teman bukuku yang pertama dan terakhir di SMA ini.
Di saat kelas 12 ini aku menghabiskan waktuku untuk memperhatikan dirinya yang terkadang saat hendak berbelanja ke kantin mencuri-curi pandangan kepadaku atau jika aku tidak kelihatan, dia akan mencari-cari aku.
Ingin sekali rasanya aku menggenggam tangan wanita yang seperti itu. Cintanya seakan-akan masih murni belum pernah ditempati oleh orang lain. Dan kali ini cintanya ditempati oleh diriku.
Pernah suatu hari aku tidak ingin untuk berkata sejujurnya di hadapan Nelsin. Karena aku tahu bakal ada sesuatu yang terjadi jika aku mengatakan itu. Ketakutan terbesarku adalah jika dia marah lalu dia sedih dan tak ingin menjadi teman yang aku dambakan dari awal melihat dia. Dan aku sadar bahwa satu-satunya cewe yang membalas perasaan yang aku kasih, hanya dia satu-satunya. Cewe lain yang pernah aku kasih cintaku, rata-rata semua menganggapnya sebagai angin lalu, kebanyakan dari mereka lebih menyukai bad-boy ketimbang orang seperti aku.
Jujur saja, dikelasku ada cewe cantik, putih, baik, dan lumayan pintar bisa berpacaran dengan orang yang nakal, suka bermain dengan cewe lain, mulutnya kotor, dan banyak sifat negatif lainnya. Aku merasa heran melihat orang seperti itu, seakan dia tidak punya pilihan lain yang bisa dia dapatkan. Dan yang lebih mengherankan dari teman sekelasku ini adalah dia walaupun sering dibentak-bentak sama cowonya itu, dia tetap menjalin hubungannya dengan yakin. Walaupun aku tidak sesuci orang yang suci akan tetapi aku sedikit lebih bersih ketimbang dia.
~~~
Hari Senin tepat saat jam istirahat pertama aku turun kebawah mencari Nelsin dengan membawa niatku, yaitu mengajak dia membaca buku di perpustakaan sekolah. Aku melihat dia duduk di tempat biasa dia nongkrong dengan temannya.
"Dek, ke perpus yuk" ajakku
"Ke perpus?" tanya Nelsin
"Iya, yuklah, ajaklah temanmu"
"Yuklah" temannya pun mengiyakan apa yang dia katakan Nelsin.
Saat berjalan menuju perpus, aku sekali-sekali melihat ke belakang untuk melihat Nelsin. Aku melihat wajahnya yang kelihatan bahagia dan senyumnya tersebar sia-sia karena senyumnya bukan untukku. Tetapi untuk orang-orang yang dilewatinya.
Nelsin dan temannya sedang mencari-cari buku, begitu juga denganku. Oiya, aku kala itu juga bersama temanku yaitu Riko, teman nongkrongku.
Aku memilih kursi didekat buku-buku agar mudah untuk mengambil buku lainnya.
Ketika sedang membaca aku perhatikan si Nelsin dan temannya duduk lesehan dekat sedikit dekat dengan komputer riset perpus. Aku pun pindah dari tempat duduk semula ke tempat Nelsin.
"Dek, baca apa tuh?" tanyaku menyamperi dia.
"Ini bang, bukunya" Nelsin memperlihatkan bukunya kepadaku
"Oohh"
"Iya"
"Oh iya, ngomong-ngomong adek dah terima lapor bayangan belum?"
"Belum"
"Masa iya sih belum?"
"Iya bang belum" jawab temannya "Emangnya abang udah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Segelas Green Tea
Teen FictionSiapa kira cinta diperuntukkan untuk mereka yang punya ribuan materi. Seorang anak sekolah yang awalnya dikhianati pun juga dapat bangkit sembari mencari jati dirinya. Kalau cinta diibaratkan sebuah bola, maka semua orang akan punya yang namanya cin...