8

222 17 2
                                    

Asslamualaikum wr.wb.
Selamat malam semua 🙌
Happy reading gaesss

Regan Pov
Ada apa dengan ku? Kenapa sulit sekali melupakan wanita itu. Ku akui dia memang cinta pertama ku sejak dulu. Tapi, dia sudah menghianatiku. Menghianatiku! Aku harus sadar itu! Aku gak boleh termakan tipu muslihatnya lagi! Aku laki laki! Aku bisa dapat yang lebih dari dia. Tapi kenapa saat ia memelukku dan menangis seakan membuatku luluh. Aaarrrgghhhhh...........
*flashback on
Saat aku pergi menuju parkiran, Melody terus meeneriakan namaku dan memanggilku. Aku mencoba mengabaikannya, tapi.....
"Regan please, tunggu aku. Aku mohon gan." Melody memelukku dari belakang.
"Hiks hiks Gan, aku sayang sama kamu. Sangat sayang. Please dengarin aku dulu." Ia masih saja terus terisak. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.
"Gan, aku mohon lihat aku gan. Aku mohon." Aku putuskan untuk berbalik badan dan menatap matanya yang sayu dan berlinang air mata. Sungguh aku gak sanggup melihatnya begini.
"Gan, aku sayang kamu gan. Aku terpaksa menikah dengan pria itu gan. Aku gak bermaksud untuk menya......" Aku segera memotong ucapannya.
"Cukup! Aku harus kembali ke kantor! Simpan saja air matamu itu! Tidak usah berusaha merayu ku dengan air mata palsu mu itu!" Bentak ku.
Ku lihat ia menatapku dengan pandangan sayu, air matanya masih saja terus menetes. sungguh, ini sulit bagiku. Tapi hatiku terlalu keras untuk kembali seperti dulu sudah tak bisa. Maafkan aku Melody.
Flashback off

Aku rasa aku perlu pelampiasan hari ini.
" Halo Bob, gue mau lo siapin one night stand untuk gue. Gue bakal bayar mahal." Ucapku di telpon .
" Santai bro.. Kenapa lo tiba-tiba nelpon gue, langsung to the point gitu?" Ku dengar ia tertawa. Ck! Terus saja menertawakan ku.
"Gak usah banyak tanya. Siapin aja. Gua tunggu di apartemen gua."
" Elah, iya iya bawel dah lo." Rasanya pikiran ku benar-benar kalut. 

Author Pov
Setelah kejadian siang tadi saat Melody bertemu Regan, kini Melody sedang berada di sebuah taman. Wanita cantik itu kini tengah duduk dengan pikiran kosongnya. Ia seperti tak punya semangat hidup lagi.
"Aku sayang banget sama kamu gan, andai kamu tahu itu. Tapi kenapa kamu gak mau dengarin penjelasan aku gan. Hiks hiks...." Air matanya terus saja menetes. Ia melangkah meninggalkan tempat tersebut. Ia berjalan tak tentu arah. Sampai ia tak sadar ada mobil yang hampir saja menabrak nya.
"Astagfirullah.. Kamu gak papa?" Tanya sang pemilik mobil. Melody diam. Tatapan kosong.
"Duduk dulu yuk." Sang pemilik mobil menuntun Melody untuk duduk di sebuah bangku taman yang ada disekitar situ.
"Aku minta maaf ya hampir aja nabrak kamu." Melody mendongakkan kepalanya menatap sang empunya suara.
"Gak papa.Aku yang kurang hati-hati." Melody tersenyum kecut.
"Oh iya kita belum kenalan, namaku Dina." Ya.. Sang pemilik mobil tadi adalah Dina. Ia tadi baru saja pulang dari pengajian.
"Melody." Melody membalas uluran tangan Dina.
"Kalau boleh tahu kamu kenapa? Ada masalah?." Melody menatap Dina. Ia merasa perlu teman untuk membagi keluh kesahnya.
"Apa aku boleh cerita.?" Tanya Melody.
"Tentu saja." Dina tersenyum lembut. Entah mengapa ada rasa iba yang Dina rasakan saat melihat Melody. Melody menghela nafas.
"Dia baik. Selalu mengerti aku. Hadirnya beri aku semangat baru yang belum pernah ku dapatkan. Bahkan hanya melihat senyumnya aku merasa sangat bahagia. Apalagi ketika dia melontarkan berjuta kata hanya sekedar untuk menghibur ku. Dia sempurna dimataku. Ya..dia cinta pertama ku yang sempat ku harapkan menjadi cinta terakhir ku pula. Tapi semua harapan ku sia-sia." Untaian kalimat terus terlontar dari mulutnya bersamaan dengan derasnya air mata yang mengalir. Melody sungguh tak sanggup jika mengingat masa-masa ia masih bersama Regan.
"Hufft.... Entahlah. Aku gak ngerti dengan diriku sendiri. Mengapa aku dengan mudahnya berpaling begitu saja darinya. Padahal dulu kita sudah sama-sama berjanji untuk saling menjaga cinta kita. Tapi justru akulah yang telah ingkar disini. Aku menyakiti. Sangat menyakiti. Dengan kalimat kebohongan yang telah aku ucapkan sejak aku bertemu dengan berapa tahun yang lalu. Sungguh, aku berbohong saat aku mengatakan bahwa aku tak pernah mencintainya. Aku berbohong! Aku membohongi nya bahkan membohongi hati kecilku. Hiks..hiks..hiks." Melody menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia benar-benar menyesali semuanya. Sementara Dina berusaha untuk menenangkan Melody yang sedari tadi tak kunjung berhenti mengeluarkan air mata bersamaan dengan rentetatan cerita yang ia ceritakan.
"Boleh aku tahu kenapa kamu melakukan hal itu?." Tanya Dina.
"Aku terpaksa. Sangat terpaksa. Aku ingin sekali menjelaskan semua kebenaran padanya. Tapi dia seolah gak mau mendengarkan ucapan ku sedikit pun. Saat aku kembali bertemu dengannya ia mengacuhkan ku. Hatiku sakit. Ia seperti orang asing ketika bertemu denganku. Aku tahu aku salah. Tapi, tak bisakah ia mendengar ku sekali saja." Lirih Melody.
"Maaf kalau aku terlalu lancang, menurut aku mungkin dia perlu waktu."
"Aku tahu. Tapi kami sudah beberapa kali ketemu. Bahkan tadi siang kami tidak sengaja bertemu kembali. Tapi tak sedikit pun dia memberiku ruang untuk menjelaskan semuanya." Dina menatap kasihan pada Melody. Dalam hati ia seperti ikut merasakan yang dialami Melody.
"Mungkin luka itu belum sembuh Mel. Cobalah memahaminya. Mungkin sekarang saatnya kamu yang lebih mengerti akan dia. Kamu bilang dulu dia selalu mengerti kamu. Sekarang cobalah berusaha seperti apa yang pernah ia lakukan dahulu. Kamu hanya perlu bersabar. Jika memang kalian ditakdirkan untuk bersama, maka akan mudah jalan untuk kalian kembali bersatu atas izin ALLAH SWT.." Dina mencoba memberi pemahaman pada Melody. Sungkan sebenarnya, tapi Dina tak tega melihat Melody terus saja menangis.
"Kamu benar. Mungkin aku harus lebih sabar jika ingin mendapat maaaf darinya. Tapi aku gak bisa berharap terlalu jauh untuk dapat kembali bersamanya. Aku sadar aku jahat. Aku telah menyakitinya. Aku gak yakin akan mampu menyembuhkan lukanya kembali. Aku hanya ingin maaf darinya. Kalaupun takdir kembali mempersatukan kita, itu berarti bonus untukku." Melody tertawa hambar. Dina sedikit lega mendengarnya. Setidaknya Melody tidak lagi menangis seperti tadi.
Tak tega rasanya melihatnya seperti itu.
"Trimakasih ya kamu sudah mau mendengar curhatan ku. Padahal kita baru saja bertemu." Melody tersenyum. Dina pun membalas senyuman itu.
"Tidak perlu bertrimakasih. Aku senang bisa mendapat teman baru."


Wah author come back gaessss
Maapkeun author ya udah lama banget gak update. Ku kangen kaliaaaaannnnnnnnnn 😍😍😍😍 jangan bosan ya buat votemant cerita aku. Jadi ini cerita terpanjang aku hehehehe.... Mudah"an aku bisa update untuk beberapa hari kedepan ya.... Tunggu chapter berikutnya gaes

Trimakasih 😉
Wassalamualaikum warrahmatullahiwabarakatuh








Rasa ini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang