5.1 Timeless

1.4K 132 15
                                    

Warning: YAOI, Messy Writing, OOC, Typo.

.

.

.

Apa kau percaya pada malaikat?

Jika tidak, maka cerita ini tidak lebih hanya dongeng pengantar tidur bagimu. Kupersilakan dirimu untuk pergi dan lupakan saja hal yang akan kuceritakan ini. Jika iya, kupersilakan duduk dan tenggak cokelat panas di meja itu dan dengarkan cerita ini baik-baik.

Malaikat, makhluk indah dengan baju dan sayap putihnya yang begitu menggetarkan manusia di kala namanya disebut. Mahkluk penuh kebajikan yang patuh pada Yang Di Atas, sekaligus penjaga dan pengatur kehidupan alam semesta.

Mungkin kau tahu mengenai malaikat pelindung, tapi bagaimana dengan malaikat penjaga waktu?

Malaikat penjaga waktu tidak hanya diberiNya tugas menjaga keteraturan waktu di dunia, tapi juga memberi hembusan waktu pada manusia. Mereka mengatur kapan waktu manusia berhenti dan kapan manusia baru terlahir. Mereka mengatur kapan manusia berbahagia dan kapan manusia berduka. Malaikat dengan peran yang krusial.

Di ruangan -atau paviliun- milik mereka, ada begitu banyak jam dan arloji dengan berbagai ukuran dan bentuk. Itu semua digunakan untuk menunjukkan waktu dari manusia. Ada juga beberapa catatan yang berserakan, itu semua penunjang kerja untuk mereka.

Tik.

Sebuah jam telah berhenti berdetak, waktu seorang manusia telah berhenti. Sudah tugas bagi sang malaikat penjaga waktu untuk memberi tahu ini, bahkan sejak perlambatan waktu seseorang dimulai. Seorang malaikat kematian akan membawa manusia itu untuk penghakiman, kemana dan caranya seperti apa belum saatnya untuk kalian ketahui.

Tik.

Jika ada waktu berhenti, tentu saja akan ada waktu yang terlahir. Sang malaikat juga akan memberi tahu saat ada manusia yang terlahir pada malaikat kehidupan. Dia akan meniupkan kehidupan pada bayi, bagaimana caranya juga belum saatnya untuk kalian ketahui.

Hal monoton ini berlangsung sangat lama, lebih lama dari yang kalian pikirkan atau dari yang bisa manusia hitung. Semuanya berlangsung dalam sistem yang berjalan teratur dan dingin. Lagipula para malaikat tidak lebih dari penjaga yang bisa diganti kapan pun, kejatuhan salah satu dari mereka mudah untuk diganti dengan cepat.

Walau begitu, mereka takkan pernah bisa protes.

"Bukankah terlalu banyak waktu berhenti?"

Sang malaikat mengangguk dalam murung, terlalu banyak waktu berhenti akhir-akhir ini. Dan yang paling parah...

"Kesemuanya anak-anak."

Sambungan itu membuat pria dengan baju sehitam mimpi buruk memutar matanya. "Iya, Taeyong. Aku kadang capek mendengar jeritan ibu mereka, terlalu berisik. Kalau orang tua yang meninggal, tak pernah ada kejadian teriakan memekakkan telinga."

Sang malaikat kehidupan menatap malaikat kematian dengan sengit. "Kau sangat kejam, Johnny! Tapi kau benar soal orang tua itu, kalau bisa aku mau para penjahat saja yang waktunya berhenti."

"Bagaimana Doyoung? Kau bisa melakukannya kan?"

Sang malaikat penjaga waktu yang dipanggil Doyoung hanya menghela nafas kesal. Dia mana punya kemampuan seperti itu, dia hanya menjalankan perintah dari Yang Di Atas. Bukan tugas dia menentukan siapa saja yang waktunya berhenti dan dimulai. Harusnya Johnny selaku malaikat kematian dan Taeyong selaku malaikat kehidupan sangat sadar akan hal itu, apalagi mereka lebih senior dari dirinya.

"Kita sudah sering membahas ini, bahkan dari pertama aku menjabat," kata Doyoung. "Soal berhak-tidaknya seseorang diberhentikan waktunya, bukan aku yang menentukan."

Karena konsekuensi seseorang malaikat ikut campur terlalu banyak dalam kehidupan seorang manusia sangat fatal, diturunkan dari jabatan dan dicabut sayapnya. Lalu diturunkan ke dunia manusia dan mengalami penderitaan tiada akhir, itulah yang mereka tahu.

Tik.

"Taeyong, kau bisa pergi dan melanjutkan tugasmu. Johnny juga."

Kedua malaikat itu pun pergi sambil membawa beberapa peralatan mereka, hanya sebuah buku dan arloji mereka. Doyoung menatap mereka kasihan, karena seharusnya keduanya tak boleh bersama dalam satu tempat. Taeyong akan melemah bila berada di sekitar sang kematian sementara Johnny akan memucat. Kutukan yang ada sejak mereka menjadi malaikat.

Doyoung menatap arloji keemasan miliknya lalu memutuskan untuk melihat dunia manusia. Dia hanya perlu menatap ke bawah langit, dan dengan keistimewaannya dia bisa melihat apa-apa saja yang terjadi di bawah sana.

"Sedang perang," gumam Doyoung datar. Manusia di tiap zaman selalu sama, saling berperang untuk memerebutkan sesuatu dan mati sia-sia. Lagipula yang mati juga kebanyakan anak tak bersalah, kebencian Taeyong pun sangat beralasan.

Doyoung memutuskan untuk melihat hal lain, dan ternyata malah mendapati Taeyong memulai waktu seorang manusia di belahan dunia lainnya. Bayi itu terlahir dan menangis keras, ruangan tempat bayi itu terlahir dipenuhi sorai kebahagian. Taeyong segera pergi ke tempat lain dan Doyoung tersenyum gamang.

"Bagaimana jika namanya... Jung Yoonoh?"

"Jaehyun saja, itu lebih bagus."

"Ah, tapi..."

Sayang anak itu takkan bertahan lama.

.

.

.

TBC

Hm, Panda pengennya sih ff ini dipisah aja. Tapi kelihatannya jangan deh, wordnya gak cukup. Cerita ini lebih pendek dari yang Panda duga.

Untuk minggu terakhir di tahun 2018 😊, enjoy

PS: jangan hujat gambarnya, susah buatnya :'

One Kind of TalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang