。l ı m a ˚

1.1K 198 26
                                    

Kepalaku sangat pusing sekarang, melihat jam saja rasanya benda itu diajari oleh Naruto kagebunshin no jutsu. Sepertinya jam itu chakranya terlalu sedikit sehingga hanya ada dua. Yang bisa aku lakukan hari ini adalah berguling di balik selimut seharian.

Suara notifikasi dari handphone langsung menambah denyut di kepala, rasanya seperti mau pecah saja. Namun, kehutanan karena notifikasi ini dari [Name]. Tidak jadi sakit kepala, membawa berkah malah.

[Name] sangat manis jika dia mengirim pesan. Biasanya disertai dengan emotikon di akhir kalimatnya, yang penting itu bukan pacman. Aku benci pacman.

Kulihat pesan darinya, dia mengkhawatirkanku dan setelah ini gadis itu akan ke apartemen ini. Aku terkekeh, dia sangat perhatian denganku saat tahu aku sakit.

Kepalaku menoleh langsung ke arah pintu--refleks ada yang membuka pintu depan. Mungkinkah itu [Name]? Ini bahkan belum 10 menit.

[Name] sampai ke kamarku dengan wajah khawatir, sepertinya dia lari ke sini dengan membawa kantung belanja yang sedikit besar--terlihat dari banyaknya keringat yang ada di wajahnya.

Aku menatap [Name], "[Name]-cchi? Cepat sekali kau -ssu." celetukku melihat gadis itu sudah duduk di kursi dekat kasur.

"Begitulah, kebetulan aku berada di sekitaran sini saat kau mengirim pesan," ia mengambil kertas dan membuatnya menjadi kipas angin tradisional, di sini sudah dinyalakan AC lho.

Oh... aku lupa, sudah dimatikan karena aku sakit.

"Bahwa kau sakit." [Name] melanjutkan ucapannya dengan melirik tajam ke arahku, aku menelan ludah kasar. Apa salahku?

"Jelaskan Ryouta kenapa kau sakit?" tanyanya, seperti guru killer di sekolah saja.

"Karena... kelelahan?" tanganku menggaruk belakang kepalaku, walau itu tidak gatal. Kulihat dia menghela napas, tangannya menyentuh dahiku.

"Panas."

Aku menggenggam tangannya, dia menatapku bingung.

"Ryouta lepaskan...." pintanya.

"Tidak mau -ssu, kau tahu [Name]-cchi sepertinya jika aku sakit yang aku butuhkan hanyalah kau.

Aku tersenyum lebar kepadanya, sedangkan gadis itu malah menyembunyikan rona merah dengan menundukkan wajah ke bawah.

[Name] | Kise RyoutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang