Bab 1

6.8K 580 85
                                    

Fajar menyingsing elang menyongsong : Sambutlah pagi dengan penuh semangat untuk bekerja dengan gigih

Bangkok Senior High School, sebuah sekolah yang berdiri ditengah Kota Bangkok. Dengan bangunan yang di cat putih dan megah, sekolah ini diidam-idamkan untuk dimasuki. Menjadi salah satu murid di sekolah ini merupakan suatu kehormatan.

Segala lapisan masyarakat ada disini. Si kaya tidak menindas si miskin. Nilai toleransi tertanam sempurna di sekolah ini. Semua murid sejajar, setidaknya itulah pedoman yang harus diingat para guru.

Berbeda dengan sekolah lain yang memiliki aturan ketat seragam sesuai keinginan pemerintah. BSHS, memiliki seragam sendiri yang dirancang khusus.

Kelas 10 memakai kemeja putih, rok/celana hitam, dan dasi berbentuk pita (khusus perempuan). Kelas 11 memakai kemeja putih, rok/celana hitam, dan almamater abu-abu bergaris putih di lengan. Maka kelas 12 memakai kemeja putih dan rok/celana biru.

"Hamba mohon paduka, pinjamkan buku kimia pada hamba!"

Seorang pemuda berkulit putih membungkuk-bungkuk layaknya seorang budak yang akan dieksekusi mati. Sosok yang dipanggil 'paduka' mendengus geli. Bagaimana bisa orang sebodoh ini jadi temannya.

Sosok itu mengambil buku bersampul cokelatnya, melemparkan buku itu dengan biadab pada Off. Sementara Off menahan sabar, ia butuh buku Singto.

Off bangkit dengan wajah sumringah. "Aku jadi ingin menciummu, kau baik sekali!" Ujar Off hiperbolis. Singto melengos jijik, nyaris menendang Off jika pemuda itu tidak segera sadar harus melarikan diri.

Singto melirik teman sebangkunya yang mendengkur kecil, bahkan air liur menetes dari sudut bibirnya.

Dengan ide jahat, Singto menendang kursi sahabatnya itu. Membuat sang sahabat jatuh terjungkal dan akhirnya bangun.

"Sialan!" Krist bangkit, mukanya berantakan sekali. Khas orang bangun tidur, tapi emosinya sudah mencapai ubun-ubun. Orang mana yang tidak marah jika dikageti ketika tidur. "Kau mau menantangku berkelahi ya?!" Krist menyincing bajunya. Sudah siap menghajar wajah sombong Singto itu.

"Hello good morning~" seisi kelas yang tadinya memperhatikan Singto dan Krist menoleh ke arah pintu. Tercekat. "Why? Rokku masih kurang pendek?"

Rupanya yang menjadi sumber kekagetan mereka adalah seorang gadis bernama pink yang mengenakan rok super pendek.

"Aku yakin sehabis ini aku akan dibantai Miss Imelda." Krist bergidik ngeri membayangkan guru berbadan tambun yang menjadi guru BP. Tidak segan menghukum siapapun sesuai kehendaknya. Panggilannya kadang berubah jadi Miss Hitler.

Pink terkikik geli dengan anggunnya. "Tidak akan, kita harus menghargai diri sendiri. Mencintai diri sendiri. Bukankah begitu?" Pertanyaan Pink disambut dengan keheningan.

Pink menggeleng kecil. "Menurut buku yang kubaca, wanita harus bisa mencintai diri sendiri tidak boleh terlalu terbawa perasaan dengan komentar oranglain. Jadi aku- hei! Apa ini!"

Pink menghentikkan ocehannya ketika salah satu temannya memercikkan air padanya dan mengelilinginya dengan mulut komat-kamit.

"In the name of Father, of the Son, and holly spirit. Amen."

"Apa yang kau lakukan Maprang?!" Jerit Pink kesal. Maprang tersenyum lebar.

"Hanya mendoakanmu. Mana tau kau kerasukan." Jawabnya enteng, mengundang gelak tawa teman-temannya. Siapapun tahu bahwa Maprang ingin menjadi seorang biarawati. Mereka bahkan sudah kebal dengan khotbah mendadak Maprang di pagi hari.

"Ohoo~ apakah ini Natal? Sehingga kau sudah ibadah pagi-pagi?" Balas Pink masih sebal. "Lalu apa yang kau percikkan padaku?!"

"Air suci." Balas Maprang. "Bertobatlah wahai anak muda-" teman sekelas kompak menyumpal telinga dengan kapas yang selalu mereka bawa jika Maprang tiba-tiba khotbah.

Bitter Sweet [SingtoxKrist]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang