3.1 We're Here!

1.5K 197 24
                                    

Warning: YAOI, Messy Writing, OOC, Typo.

.

.

.

Rumah keluarga Jung Jaehyun takkan pernah bisa tenang, dari pagi buta pasti ada saja keributan yang siap memecahkan gendang telinga tetangga terdekat -itupun kalau mereka punya tetangga, mansion mereka dikelilingi taman yang luas sehingga jarak dengan rumah terdekat pun sangat jauh-.

Alasannya? Tentu saja karena anak-anak mereka, yang berjumlah 7 orang. Jumlah yang cukup untuk membentuk boygroup, mungkin mereka bisa menyaingi grup bernama NCT Dream itu.

Dan sebagai ibu rumah tangga, hidup Kim Dongyoung takkan membiarkannya bangun sesuai alarm tubuhnya. Karena pasti ada teriakan yang membuatnya terlonjak, untung saja dia tidak kena serangan jantung.

"EOMMA! HAECHAN MENYEMBUNYIKAN SERAGAMKU!"

"EOMMA! CHENLE MULAI CORET-CORET DINDING!"

"EOMMA! JISUNG MAU SUSU!"

"EOMMA! MARK HYUNG BELUM BANGUN!"

"EOMMA!"

"EOMMA!"

"EOMMA!"

Doyoung yang sedang memasak akhirnya meninggalkan dapur di tangan Jaehyun, sementara dia akan mengurusi anak-anak mereka yang rusuhnya luar biasa itu. Sebenarnya Doyoung lelah, anak-anak mereka itu lebih mirip kumpulan anak TK padahal rata-rata sudah masuk SD -walau Jisung masih TK sih-. Untung beberapa di antara mereka ada yang normal.

Doyoung memasuki kamar anak tertuanya, Mark. Anak yang entah kenapa dinamai cukup bule ini yang paling tenang dan normal. Dia selaku tertua memang bisa diandalkan untuk mengurus kebobrokan adik-adiknya. "Mark, ayo bangun. Nanti terlambat!"

Anak itu masih menggulung dirinya, sepertinya capek karena kemarin habis tanding basket. "Mark!" panggil Doyoung sambil membuka tirai kamar itu.

SRAK!

Bunyi itu cukup membuat Mark terbangun. Dia mengucek matanya pelan dan dengan suara serak khas baru bangun bertanya. "Jam berapa, eomma?"

"Setengah 7!"

Dan dengan kecepatan kilat, Mark langsung berlari ke kamar mandi di dalam kamarnya. Doyoung berteriak. "Jangan lari-larian di kamar mandi!"

"EOMMA!"

Doyoung langsung masuk ke kamar sebelah Mark, yaitu kamar Jaemin dan Chenle. Jaemin yang dari tadi berteriak heboh memanggilnya, hanya nyengir saat melihat Doyoung yang berkacak pinggang di pintu kamarnya. "Seragamku disembunyiin Haechan~" kata Jaemin sambil merajuk. Doyoung menunjuk kamar laundry di bawah. "Kamu harus biasain ambil seragam sendiri, Jaemin!"

Jaemin yang cuma nyengir membuat Doyoung menghela nafas. Dia kalah dengan anak berusia 9 tahun ini. "Lagian bukannya kamu ada jam olahraga dulu? Pakai itu dulu, nanti eomma ambilkan!"

Jaemin mengiyakan sambil memakai seragam yang ada, Doyoung harus bolak-balik mengambil seragam Jaemin dan melipatnya rapi. "Makasih, eomma!" kata Jaemin sambil mencium pipi Doyoung. Doyoung mana bisa marah kalau begini.

Ngomong-ngomong, Jaehyun sedang mengumpat dengan tenang di bawah sana karena merasa Doyoung dicium duluan oleh salah satu anaknya.

"CHENLE! JANGAN CORET-CORET LAGI!" teriak Doyoung yang mengagetkan Chenle. Chenle memang sedang menggambar asal entah apa di dinding dekat kasurnya, padahal dia sudah bersembunyi di sela-sela kasur.

Chenle langsung keluar dari persembunyiannya sambil cemberut. "Nanti eomma balikin PSP-nya, oke?"

Dan itu membuat anak termuda kedua di rumah mereka tersenyum cerah, memang dia sedang kesal karena PSP-nya disita. Hukuman karena sudah membakar buku PR Mark minggu lalu.

"Makasih, eomma! Chenle sayang eomma!" kata Chenle sambil mencium pipi Doyoung. Doyoung mengusak rambur Chenle. "Kamu siap-siap ke TK ya," kata Doyoung yang disoraki 'iya!' oleh Chenle. Suara lumba-lumba Chenle sudah tak berefek semematikan dulu.

"EOMMA! TASKU HILANG!"

Doyoung menyempatkan diri menghela nafas sebelum pergi ke kamar Haechan-Renjun. Ini dia biang masalah di rumah keluarga Jung, dari tadi yang berteriak paling kencang juga dia.

"Kamu taruh di mana kemarin?" tanya Doyoung sabar. Haechan menunjuk lemari di dekat nakas. "Di dekat situ, tapi sekarang hilang!"

Tidak mungkin hilang kalau tidak dipindahkan, Doyoung kadang capek mengomeli anaknya. "Kamu pindahin pasti, masa tiba-tiba menghilang!" kata Doyoung sambil mencari tas itu di sekeliling kamar. Kamar itu seakan dibagi dua, dan yang paling jorok itu bagian Haechan. Untungnya mata besar Doyoung berhasil menangkap sebuah tas di kolong tempat tidur, dia langsung menariknya.

"Kamu nyari pakai mata, jangan pakai mulut!"

"Tapi tadi tak ada, eomma."

"Ini apa? Makanya kamu beresin kamar kayak Renjun!"

Haechan mengerucutkan bibirnya lalu melempari Renjun yang anteng membereskan buku, dan tentu saja Doyoung syok melihatnya. "HAECHAN!"

Cengiran Haechan adalah hal terakhir yang Doyoung lihat sebelum anak itu menghilang keluar kamar sambil membawa tas. Doyoung kembali menghela nafas capek, dan itu ditangkap Renjun. "Eomma bangunin Jisung saja, aku bisa ke kamar Jeno. Jeno pasti sudah siap."

Terkadang Doyoung merasa beruntung, karena begini-begini Renjun masuk golongan waras dengan Mark dan Jeno. Coba kalau semuanya setipe Haechan, Doyoung bisa mati muda. "Iya, makasih ya sayang," kata Doyoung tak lupa memberikan ciuman di kedua pipi Renjun. Renjun tersenyum lebar sekali, dan wajahnya jadi semakin mirip Doyoung.

"Kalau begitu, aku ke kamar Jeno ya."

Dengan begitu Renjun yang sudah rapi berlalu ke kamar Jeno, paling kecil tapi hanya dia yang menempati. Curang memang.

Doyoung masuk ke kamarnya dan Jaehyun, di sana ada seorang balita yang masih tertidur. Sebenarnya Jisung sekamar dengan Mark, tapi Jisung selalu terbangun pagi-pagi dan ke kamar JaeDo. Doyoung tidak masalah, karena dia masih suka mengeloni Jisung. Jaehyun juga, kecuali fakta bahwa mereka tak bisa berbuat yang aneh-aneh.

"Jisung, ayo bangun."

Jisung membuka matanya lalu menguap. "Eomma?"

"Iya."

Jisung yang bangun langsung dituntun Doyoung, tapi Jisung tiba-tiba berhenti berjalan. "Mau gendong~"

Dengan senang hati, Doyoung menggendong Jisung yang kembali menguap. Dia berjalan hati-hati melewati tangga untuk menuju ruang makan, sesekali Jisung menggeliat di gendongan Doyoung.

"Jisung gak mau masuk, masih ngantuk," kata Jisung yang mencoba membujuk Doyoung. Dia masih malas untuk beraktivitas di pagi hari ini, dia masih ingin berguling manja di kasur orang tuanya. "Besok aku masuk deh~"

Dan sayangnya Kim Dongyoung adalah seorang yang tegas dan disiplin, mengutamakan pendidikan yang dia yakini akan membantu anaknya di kehidupan masa depan kelak. Tentunya Doyoung menggeleng tegas. "Kamu harus masuk, katanya mau main sama Jeongin? Nanti Chenle ngeledekin 'ih, Jisung masa kalah sama aku!'"

Walau kata-kata tegas berbalut suara lembut itu sanggup menggetarkan harga diri Jisung, Jisung tetap cemberut. Tapi wajah itu berubah menjadi senyuman saat Doyoung menciumi wajahnya, dia memang tak bisa mengambek lama-lama. "Eomma curang ih!" pekik Jisung yang dibalas tawa renyah Doyoung.

"Anak eomma imut sih!"

.

.

.

TBC

Jangan hujat Panda karena pemotongannya yang kurang oke :'

Dan penulisan gak jelas. Mari bersuka karena jaedo lg kenceng momennya.

One Kind of TalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang