Hari ini tepat hari rabu, semua telah berkumpul di tempat perjanjian awal yang disepakati di grup chat waktu itu.
Untuk pengambilan pertama itu adalah peranku mempunyai watak yang romantis dan juga misterius. Aku memainkan peran dengan lumayan handal karena aku sering menonton film-film yang mempunyai karakter seperti ini. Karakterku disini punya kesan yang misterius, pintar, dan yang paling utama disukai oleh tokoh Nelsin.
Nelsin saat itu memainkan peran dengan cukup bagus, walau terkadang dia cukup canggung terlebih saat adegan marah dengan temennya. Aku harus berulang-ulang mengambil gambar sampai benar-benar pas.
Orang dibalik layar cukup handal memainkan kamera dan alat lainnya. Walaupun tidak lengkap dan dengan alat yang canggih, tetapi skill teman-temanku tak bisa dianggap remeh. Salah satu dari mereka pernah memenangkan lomba video pendek terbaik nasional. Ia bernama Zaron.
Setelah syuting hari itu selesai aku langsung saja pamit dan setelah itu akan pergi ke halte busway berhubung hari belum sangat sore. Kala itu masih menunjukkan pukul 4.30, masih ada waktuku untuk sampai rumah tidak kemalaman walaupun cukup jauh jaraknya.
Belum berapa menit saat setelah aku pamit pulang. Ada teriakan dari belakangku yang awalnya kukira suara orang lain memanggil temannya. Karena saat itu kami berada di tempat parkir di sebuah restoran. Kami disana juga bagian dari syuting. Teriakan itu makin lama makin mendekat dan ternyata itu Nelsin. "Bang!!"
"Apa dek?" Tanyaku heran.
"Abang dah mau pulang bang?"
"Iya dek, kenapa? Adek masih belum dijemput?" tanyaku
"Hhmm, bang pulang bareng boleh ngga?" kata Nelsin "Aku agak takut pulang jam segini nanti mama papaku takut salah paham. Abang bisakan jelaskan sama orang tua aku?"
"Hhmm gimana yaa, abang nggak bisa nganterin sampai dekat rumah. Lagian abang naik busway pulangnya."
"Please.."
"Okelah, tapi kamu harus hati-hati ya"
"Makasih bang" Nelsin langsung memelukku dari belakang.
Lalu akupun berjalan menuju halte busway dengan Nelsin yang jaraknya tak terlalu jauh dari tempat kami ini. Tak banyak pembicaraan kami saat berjalan pulang. Awalnya aku juga bingung apa yang akan kulakukan. Hingga aku secara spontan "Dek, mama adek tau gak kalau adek ikutan syuting ini?"
"Tau bang" jawabnya.
"Terus apa pendapat mama?"
"Katanya kalau dipercaya orang yang bener, jangan kecewain orang. Adek langsung berpikir disitu, gak mungkin adek rela ngecewain Abang Raffi yang dah baik sama Nelsin ini. Hihi"
Sepanjang perjalanan, aku merasa sangat nyaman berada di samping Nelsin. Rasa ini jarang kurasakan dalam hidupku. Aku seperti tak ingin meninggalkan dunia karena aku sudah terlalu nyaman disini juga banyak kenangan yang tak bisa kutinggalkan.
Kalau kalian mengerti apa yang kumaksud, kalian pasti tahu bagaimana rasa yang hinggap kepadaku.
Tak satu patah kata pun yang diucapkannya saat di perjalanan hingga sampai ke halte dekat rumahnya. Sesampainya disana aku tak bisa mengantarnya lebih jauh aku takut kemalaman sampai di rumah nanti. "Dek, sampai disini aja ya. Maaf gak bisa sampai rumah, takut kemalaman. Dah! Hati-hati ya dijalan."
Saat busway hendak sampai dekat halte rumahku, HP-ku tiba-tiba berbunyi di kantong. Langsung saja kuangkat. Ternyata mama Nelsin menelponku.
"Halo, sore, dengan Raffi ini kan?"
"Sore, iya nte, ini Raffi. Ada apa ya nte?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Segelas Green Tea
Teen FictionSiapa kira cinta diperuntukkan untuk mereka yang punya ribuan materi. Seorang anak sekolah yang awalnya dikhianati pun juga dapat bangkit sembari mencari jati dirinya. Kalau cinta diibaratkan sebuah bola, maka semua orang akan punya yang namanya cin...