#. DAY 1

5.6K 844 135
                                    

#. DAY 1 Kita, Kimbap, dan Semangka.

✦✦✦

Play Date. Sebuah frasa yang mampu membuat Minhyung porak poranda. Hela napas berat lolos dari kedua bilah tubirnya. Satu demi satu pertanyaan terkait nasib mengenaskan yang menimpanya pun bermunculan dalam benaknyaㅡmenghanyutkannya dalam sirkum yang tidak menyenangkan. Tetapi dari sekian banyak pertanyaan, agaknya kata tanya ‘kenapa’ yang menginvasi relung pikir sang pemuda Lee.

Kenapa?

Kenapa harus dipasangkan dengan Renjun? Seseorang yang masih menyimpan sejuta rasa untuk adiknya. Seseorang yang masih diliputi kekaguman pada sosok sang adik.

Tidakkah cukup kedua orang tuanya saja yang lebih mengasihi adiknya daripada dirinya? Mengapa ia juga harus terjebak dengan orang lain yang teramat mencintai sang adikㅡkendati ikatan antara keduanya telah kandas?

Minhyung mengulas senyum getir. Bagaimana perlakuan kedua orang tuanya yang menjadikan sang adik sebagai prioritas mengalir deras dalam ruang ingatannya. Setiap prestasi yang Minhyung cetak tak lebih dari sekadar hal yang lumrah; tidak ada sanjungan, apalagi dekapan hangat yang ia peroleh dari kedua orang tuanya. Lain hal dengan sang adik; apapun yang ia perbuat akan selalu dijunjung oleh kedua orang tuanya.

“Kudengar Renjun menjadi pasangan Play Date-mu, Hyung.” Ujaran konfirmatif yang diimbuh kesan sarkastik memutus lamunan panjang Minhyung. Dirinya yang tengah merenung di patio barat kediamannya pun menoleh, mendapati sang adik yang tengah bersidekap tidak jauh dari jangkauannya.

Tidak ada satu deret fonem yang membelah bibir Minhyung. Enggan untuk menyambut api yang baru saja dipantik oleh adik lelakinya.

“Dia masih mencintaiku,” ungkap sang pemuda Lee yang lebih muda. Tak pelak membuat Minhyung merotasikan kedua netranya jengah. Terkadang ia tak habis pikir dengan sang adik yang terlampau panggak.

“Tidak ada hubungannya antara Play Date dan perasaannya, Jeno. Terlebih, saya juga tahu kalau dia masih mencintaimu.”

Gelak tawa Jeno pecah, memekak kedua rungu sang kakak. “Lalu? Kalau Hyung sudah tahu, kenapa tidak menyerah saja? Aku adalah salah satu panitia inti yang berpengaruh, akan kupertimbangkan jika Hyungㅡ”

Gigi geraham Minhyung bergemeletuk marah. Dirinya tak lagi memberi ruang bagi Jeno untuk menggenapkan penawaran memuakkannya. “Kamu terlalu banyak berbicara, Jeno. Tujuan saya bukan hanya memenuhi kewajiban Play Date, tapi juga untuk membahagiakan Renjun.”

✦✦✦

Dering lonceng meretas atmosfer serius artifisial yang melingkupi ruang kelas yang tengah dicekoki pemaparan seorang guru tambun perihal teori perekonomian tertutup. Praktis membuat kesadaran setiap entitas dalam kelasㅡterkecuali sang guruㅡbangkit; bak terisi hingga titik maksimum. Siapa pula yang tidak akan demikian jika mendengar penanda waktu istirahat tiba, bukan?

Tidak juga.

Pengecualian kentara bagi seorang Lee Minhyung yang tengah memendar pandang. Kala setiap pasang tungkai mulai berangsur meninggalkan ruang kelasㅡentah untuk mengejar ketertinggalan antrean mendapat jatah makan siang, pergi ke perpustakaan, atau sekedar adu ketangkasan paras dengan godaan picisanㅡ, Minhyung justru terdiam dalam sepi. Seluruh asanya menolak diri untuk sekedar beranjak dari tempat duduknya kini.

PLAY DATE ( MARKREN. )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang