18

187 11 0
                                    

Sonal ketar-ketir sekarang. Ia tak melihat Wafeesha di pesta ini.

"Kenapa lo?", tanya Arif ketika ia melihat Sonal mondar-mandir dengan raut gelisah.

"Gue khawatir sama Feesha, Rif! Daritadi gue cari-cariin dianya nggak ada."

Arif terkekeh pelan. "Elah, gitu aja udah khawatir. Lo kayak nggak tau aja kebiasaan temen lo yang satu itu. Ya pastinya dia lagi berjuang buat naklukin Joshua."

Sonal mendelik kesal. "Naklukin gimana lagi maksud lo? Mereka udah pacaran, kali!"

Mata Arif membulat. Joshua dan Wafeesha sudah resmi berpacaran dan ia tak tahu?

"Gimana ceritanya mereka bisa pacaran? Kenapa Joshua nggak kasih tau gue?!" Arif mengguncang-guncangkan tubuh Sonal yang menghadirkan efek dramatis.

Sonal mendengus. "Gue juga nggak tau, Paijo!"

Arif tak lagi meminta penjelasan dari Sonal. Ia beralih menyeret Sonal untuk mencari Joshua.

"Ikut gue, gue mau cari Joshua! Mau minta PJ alias pajak jadian. Enak aja mereka jadian dan gue nggak dapat jatah."

Sonal pasrah saat Arif menyeretnya untuk ikut bersama cowok menyebalkan itu.

Drttttt, Drtttt, Drtttt

"Tunggu, Rif!"

Arif sontak berhenti sebab Sonal memintanya berhenti, sebab ponsel gadis itu bergetar. "Chat dari Feesha?"

Wafeeshaneh
Sonal, maaf yah, aku pulang duluan. Mas Wafda nggak ada yang nemenin, kasian.

Sonal menghela napas lega. Ia kira Wafeesha kenapa-napa karena ia begitu mengkhawatirkan gadis itu. Sejurus kemudian ia mulai mengetikkan pesan pada gadis itu.

Nggak papa, Fee. Ntar gue minta dijemput supir keluarga nenek gue aja.

Wafeeshaneh
Iya, Son. Maaf yah aku bersikap kayak gini. Semoga kamu nikmati acaranya.

Sonal geleng-geleng kepala membaca pesan yang Wafeesha kirimkan padanya.

"Kenapa, Son?", tanya Arif membuat Sonal yang tadinya sibuk dengan layar ponselnya mengangkat kepalanya memandang pada Arif.

"Wafeesha katanya udah pulang. Di rumahnya cuma ada abangnya, dia pengen nemenin.", jawab Sonal mematikan kembali ponselnya.

"Wuih, baik bener sih dia! Nggak salah gue jadi fans dia!"

Sonal mengibaskan tangannya. "Serah lo deh tutup panci!"

***

Tangan Wafeesha tak henti menyeka air matanya yang turun. Kejadian antara Joshua dan Steffi mengiang-ngiang dikepalanya.

"Nggak boleh nangis, nggak boleh nangis!" Wafeesha memukul-mukul pelan dadanya, berharap rasa sesak didadanya sedikit saja berkurang.

Ia tak menyangka, akan berakhir seperti ini hubungannya dengan Joshua. Ia bisa saja bertahan disisi Joshua dan mendengar segala penjelasan cowok yang ia sayangi itu.

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang