5

294 23 2
                                    

"A... Aku......"Dina melirik kearah Alena dan Resi seolah meminta pendapat mereka.
Alena dan Resi yang mengerti maksud tatapan Dina pun berjalan mendekat ke arah Dina dan Axel.
"Xel, mungkin Dina belum bisa jawab sekarang. Lu harus paham ya. Setidaknya kasih Dina waktu." Alena mencoba memberi pemahaman pada Axel. 
"Tapi, perasaan ini udah aku pendam sejak lama." lirih Axel
"Iya. Setidaknya Kasih waktu sebentar. Lu juga gak bisa maksa Dina Xel." Lagi,  Alena mencoba memberikan pemahaman buat Axel.
Axel hanya diam. Ia menatap ke arah Dina dengan posisi masih berlutut. Seketika suasana hening. Orang-orang yang sedari tadi berada disana, penasaran sekaligus cemas dengan jawaban Dina. Pasalnya sedari tadi Dina tidak mengatakan apa-apa. Hanya Alena yang berbicara.

Dari kejauhan terdapat 3 orang wanita cantik yang ikut menyaksikan hal itu. 
"Gila tuh cewek. Sok cantik banget. Sok alim lagi. Jijik gue lihatnya. Apasih istimewanya dia sampai-sampai Axel suka sama dia." ujar salah satu cewek  berambut panjang, yang bernama Cantika. Ia menatap Dina dengan tatapan tak suka.
"huuhhh Dina itu emang cantik ya. Sholehah lagi. Wajar aja sih Axel suka sama dia." Sambung Lira
"Hah apa?" Cantika tak percaya atas kata-kata sahabatnya yang satu ini.
"Eh...heum enggak." Lira salah tingkah sendiri.
Ayu, yang melihat itu hanya terkekeh geli melihat 2 sahabatnya. Ayu sudah tidak terkejut dengan tingkah Lira. Pasalnya diantara mereka, Lira emang paling polos dan terkadang kepolosannya itu membuat Ayu dan Cantika harus ekstra sabar menghadapinya.
"Gue bener-bener gak suka lihat tuh cewek. Sok kecakepan." Cantika sudah sangat kesal melihat Dina.
"Bener banget. Kira-kira apa ya jawaban si Dina. Dina terima cinta Axel gak ya?" Imbuh ayu.
"Awas aja kalau sampai dia terima. Gue pastikan hidupnya gak tenang!" Tegas Cantika dengan seringaiannya.
Cantika memang sedari dulu sudah sangat menyukai Axel. Hanya saja Axel tidak pernah menanggapinya.  Bahkan Cantika sudah 2 kali menyatakan perasaannya pada Axel. Namun,sedikit pun Axel tidak merespon.

"Din..... " lagi Axel terus berusaha untuk mendapat jawaban dari Dina.
"Xel,  aku akan jawab. Tapi aku mohon kamu bangun. Kamu gak perlu berlutut seperti ini. Aku akan jawab tapi gak disini. Aku gak mau dilihat banyak orang." Akhirnya Dina membuka suara juga.
"Hufftt.... Oke. Kalau itu mau kamu, sekarang kita ke kafe sebelah kampus aja." Axel akhirnya berdiri dan akan beranjak pergi. Tapi suara Dina menghentikan langkahnya.
"Tunggu. Aku gak mau kita hanya berdua. Biarin Alena sama Resi ikut." Dina melirik sahabatnya.
"Oke kalau itu mau kamu." Axel hanya pasrah saja. Melihat itu Dina menghela nafas lega dan segera mengikuti langkah Axel bersama 2 sahabatnya. Semua mahasiswa yang sedari tadi menyaksikan itu akhirnya bubar.

Kafe
"Jadi, jawaban kamu apa Din?"Tanya Axel langsung. Jujur, ia sudah tidak sabar dengan jawaban Dina.
"Yaelah,  sabar Xel." Alena terkekeh melihat itu.
Axel hanya diam tak menjawab perkataan Alena.
Dina menarik nafasnya sebelum akhirnya ia menjawab. Dina mencoba memantapkan hatinya.
"Xel,  aku harap setelah aku menjawab ini kamu bisa memahami." Dina menatap Axel dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Pasti Din..." Axel berusaha tersenyum.
"Sebelumnya aku sangat bertrimakasih karena kamu udah luangin waktu kamu untuk mengungkapkan perasaan kamu ke aku. Jujur aku gak nyangka dengan kejujuran kamu....." Dina menjeda ucapannya. Ia menundukkan kepalanya. Jujur, ini pertama kali ada seorang cowok dengan lantangnya mengucap kata cinta untuknya. 
"Tapi maaf Xel, untuk saat ini aku belum mau pacaran. Aku harap kamu bisa ngerti Xel.  Mungkin, bukan hanya saat ini aja, tapi lebih tepatnya aku gak mau pacaran." Dina berusaha menatap mata Axel dan mengatakan yang sejujurnya.
"Tapi kenapa? Apa mungkin karena memang kamu gak suka sama aku?  Karena aku..... " ucapan Axel terputus oleh perkataan Dina.
"Gak Xel. Aku harap kamu paham. Aku memang gak mau pacaran Xel. Jujur,  dari dulu hingga sekarang aku gak pernah pacaran.  Kalau memang kamu niat untuk serius dengan ku,  maka datangilah yang lebih berhak atas diriku. Aku harap kamu pahami ini Xel. Maaf kalau jawaban aku sangat mengecewakan mu. Aku permisi. Assalamualaikum." Dina beranjak dari duduknya meninggalkan Axel disana.
"Axel,  gue tahu mungkin lu kecewa. Tapi asal lu tahu sekalipun Dina pernah pacaran. Itu prinsip hidupnya Xel. Dia gak akan pernah pacaran. Dia hanya ingin menjalankan ta'aruf sesuai perintah agama. Tapi, aku rasa mungkin belum saat ini. Aku tahu betul, Dina masih ingin meraih pendidikan nya.Tapi, Xel kalau emang niat lu baik dan tulus sayang sama istri lu, seperti kata Dina tadi datangilah yang lebih berhak atas dirinya, yaitu orangtuanya." Alena yang masih berada disitu mencoba memberi nasehat pada Axel.
"Hah? Datangi orang tuanya? Emang gue mau nikahin dia? Gue emang suka sama dia. Tapi, bukan berarti gue mau nikahin dia. Apalagi dalam waktu dekat." Alena membulatkan matanya tak percaya mendengar penuturan Axel. Sementara Axel memutuskan pergi dari kafe itu.

Hai haiiii maaf ya baru update lagi. Maaf gaje banget nih....
Minta kritik kalian dong 😊
Trimakasih 😊🙏🙏🙏🙏🙏🙏

Rasa ini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang