#. DAY 5

3.8K 648 209
                                    

#. DAY 5┊Kita, Jeno, dan Mama.

Peringatan: 2966 kata dan sangat membosankan, maaf. 😔

✦✦✦

Jarum jam mengarah ke angka lima, mendorong para insan yang tengah menekuri kegiatan belaajr atau sekedar menuntaskan beban tugas untuk bergerak lebih cepat. Secara impulsif, para penghuni kubikus khusus di ruangan perpustakaan pun berkemas. 

Satu demi satu berlalu; entah itu meninggalkan ruangan ataupun memasuki antrean peminjaman buku referensi. Lain hal dengan Renjun yang masih berkutat dengan secarik kertas berisikan daftar referensi yang ia butuhkan untuk mampu merampungkan tugas juga mempersiapkan amunisi ulangan hariannya pekan depan. 

Renjun memendar pandang dan bergerak teramat cepat. Kedua kuasanya sibuk memilah beberapa buku referensi terkait. Tidak sampai persona lain mengulurkan sebelah kuasanya dan membantu Renjun meraih salah satu buku yang tidak mampu ia jangkauㅡsalahkan para petugas perpustakaan yang menaruhnya di tempat tinggi, jangan salahkan postur tubuh Renjun.

"Terima kasih atas bantuannya," rapal Renjun seraya membungkukkan posturnya samar. 

Kala Renjun mendongak, kedua iris karamelnya membola sempurna. Tubuh sang oemuda Huang meremang untuk sepersekian detik. Seseorang yang telah memberikan bantuan padanya merupakan orang terakhir yang ingin ia temui di muka bumiㅡini serius; siapa pula yang sudi bertatap muka dengan mantan kekasih di saat hubungan pasca putus tidaklah terjalin dengan baik?

"Buku ekonomi, hm? Ada materi yang ingin kamu pelajari?"

Pertanyaan yang Jeno kebumikan hanya mampu dibalas anggukan yang kepalang kikuk. 

"Materi apa? Mungkin aku bisa membantumu," tawar Jeno dengan senyum sehangat rembulan yang tercetak apik di paras tampannya. 

"Tidak apa-apa, Jeno. Terima kasih atasㅡ" 

Belum genap penolakan yang hendak Renjun utarakan, bariton khas yang akrab dengannya belakangan ini pun menginterupsi tanpa permisi. "Ren?" 

Renjun menelengkan kepala; mendapati presensi Minhyung di sebelah kanannya dengan air muka yang tak bersahabat. "Sunbaeㅡ"

"Bukankah aku menyuruhmu untuk menunggu di dekat jendela? Kenapa kamu ada di sini?" 

Sorot kedua netra kelam Minhyung yang tampak seratus kali lebih menyeramkan membuat Renjun terperangah; sedikit gusar akan berbagai kemungkinan skenario buruk yang dapat terjadi. "Aku bukanㅡ"

"Jadi kamu akan belajar dengan Jeno? Ya sudah."

Batin Renjun bersungut tak suka; lagipula apa motif Minhyung memangkas kesempatan bagi dirinya untuk memaparkan situasi yang sebenarnya terjadi? Satu hela napas pun terbit setelahnya. "Aku tidak"

"Apanya yang tidak? Kamu bisa belajar dengan Jeno jika kamu mau."

"Eish! Bukan begitu! Jeno membantuku mengambil buku ini. Sudah, sekarang ayo kita pergi," dumal Renjun yang tak lagi mampu mentolerir tingkah kekanakan Minhyung. Digamitnya pergelangan tangan Minhyung dan dengan sengaja menariknya tanpa mengimbuh antipati barang sedikit pun. Masa bodoh jika Minhyung terseok-seok dan kesulitan dalam menyelaraskan langkah keduanya.

Keduanya berlalu tanpa menguntai salam perpisahan pada Jeno yang sedang terpekur. Dirinya belum mampu mencerna opera sabun yang baru saja disuguhkan oleh sang kakak juga mantan kekasihnyaㅡright in front of his salad?

PLAY DATE ( MARKREN. )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang