Warning: YAOI, Messy Writing, OOC, Typo.
.
.
.
Dipanggil dengan pertanda petir bersahutan bukanlah hal bagus.
Dan Doyoung bersumpah ini kali pertama dan terakhirnya berada di sini, dipanggil dan dipermalukan di hadapan para malaikat yang ada. Doyoung bersusah payah berjalan, dan selama proses itu sayapnya sudah nyaris tak berbentuk. Tubuhnya mati rasa seiring dirinya yang mendekati altar.
Taeyong dan Johnny ada di hadapannya, mereka berjalan dengan perasaan tegang. Merekalah yang akan memberikan kesaksian, lalu keputusan akan diberikan nanti.
Seorang malaikat yang memegang gulungan berjalan ke arah mereka dan menatap mereka. "Salam, Sang Kehidupan dan Sang Kematian," katanya lantang. "Kalian datang ke sini atas panggilan Yang Di Atas. Dia sudah memberikan keputusannya, tapi akan tetap mendengarkan dari kalian. Juga..."
Mata cokelat sang malaikat dialihkan pada Doyoung yang menyedihkan. "Kesaksian sang pelanggar aturan tetap dibutuhkan."
Malaikat itu adalah penyampai pesan, tidak ada satu pun dari mereka yang suka berurusan dengan sang malaikat. Parasnya lembut seperti kebanyakan malaikat, namun raut tegas dipadukan gulungan keputusan itu takkan mampu menenangkan mereka.
"Doyoung, malaikat penjaga waktu yang ditugaskan untuk menjaga dan memastikan aliran waktu berjalan semestinya. Menjalankan tugas selama 3 kali hancurnya semesta, memahami dengan betul akibat dari perbuatannya akan sangat fatal. Kini melanggar peraturan selama 18 tahun bumi, kesalahannya tidak menonjol karena perlindungan malaikat kehidupan dan kematian. Vonis akan dibacakan bila kesaksian sudah didengar, demikian sang malaikat penyampai pesan, Kun, menyampaikan apa yang Dia katakan."
"Kepada Johnny selaku malaikat kematian, dipersilakan untuk memberikan kesaksian."
Tidak ada yang menyangka bahwa mereka akan langsung diadili begini di. Walau Doyoung sudah merasa aneh karena dipanggil ke altar, nyatanya mereka di bawah ke luar altar penyembahan. Mereka dibawa ke pengadilan malaikat, dan di sana sudah ada malaikat pangadil dan pemutus.
"Saya, Johnny selaku malaikat kematian menyatakan bahwasanya keputusan Doyoung dilakukan secara spontan. Dan dirinya terus melanggar aturan, berupa menyelamatkan nyawa manusia yang seharusnya sudah diberhentikan waktunya. Menurut saya, ini dilakukan karena rasa kasihan yang timbul. Jika ada alasan lain, saya tidak tahu menahu soal itu."
Malaikat pengadil melirik Johnny dengan pandangan bertanya, dia jelas ragu dengan kesaksian lemah Johnny. "Kau tahu hal ini sejak?"
"Tiga bulan yang lalu," jawab Johnny. Takkan ada gunanya berbohong di hadapan para malaikat. "Saya merasa curiga awalnya, tapi tidak melaporkannya karena kemungkinan ini adalah rencanaNya. Tapi karena saya merasa ganjil, saya putuskan untuk menyelidiki."
"Malaikat pelindung manusia, Junmyeon. Apa manusia bernama Jung Jaehyun ini tidak mempunyai skenario penyelamatan dalam hidupnya?"
Skenario penyelamatan, manuai yang memiliki ini pastilah dipakai Yang Di Atas untuk menyatakan kebesaranNya. Selain itu mereka pasti diberkahi malaikat pelindung.
"Tidak ada, manusia ini tak memiliki skenario penyelamatan."
Sang malaikat pengadil mengangguk paham. Lalu dia berkata dengan tenang, "terima kasih, kau boleh pergi. Selanjutnya, malaikat kehidupan, Taeyong. Diharapkan untuk memberikan kesaksian!"
Taeyong melirik Doyoung yang masih berlutut kesakitan, dia memang jatuh segera setelah sampai di sini. Ringisan yang keluar dari mulut Doyoung membuatnya menyernyit, tapi dia masih bisa memberikan kesaksian dengan dingin.
"Saya selaku malaikat kehidupan akan mendukung kesaksian Johnny. Saya mengetahui keanehan karena terlalu banyaknya kematian janin, walau hal itu dirasa wajar di masa seperti ini. Terlalu banyaknya kehidupan yang tertunda bisa diakibatkan karena tertundanya kematian seseorang, tapi saya tak pernah menyangka bahwa Doyoung..."
Hening melanda sebelum akhirnya sang malaikat pengadil berdeham ringan. "Kau terlalu lembut seperti biasanya," gumam sang malaikat. "Kalian tahu benar bahwa apa yang kalian katakan takkan terlalu meringankan hukumannya. Ini tak lebih dari prosedur semata."
Taeyong dan Johnny mengangguk kaku, keduanya sempat berpandangan sebelum saling menjauhi. Karena masalah serius ini malah membuat mereka melupakan sensasi mati rasa yang sudah dirasakan sedari tadi. "Kun, Dia sudah memutuskan bukan?"
Kun mengangguk. "Sudah, tapi masih bisa berubah. Doyoung harus memberikan kesaksian."
"Dipersilakan kepada malaikat penjaga waktu, Doyoung, untuk memberikan kesaksian."
Doyoung menahan sakit luar biasa ketika membenarkan posisi bersimpuhnya, matanya siap mengeluarkan air mata saat menjawab, "saya tidak punya pembelaan akan sikap saya."
Pernyataan itu sama sekali tidak memuaskan, harusnya Doyoung sendiri pun tahu. Sang malaikat pengadil menyernyit. "Kau mengakui perbuatan, tentu. Tapi alasannya? Kami butuh jawabanmu."
"Hanya... ."
Doyoung kembali mengerang saat mencoba berdiri, setidaknya dia ingin menunjukkan martabatnya sedikit sebagai malaikat. Tidak peduli tatapan kasihan atau cemooh di sekitarnya. "Saya sendiri tak yakin, ada keyakinan untuk terus menolong manusia itu. Saya merasa bahwa itu kewajiban saya, dan saya harus selalu melindunginya karena..."
"Karena?"
Doyoung kembali bungkam, dan itu membuat Taeil dan Ten berdecak. Sang malaikat pemutus dan pengadil itu tidak puas, tapi melihat kondisi menyedihkan Doyoung mereka tak bisa berbuat apa-apa.
Ten orang pertama yang menatap Junmyeon ragu. "Jangan bilang kalau Doyoung... ."
"Tapi itu tidak mungkin!"
Suasana kembali menengang saat sebuah gaung terdengar. Yang Di Atas tentunya mengawasi pengadilan ini, Doyoung lupa akan hal itu. Kun sendiri menghilang dalam sekejab, itu adalah tanda baginya untuk menghadapNya langsung.
Waktu berjalan begitu lama sampai akhirnya Kun muncul. Dia mendekati Taeil lalu berkata dengan pelan, Ten turut mendengarkan dalam diam. Taeil kembali berdeham dan mengetukkan palunya.
"Yang Di Atas telah memutuskan secara final, malaikat penyampai pesan akan membacakan keputusanNya."
"Malaikat Penjaga Waktu, Doyoung, diputuskan untuk diturunkan ke bumi. Tidak untuk diturunkan sebagai manusia tapi dimusnahkan. Malaikat kematian, Johnny, akan menghentikan waktunya. Demikianlah yang disampaikanNya."
Doyoung menunduk sambil menggenggam tangannya erat, ternyata Yang Di Atas sangat tegas. Tidak ada kesempatan kedua, dan tidak akan pernah ada lagi.
"Apa tidak bisa diringankan?" tanya Taeyong yang membuat Kun meliriknya. "Sudah dibiarkan selama ini, dan kau bertanya tentang kesempatan kedua? Bahkan sudah sebuah kebaikan hatiNya Doyoung dibiarkan hidup sampai sekarang!"
"Kalau begitu," kata Taeil yang membuat kedua malaikat tadi terdiam. "Bersamaan dengan keputusanNya yang final, pengadilan saya tutup sampai di sini. Malaikat kehidupan bisa mempersiapkan kelahiran yang akan terjadi, semenara malaikat kematian dan malaikat penjaga waktu... ."
Ten melanjutkan perkataan Taeil yang menggantung. "Kalian bisa pergi ke barat, ke tempat 'kejatuhan'. Sekian."
Doyoung akhirnya dibantu berdiri oleh Johnny, sementara Taeyong sempat meliriknya penuh kesedihan. Memang inilah akhir yang seharusnya terjadi.
"Beginilah akhirnya, Doyoung."
.
.
.
TBC
akhirnya di depan mata gaes, ehe :)
KAMU SEDANG MEMBACA
One Kind of Tales
FanfictionKumpulan cerita tentang yacht kita yang semakin membesar, NCT JaeDo. Siapkah kau tuk jatuh cinta semakin dalam pada pasangan ini?