Warning: YAOI, Messy Writing, OOC, Typo, Italic for flashback.
.
.
.
Yang Doyoung temukan di ruangan kelas sepi itu hanyalah seorang anak yang sedang menatap kosong ke arah dinding. Dengan hati-hati Doyoung menghampiri dan duduk di sampingnya. "Jeno," bisik Doyoung lembut. "Ayo pergi."
Jung Jeno menatapnya balik dengan kosong. "Mobil?"
"Iya, kita naik mobil."
"Junjun?"
Doyoung menyernyitkan keningnya sebelum bertanya. "Junjun?"
Jeno mengangkat sebuah boneka rubah yang digenggamnya erat, lalu dipeluknya erat seolah boneka itu akan hilang bila dilepaskan.
"Bonekaku!"
Seorang anak berteriak dan menghampiri keduanya, dengan kemarahan kentara menunjuk boneka yang Jeno peluk. "Itu bonekaku, mama!" pekik anak itu lagi. Seorang lelaki berwajah oriental menghampiri anak itu dan mengelus kepalanya, lalu menatap Doyoung tak enak. Doyoung mengangguk canggung. "Maafkan anakku, tuan..."
"Qian Kun. Ibu Jeno, benar?" kata orang itu ramah. Doyoung menyambut uluran tangan dari Kun. "Aku Jung Doyoung, maaf sekali lagi."
Kun mengangguk maklum. "Tidak masalah kok, sebenarnya itu boneka dari penitipan ini. Bukan milik Renjun."
Jeno masih memeluk boneka itu dengan erat, sementara Renjun cemberut melihatnya. "Renjun, kau tidak boleh seperti itu!" kata Kun dengan tegas. "Mama sudah belikan boneka untukmu, kenapa masih menginginkan boneka itu?"
"Renjun maunya boneka itu," kata Renjun dengan mata berkaca-kaca. "Mau Renjun bawa pulang, mama~"
"Tidak bisa!"
Renjun menunduk, Jeno sendiri malah tertawa melihatnya. "Jeno, tidak boleh seperti itu ya!" kata Doyoung dengan nada membujuk. Jeno menatapnya lalu mengangguk pelan, untung sekali dia sedang begitu penurut.
"Ah, aku harus pulang." Kata Kun sambil menggenggam tangan Renjun. Doyoung mengangguk sambil menggendong Jeno yang masih tak bergerak. "Kami tinggal di pertigaan jalan dekat sini. Karena kulihat kita satu-satunya orang asia di sini, mari berteman!" pekik Doyoung dengan gummy smile yang diangguki antusias oleh Kun.
"Renjun, minta maaf pada Jeno!" kata Kun yang dilakukan Renjun sambil cemberut. "Maaf, Jeno. Aku takkan berteriak seperti itu lagi."
Doyoung menepuk pipi gembul putranya, lalu berkata lembut. "Jeno, minta maaf karena sudah merebut boneka itu ya?"
Tapi Jeno hanya menatap kosong Doyoung, dia melempari Renjun dengan boneka tadi. Dan untung ditangkap Kun yang refleksnya bagus. "Maafkan Jeno!" kata Doyoung panik. Kun mengulas senyum tulus. "Tidak masalah. Sampai nanti, Doyoung."
Doyoung turut melempar senyum tak enak. "Sampai nanti, Kun!" katanya. Doyoung menghela nafas lalu membawa Jeno pulang ke flat mereka.
Jeno adalah anugerah mereka, tidak seharusnya Jeno mengalami hal seperti ini hanya karena dosa yang sudah dia lakukan. Doyoung begitu betah mengelus kepala Jeno yang tampak mengantuk, bagaimana Jeno masih bisa memiliki fisik normal padahal begitu disangsikan dia bisa hidup seperti ini.
Ini semua karena orang tuanya kembar, memiliki genetik yang serupa dan memiliki orang tua yang sama pula. Genetik Jeno menjadi tak seperti kebanyakan orang, bahkan masih sebuah keberuntungan dia bisa lahir indah seperti ini. Tapi bukankah setiap kelebihan pasti ada kekurangannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
One Kind of Tales
FanfictionKumpulan cerita tentang yacht kita yang semakin membesar, NCT JaeDo. Siapkah kau tuk jatuh cinta semakin dalam pada pasangan ini?