Bab 3

3.4K 493 34
                                    

"Jadi akhirnya kau mau ikut?" Pat menaikkan salah satu alisnya melihat Singto berdiri didepan pintu rumahnya dengan wajah malas. Beberapa menit yang lalu Pat masih berguling-guling diatas ranjangnya, tiba-tiba ponselnya berbunyi dan Singto bilang akan bergabung dengannya ke pesta ulangtahun Pink.

"Cerewet." Singto merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

Pat tertawa kecil. Bergelayut manja di lengan Singto, walau keningnya sudah didorong-dorong oleh pemuda itu dengan kasar. Dasar Singto tidak punya hati! Tangis Pat dalam hati dengan dramatisnya.

"Pasti karena Krist~" Pat memasang senyum mengerikan yang membuat Singto bergidik. Nyaris menyeret Pat ke gereja terdekat, takut jika Pat kerasukan setan fujoshi.

"Tidak juga."

Pat memutar bolamatanya malas.

"Masih saja mengelak, dasar Singto jelek!" Pat menjulurkan lidahnya mengejek. Singto menampar bibir Pat. Sukses mendapat tendangan dahsyat dari gadis pecinta piano itu.

"Cepat ganti baju! Apa kau mau datang ke pesta Pink dengan bikini dan celana training? Kalau Maprang melihatmu, kau akan diceramahi sampai pagi!" Singto mendorong Pat masuk kedalam rumah. Gadis itu memang suka memakai pakaian sembarangan. Wajar, karena Pat hanya tinggal sendirian sementara kedua orangtuanya sibuk dengan bisnis masing-masing.

"Benar juga! Tunggu sebentar ya pemuda jelek, putri cantik ini akan ganti baju!" Pat lari menaiki anak tangga. Singto mendengus lelah. Ia membuka ponselnya, tidak ada pesan dari Krist. Ah, memang seharusnya begitu kan? Ponsel ketinggalan jaman Krist jatuh kedalam kolam ikan sekolah karena kejar-kejaran dengannya. Krist menangis meraung-raung dan bersumpah akan mengirim guna-guna pada Singto. Padahal ini bukan salahnya, setelah dibelikan makanan enak Krist langsung memaafkan Singto.

Pat turun memakai dress peach dan stilleto putih, rambutnya diikat ala ponytail. Sederhana, namun ia begitu cantik. Singto dan Pat langsung berangkat menuju pesta Pink.

.
.
"Ssh, bawa makanan yang banyak!" Krist berbisik pada Fiat. Menyuruh adiknya itu membawa plastik dan memasukkan makanan-makanan itu kedalam sana. Fiat mengangguk, memberi hormat pada Krist.

"Misi dilaksanakan!" Walau usia Fiat baru dua tahun. Anak itu sangat cerdas. Dia sudah bisa bicara dan berjalan lincah. Walau masih cengeng dan nakalnya seperti anak iblis. Fiat langsung mendekati meja makanan, memasang wajah polos pada sekelompok gadis genit yang berdiri didekat meja. Mereka memekik kegirangan menemukan bocah imut itu, Fiat memang ahli akting. Tidak rugi Krist mengajari Fiat teknik akting yang baik dan benar demi menyemalatkan diri setelah menjahili anjing galak tetangganya.

"Datang sendiri Krist?" Maprang mendekatinya. Gadis berambut hitam panjang itu memasang senyum kalem. Krist menunjuk Fiat yang sedang dikerubungi para gadis genit dan memasukkan makanan kedalam plastik. "Dasar! Mengajari anak kecil yang bukan-bukan!" Dengus Maprang.

Krist memamerkan cengiran lebarnya.

"Kristku sayaangggg~" Pink berlari kecil mendekatinya. Memeluknya dengan erat. Sampai Krist hampir mati kehabisan napas. "Aw, maaf!" Pink melepaskan pelukannya. Memainkan wajah imut Krist dengan gemas. "Dimana Fiat anakku sayang?" Tanya Pink mencari-cari adik kecilnya.

Selain Singto, Pink juga menyukai Fiat. Ia sering menitipkan permen atau segala makanan manis pada Krist untuk Fiat. Tentu setengahnya habis dimakan Krist. Dasar kakak jahanam!

"Itu disana." Krist menujuk Fiat yang sedang asyik memakan puding. Pink langsung mirip orang kesetanan, ia berlari mengejar Fiat dan menciumi bocah imut itu. Krist menghela napasnya.

Singto dan Pat tidak datang ya? Jadi dia sendirian disini?

Krist berjalan mencoba mencari makan. Entah sejak kapan Maprang pergi. Gadis itu memang suka datang dan pergi seenaknya.

Bitter Sweet [SingtoxKrist]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang