10

178 13 6
                                    

"JOSHUA!!!!!!!!"

Joshua meringis saat tahu Wafeesha memanggil namanya. Jika biasanya Joshua akan berbalik badan, melototi Wafeesha, mengomeli Wafeesha dengan damai, aman, dan lancar, maka hari ini beda versi.

Rasanya, ia hanya ingin menghindari Wafeesha. Berada dalam radius dekat dengan gadis itu lama-lama bisa membuatnya terserang penyakit jantung dadakan.

Joshua dengan langkah lebarnya meninggalkan Wafeesha yang kewalahan mengejarnya.

Hingga pada akhirnya Wafeesha tak bisa lagi mengejar Joshua.

"Kok dia aneh banget, yah? Nggak biasanya dia begitu. Tumben juga nggak ngomelin aku."

Wafeesha mengendikkan bahunya, melangkah menuju kelasnya. Ia akan menemui Joshua nanti. Misi-misi merdeka yang ia buat, tak peduli seberapa banyak misi itu, setidaknya ada yang berhasil.

***

"Gawat, Jo!" Arif menatap Joshua panik.

"Napa, Rif?", tanya Joshua yang heran dengan tingkah Arif.

"Musuh lo dari SMP, si Andro yang dulu pacaran sama Steffi mukulin anak sekolah ini sampai masuk rumah sakit kemarin, Jo!"

Andro? Pria brengsek itu kembali lagi ke kehidupannya!

Joshua bangkit dari duduknya, tak peduli jika Ibu Koni, guru bahasa Indonesia sudah memanggilnya berulang kali.

"Mau kemana kamu?" Arif meringis ketika Ibu Koni melotot ganas kearahnya.

"Itu, bu, saya mau nyusul Joshua! Assalamu 'alaikum!"

Arif segera berlari mengejar, tak peduli Ibu Koni yang sudah kelewat emosi.

***

"Akhirnya lo dateng lagi kehadapan gue! Lo apa kabar?"

Joshua berdecih. Kayu yang ada digenggamannya dengan senang hati memukul kepala pemuda menyebalkan yang ada dihadapannya itu.

Andro, mantan kekasih Steffi adalah salah satu malapetaka terbesar yang ada didalam hidup Joshua. Jika bisa, Joshua mau melenyapkan pria itu detik ini juga.

Ingatannya kembali pada kejadian beberapa tahun lalu, adik perempuannya hampir diculik oleh Andro. Sungguh, membayangkannya saja Joshua sudah emosi.

"Nggak usah kebanyakan bacot lo! Tujuan lo apa mukul temam satu sekolah gue?", geram Joshua sambil sesekali menatap kayu yang ada digenggamannya.

Andro berdecak. "Selow, Jo! Gue cuma mau ketemu sama lo. Habisnya kalo gue mau ketemu lo, lo pasti ogah. Yaudah, dengan terpaksa gue hajar teman sekolah lo, mancing lo buat ketemu sama gue."

Joshua melemparkan kayu yang dibawanya pada Andro, kemudian ia menarik kerah baju Andro. "Bangsat! Lo emang sakit jiwa!"

Andro menggeram marah, menyentak kasar tangan Joshua yang tadi mencengkeram kerah bajunya. "Terserah apa pandangan lo tentang gue, asal gue bisa liat lo lagi, nggak papa. Sekarang waktunya!"

Bugh!

Andro melayangkan tinjunya tepat diwajah Joshua. Bahkan Arif yang sudah gerah dengan tindakan Andro sudah bersiap menolong Joshua. Sayangnya, gerakannya kalah cepat dari teman-teman Joshua. Sekarang ia sudah dipukuli secara membabi buta.

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang