Krist dan Pat menunggu Singto dengan sabar di ruang keluarga pemuda itu. Hari ini mereka akan mengerjakan tugas yang diberikan Kruu Pan di rumah Singto.
Kemana Singto pergi? Pemuda itu sedang ke rumah kakeknya tercinta. Menurut kabar kakek Singto menderita serangan jantung ke-15 kali. Singto datang memastikan bahwa kakeknya tidak lupa memasukkan namanya sebagai ahli waris di surat wasiat. Benar-benar cucu durhaka.
Krist tidak mengajak Fiat karena adiknya sedang tidur siang kala Krist akan pergi.
Rumah Singto sangat besar tapi sepi. Pantas saja Singto lebih suka main daripada ada dirumah.
"Sudah lama?" Singto muncul tiba-tiba, mengagetkan Krist yang hampir terlelap membaca buku sejarah diatas meja. Sedangkan Pat? Gadis itu bermain ponsel sejak tadi.
"Tidak juga. Bagaimana keadaan kakekmu?" Tanya Krist sembari meregangkan ototnya yang terasa kaku.
"Tidak apa-apa. Kakek sudah lebih baik." Jelas Singto membuat Krist dan Pat tersenyum lega. Mereka pernah bertemu Tuan Besar Ruangroj, pria yang kini usianya sudah 75 tahun itu benar-benar baik dan suka mengajak Krist bermain catur.
"P'Singgg!"
"Candy, jangan berteriak-teriak begitu!"
Krist menegakkan punggungnya. Ia melotot tajam pada Singto yang menyeringai. Pat menghembuskan napasnya, pasti akan ada perang dunia ketiga setelah ini.
Seorang gadis mungil berusia tujuh tahun dengan rambut sepinggang muncul diikuti wanita paruhbaya yang mereka kenal sebagai ibu Singto. Mata Candy memincing melihat Krist.
"Hei! Patung berjalan!" Candy menunjuk Krist dengan tidak sopannya. Bagi Candy kulit Krist itu sangat putih, ia saja iri. Candy pernah mengutuk Singto karena menurunkan kulit tannya padanya. Padahal hampir ciri khas keluarga Ruangroj memiliki kulit tan.
"Candy, tidak sopan!" Nyonya Ruangroj mengingatkan putrinya itu dengan lembut. Wajahnya terlihat kelelahan. Candy hanya memasang wajah tak perduli. Nyonya Ruangroj pamit masuk kedalam kamarnya untuk istirahat.
Candy tidak tinggal bersama Singto. Ia tinggal bersama nenek dan kakeknya. Singto berusaha kuat membuat Candy tak mengetahui tentang keadaan keluarganya yang berantakan.
"Hallo, Nong Candy~" Sapa Krist dengan ramah.
"Aku bukan Nongmu!" Krist mengelus dada. Singto dan Pat hampir mati karena menahan tawa. "Sh! Jauh-jauh dari P'Singku!" Candy memerintah seenaknya. Sifatnya menurun dari Singto memang. Krist menggeser tubuhnya. Lelah juga berkelahi dengan Candy.
"Candy, kau main diatas saja ya. P'Sing ingin mengerjakan tugas." Singto mengacak surai hitam Candy. Aura galak disekitar Candy lenyap. Ia kini mirip kucing minta dibelai. Krist dan Pat saja kaget melihat perubahan Candy. Gadis mungil itu mengangguk. Lantas memandang Krist tajam seakan memberitahu bahwa ia mengawasi Krist, baru setelah itu Candy naik ke lantai dua. Tempat kamarnya berada.
.
.
Hari sudah malam, Pat telah kembali ke rumahnya. Sementara Krist masih ditahan disini oleh Candy. Entah apa motif gadis kecil itu, padahal sejak tadi Krist disiksa. Dijadikan kuda lah atau dijadikan cinderella yang disiksa olehnya.Singto tidak bisa banyak membantu. Adiknya kadang tidak bisa dibantah.
"Dia sudah tidur?" Krist mengintip wajah terlelap Candy yang dengan santai menyenderkan kepalanya di bahu Singto. Malam-malam begini Candy memaksa Singto dan Krist mengelilingi kebun. Krist menyentuh rambut Candy.
"Sepertinya."
"Dia kelelahan, Sing." Krist berucap dengan lembut. Singto memandangnya sekilas dan mengangguk. Mereka masuk ke dalam rumah, langsung naik ke lantai dua. Singto membaringkan tubuh Candy diatas tempat tidur dengan sprai pink tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet [SingtoxKrist]
FanfictionMasa remaja adalah masa paling indah. Dimana kita sedang mencoba mencari jati diri. Dipenuhi semangat masa muda. Mencoba hal-hal baru. Saat beranjak dewasa, kau akan menyadari manis pahitnya hidup. Mencari makna tersirat dalam semua yang terjadi dan...