CHAPTER 1 NIGHTMARE

55 13 11
                                    

Malam mulai merapat di langit Gahana. Kastil-kastil megah yang semula gelap, kini diterangi cahaya kemilauan. Tak terkecuali kastil Tuan Emerald. Kastil terbesar dan termegah di Gahana itu bermandikan cahaya yang gemerlapan. Benar saja, mereka adalah keluarga bangsawan terkaya sekaligus saudara dekat keluarga kerajaan.

Malam itu Tuan Emerald sedang berada di ruang membaca ditemani putranya, Morgan. Makan malam telah usai dan mereka pergi ke ruang membaca tanpa Nyonya Amber dan Amethyst. Ada sesuatu yang harus mereka bicarakan.

"Ayah ingin kau mengantarkan helikopter itu ke Paman Archaziel. Katakan saja bahwa itu hadiah balasan untuk cincin rubi yang ia berikan. Dan satu hal lagi, berikan surat ini pada pamanmu di saat kalian hanya berdua saja," ujar Tuan Emerald.

"Aku tidak boleh melihat isi surat ini kan?" tanya Morgan dengan raut wajah sendu.

"Sudah sering kukatakan, suatu saat nanti kau akan tau, Morgan."

"Baiklah, ayah. Selamat malam." pamit Morgan sembari memasukkan surat itu ke sakunya lalu melangkah pergi meninggalkan ayahnya.

_*_

Morgan melompat ke ranjangnya lalu menatap langit-langit kamarnya. Ia melamun. Banyak pertanyaan menyeruak di benaknya, tetapi ia tahu suatu saat nanti ia akan mengetahui segalanya. Iya, segalanya.

Ia mengeluarkan ponsel yang ia dapatkan dari Bumi. Layarnya menunjukkan pukul 09.10 malam. Ia membuat panggilan cepat.

"Besok aku akan kesana." ujar Morgan.

"Sungguh kau akan kesini?" tanya seseorang di ujung saluran yang lain.

"Iya, sungguh. Kau kangen aku ya?"

"Enggak tuh. Ngapain kau kesini?"

"Membawakanmu Sugar Skull."

"Kau memang yang terbaik!"

"Kau cepat tidur sana. Kau harus menyambutku besok pagi. Selamat tidur!"

"Sampai jumpa besok."

Morgan mengakhiri panggilan itu lalu memandangi lekat-lekat layar ponselnya sembari tersenyum sendiri.

Aldric berdiri bersandar di pintu kamar Morgan, memandangi Morgan yang tengah asik tersenyum sendirian seperti orang gila.

"Kau gila?"

Morgan menoleh ke arah suara itu berasal lalu beranjak dari ranjangnya dan menghampiri Aldric, "kau sudah datang? Masuklah!"

Mereka berjalan menuju sudut kamar dan duduk di salah satu sofa di dekat jendela. Tak lama, seorang pelayan mengetuk pintu. Pelayan itu membawakan dua cangkir teh dan beberapa pakaian tidur untuk Morgan dan Aldric.

"Kau sudah tau tempat yang ku maksud?" tanya Aldric memastikan.

"Graveland sudah seperti pekarangan belakang rumahku. Tak ada tempat di Graveland yang tak kuketahui."

"Baiklah, aku akan mengandalkanmu."

Mereka mengobrol selama sisa malam itu hingga teh mereka tandas tak bersisa dan jatuh tertidur di sofa tanpa berganti pakaian.

_*_

Sinar bulan yang lembut masuk melalui jendela yang tiarinya tersingkap, menerangi tubuh Marielle yang tengah tertidur di ranjang empuknya. Sesekali ia bergerak dalam tidurnya. Raut wajahnya nampak gelisah. Sepertinya malam ini, mimpi menghampiri tidurnya.

"Kau bukan adik kami!" ujar seorang anak laki-laki.

"Kau selalu membuat kami malu dan jadi bahan ejekan!" ujar seorang anak laki-laki yang lain.

Terra de Fiori (Daratan Fiori) - Re-WriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang