Wafeesha merasa lega bisa bercerita panjang lebar dengan Wafda semalaman. Wafda dengan sabar mendengarkan ceritanya. Tak jarang juga Wafda memberikan semangat agar Wafeesha tak terus-terusan bersedih.
Hari ini Wafeesha akan melupakan kejadian semalam, kejadian yang membuatnya sadar diri. Seharusnya dari awal ia tak perlu keras kepala.
Tapi, untuk apa menyesal sekarang? Ia masih punya tanggung jawab membahagiakan orang lain. Ada keluarganya dan sahabatnya Sonal yang masih membutuhkan dukungan darinya.
Wafeesha ingin tahu bagaimana hasil sidang perceraian kedua orang tua Sonal. Semoga saja hasilnya memberikan jalan terbaik bagi Sonal dan keluarganya.
Wafeesha berusaha tersenyum, ia tak boleh terus-terusan sedih. Ada begitu banyak hal yang akan membuatnya bahagia. Bukan berarti karena satu kesedihan ini ia merusak banyak kebahagiaan yang ia inginkan.
"Selamat pagi, Sonal!", sapa Wafeesha kemudian meletakkan tasnya diatas meja dan duduk manis disamping Sonal.
"Pagi! Lo kayaknya senang banget hari ini. Ada apa emangnya?"
Berhasil. Wafeesha berhasil menutupi kesedihannya. Sebenarnya ia hanya berusaha untuk tetap berbahagia. Senyum hanyalah bentuk kamuflase agar ia tak dicurigai.
"Hehehe, nggak kok! Oh iya, Son, hasil sidang perceraian mama sama papa kamu gimana?"
Sonal menghembuskan napas lega. "Mereka udah resmi bercerai, Fee. Dan hak asuh gue jatuh ke mama. Gue seneng banget, gue sama mama terlepas dari papa gue."
Wafeesha ikut senang mendengar kabar ini. Melihat Sonal bisa hidup tanpa beban karena ulah papanya, Wafeesha lega.
"Oh iya, Fee, lo tau nggak semalem gue sama Arif hampir uring-uringan nyariin lo tau, gak! Pikiran gue udah negatif aja semalam. Gue pikir lo kenapa-napa. Tadi setelah lo ngabarin kalo lo di rumah, gue nggak khawatir lagi."
Wafeesha nyengir. "Maaf yah, Son!"
"Iya, nggak papa, kok."
"Pestanya keren, nggak?"
Sonal mengangguk antusias. "Iya, seru banget! Gue juga kaget pas liat mamanya Joshua. Cantik banget, Fee! Dan gue baru sadar dia itu model yang udah terkenal, lho!"
Wafeesha terkekeh hambar. "Oh iya?"
"Iya, Fee. Dia juga ngajak gue kenalan semalem. Gila, Fee! Baik banget dia!", puji Sonal.
Benarkah? Wafeesha hanya bisa tersenyum miris mendengar ucapan Sonal tentang ibunya Joshua.
Jelas saja Sonal diajak untuk berkenalan. Sonal itu cantik dan berasal dari keluarga kaya. Sonal pantas masuk lingkup pertemanan Joshua.
Kenyataan ini kembali menamparnya. Bahwa orang seperti ia pun tak pantas berteman dengan Sonal.
Wafeesha bangkit dari duduknya. "Son, aku ke toilet dulu, yah! Aku kebelet, nih!"
"Iya!"
Wafeesha pura-pura berlari keluar kelas dengan wajah panik sebab menahan air.
Senyum Sonal langsung tercetak diwajahnya. "Feesha, Feesha! Ada-ada aja, sih!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Teen FictionWafeesha sudah lama menyukai Joshua. Tapi masalahnya, Joshua tak pernah bisa melihat kasih sayang yang Wafeesha berikan padanya. Karena bagi Joshua, Wafeesha itu bagai makhluk asing yang ditinggalkan koloni-koloninya. "Ini perasaan cinta, bukan amb...