Pada suatu hari di hari senin, ada acara yang diadakan di sekolahku yaitu acara Sumpah Pemuda. Semua siswa di harapkan dapat memakai baju adat dari daerah masing-masing.
Mendengar informasi itu aku langsung kebingungan akan pakai apa. Karena di kosanku tidak ada kubawa dari rumah baju adat. Akhirnya aku menyewa dari salon yang ada menyewakan baju adat. Harganya ketika itu sekitar seratus ribuan.
Aku memilih untuk memakai baju adat minangkabau, karena aku sendiri adalah minang. Menyesuaikan dengan diriku.
~~~
Keesokan harinya aku datang dengan memakai baju adat itu. Baju adat yang kupakai warnanya merah dengan ornamen emas ditengah bajunya dan ada topi yang menjadi pasangan dari bajunya itu. Celananya pun juga sama, warna merah ditambah dengan ornamen berwarna emas.
Aku yang pada saat itu bingung mau ngapain, akhirnya mulai mendekatinya dan memberanikan diri untuk berbicara langsung dengan dirinya.
"Dek," kataku dari belakangnya"Apa bang?" jawabnya menoleh ke belakang. Tak aku sangka dia bakal membalas sapaku kali ini, biasanya dia hanya melihatku.
"Abang boleh minta foto dengan adek ngga?"
"Hmm, boleh ngga ya?" dia menyentuh pipinya dengan jari tunjuknya. Sepertinya dia sudah mulai mau berteman denganku.
"Boleh yaa" bilangku
"Yaudah, pakai kamera adek aja ya"
"Seterah aja mah kameranya yang penting fotonya sama momennya"
"Momen apa bang?"
"Udah, lupain hehe"
"Yahh"
Rasa senangku tak cukup sampai disitu saja. Temanku, Sahmi yang kenal dekat dengan Nelsin itu berkata kepadaku di kelas hari itu juga.
"Raf, kayaknya adek tu suka sama kau" kata Sahmi .
"Kenapa?" tanyaku.
"Feednya yang ngga biasa ke kau"
"Masa sih"
Lalu aku teringat dengan prinsipku aku hanya ingin dia jadi sahabat bukuku. Aku harap hari ini tak membuat diriku jatuh cinta kepada Nelsin. Ini merupakan hal yang berat untukku karena menyembunyikan cinta seolah tak ada itu, mungkin merupakan sebuah kemustahilan. Tapi aku harus lakukan, apapun alasannya.
Setelah percakapan itu Sahmi pun pergi keluar kelas karena ada tugas dari guru yang akan dia lakukan.
Saat jam olahragaku dan Nelsin ternyata sama. Juga sama-sama di hari Selasa. Aku menyadarinya kala itu mengambil nilai dengan guru olahrgaku salah satu materi pelajarannya. Tidak sengaja melihat kebelakang, ternyata ada Nelsin dan temannya juga olahraga dengan gurunya.
Setelah mengambil nilai itu, aku pun duduk di bawah pohon untuk istirahat beberapa saat. Tidak lama setelah itu teman aku pun datang duduk dekat denganku dan berbicara bersama.
Ketika sedang asyik bercanda di bawah pohon yang rindang, aku melihat Nelsin dan temannya juga ikut duduk di bawah pohon di samping pohon yang kami duduki. Tak tahu apa maksudnya mereka ikut duduk di samping pohon tempat kami bercerita. Kalau menurutku mereka bisa saja mereka duduk dengan jarak dua pohon di samping kami. Akhirnya aku berpikir positif saja, mungkin saja di pohon sana ada genangan air karena hari sedang gerimis kecil saat itu.
Dia mencuri-curi pandang ke arahku saat aku berbicara dengan teman-temanku. Karena seperti ada rasa dan keinginan dari matanya, aku pun datang ke tempat dia dan temannya.
"Watsap?!!" kataku. Teman-temannya keheranan karena aku datang tiba-tiba pada mereka yang mana mereka masih belum mengenalku.
"Napa bang?" tanya Nelsin.
"Ngga ada sih, cuman mau kepo aja, hahaha" jawabku.
Kubisikkan ke telinga Nelsin "Dek, ada kontak medsos ngga? Kalau ada kasih abang jam istirahat nanti ya" mintaku. "Kalau adek mau aja" lanjutku untuk tidak terlihat memaksa.
Setelah itu aku pergi ke tempat temanku lagi. Tatapan Nelsin ke aku semakin mendalam tidak seperti pandangan dia yang tajam biasanya. Aku tak tahu apa yang akan aku lakukan untuk wanita yang sudah seperti ini. Karena ini benar-benar suatu tantangan yang besar bagiku.
Hari demi hari aku memperhatikannya, sepertinya Nelsin yang kukenal diawal tidak sama seperti yang aku kenal sekarang. Saat ini dia berbeda dengan Nelsin awal-awal aku kenalan, yaitu saat hujan-hujan aku meminta kenalan dengan dia dan dia menatap aku dengan tajamnya dan agresif. Dan pergi meninggalkan aku tanpa meninggalkan sepatah kata apapun.
Tetapi sekarang dia tidak menunjukkan itu lagi, melainkan dia menatapku dengan pandangan yang dalam, yang bisa membuatku jatuh hati. Sebenarnya hatiku yang terdalam juga ingin menjalin hubungan dengan dirinya, tetapi aku tak bisa egois dengan tujuanku.
Pada saat aku memakai baju melayu sekolahku, aku berbicara seperti biasa dengan teman-temanku di luar pagar sekolah. Saat temanku sedang berbicara mengenai game yang tadi malam dimainkannya. Aku melihat Nelsin berhenti tepat di depan tempat aku lagi terbengung. Aku positif thinking lagi kala itu, karena dia hanya ingin berhenti biasa.
Tapi ada yang lebih membuatku susah untuk berpositif thinking lagi, karena dia berdiri di belakangku sendiri dan seolah-olah dia sedang asyik sendiri. Aku sadar apa yang dia lakukan saat itu, karena walaupun kelihatannya dia sedang asyik sendiri tapi pandangan matanya sekali-sekali melihat kearahku.
~~~
Di rumah aku langsung mencari tahu tentang dia media sosial yang dia kasih saat keluar main kedua.
Tak butuh waktu lama aku menyimpan hampir keseluruhan foto yang dia unggah di media sosialnya. Kupandangi fotonya dikamarku yang sejuk karena udara diluar masih berhembus setelah hujan deras tadi.
Ada rumor yang aku dapat dari teman sekelasku yang dekat dengan Nelsin. Katanya Nelsin sedang musuhan dengan teman yang selalu menemaninya kemana dia pergi karena Nelsin katanya sudah berubah. Katanya juga Nelsin lebih memilih untuk memperhatikan orang yang baru dia suka ketimbang berbicara dengan dia teman yang selalu bersamanya seperti biasa.
Padahal yang menyukai Nelsin di sekolah itu ada banyak tetapi sepertinya perhatiannya tertuju padaku dan itu membuatku merasa bersalah karena telah membuat seseorang jatuh cinta tanpa ada niat untuk membalasnya.
Saat sedang melihat-lihat fotonya aku terlelap dengan tangan memegang hape. Tak banyak yang tahu tujuanku sebenarnya mendekati Nelsin. Yang mereka tahu aku menyukainya dan akan menjadikan ia pacar. Tetapi itu salah, karena tujuan sebenarnya bukan itu, melainkan aku ingin mempunyai sahabat yang suka membaca buku dan asyik diajak bercanda.
Karena kala itu aku sudah sangat mengantuk berat. Tak banyak yang aku mimpikan karena aku sangat nyenyak tidur sehingga tak ada satu mimpi pun masuk dalam tidurku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segelas Green Tea
Teen FictionSiapa kira cinta diperuntukkan untuk mereka yang punya ribuan materi. Seorang anak sekolah yang awalnya dikhianati pun juga dapat bangkit sembari mencari jati dirinya. Kalau cinta diibaratkan sebuah bola, maka semua orang akan punya yang namanya cin...