CHAPTER 6 EARTH

33 9 10
                                    


Matahari baru saja terbit, burung-burung yang semalaman bertengger di dahan-dahan pohon kini berkicau dengan riuh. Tak kalah riuh, di ruang santai, Marielle dan Morgan tengah asik memeriksa barang bawaan mereka sebelum berangkat menuju Gahana, kampung halaman Morgan. Mereka akan menyusul rombongan yang sudah berangkat lebih dulu semalam.

"Kau yakin semua sudah ada di dalam tas?" tanya Marielle.

"Kau sudah menanyakan itu 7 kali sejak aku bangun, dan ya, sudah semua, nyonya Marie." jawab Morgan.

"Kau ini. Aku serius. Jangan sampai ada yang tertinggal. Kita akan pergi ke dunia lain, kau tahu!"

"Aku lebih tahu darimu, aku yakin kau akan menyesal karena membawa barang sebanyak itu."

"Percayalah, ini hanya sebagian kecil dari barang yang seharusnya aku bawa." tegas Marielle.

"Inilah mengapa aku nggak pernah bisa mengerti kalian para perempuan." gerutu Morgan.

Mereka keluar ke halaman villa tepat saat Aldric dan Maggie baru saja tiba. Semua barang bawaan mereka telah dimasukkan ke kereta kuda yang berbeda karena jumlahnya terlalu banyak, tentu saja sebagian besar adalah barang bawaan Marielle dan Maggie.

Di tengah perjalanan, Marielle mengeluarkan sebuah bungkusan besar berisi tumpukan kotak makanan yang terisi penuh. Ada roti gandum, salad ambrosia, roti isi selai dan beberapa potongan buah.

Tanpa menunggu dipersilahkan, Morgan sudah bersiap menyantap makanan dengan garpu dalam genggamannya. Saat Morgan hendak menyantap salad ambrosia, Marielle menghentikannya.

"Kita harus berdoa dulu." ujar Marielle.

Aldric yang sedari tadi tak unjuk suara, tiba-tiba menawarkan diri untuk memimpin doa. Mereka menengadahkan kedua tangan setinggi pinggang lalu memejamkan mata.

"Kepada Sang pemberi kekayaan tumbuhan, O Dewa Zounka, Dewa pencipta seluruh hewan. Atas berkatmu kami dapat menyantap makanan yang menjauhkan kami dari kelaparan. Terpujilah seluruh alam semesta beserta seluruh langit dan lautan yang menjadi saksi bagi keagungan Galaxia."

Mereka membuka mata setelah doa selesai dipanjatkan. Dengan secepat kilat, Morgan menyambar salad ambrosia di hadapannya tanpa menunggu yang lain.

Maggie hanya memandangi deretan makanan di depannya seolah ia tak memiliki tenaga untuk mengangkat sebuah garpu.

"Aku lelah sekali, bisakah kau menyuapiku?" ujar Maggie manja pada Aldric.

"Kau nggak perlu memakannya kalau kau nggak bisa." ujar Aldric sekenanya.

Marielle tersenyum diam-diam mendengar percakapan Maggie dan Aldric.

_*_

Semua anggota yang akan ikut pergi ke Bumi sudah berkumpul di kuil termegah yang ada di Gahana. Pilar-pilar kuil itu terbuat dari marmer hitam, langit-langitnya berhiaskan permata yang berkilauan karena pantulan cahaya matahari dan di bagian tengah kuil ada sebuah berlian raksasa seperti yang ada di taman dekat villa. Di belakang berlian itu, ada sebuah gerbang yang sangat tinggi dan lebar yang tertutup tirai sutra. Di sanalah, satu-satunya jalan menuju dunia lain.

Pendeta Victor maju ke depan para rombongan dan mulai berdeham.

"Sebelum kita menyeberang, akan aku ingatkan sekali lagi. Setelah kita menyeberang, dilarang menggunakan kemampuan khusus apapun, termasuk berubah menjadi kucing hutan seperti yang dilakukan Leona Aster tahun lalu, ataupun melakukan sihir dan menggumamkan nyanyian ombak. Aku harap kita semua dapat mematuhi peringatan ini. Dan satu lagi, persiapkan diri kalian, karena proses menyeberang bisa memberi efek samping mual dan pusing."

Terra de Fiori (Daratan Fiori) - Re-WriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang