14

140 10 0
                                    

Cerita Joshua ditelaga kemarin malam membuat Wafeesha terus kepikiran, apalagi tentang Junicha, adik Joahua yang tengah sakit ginjal saat ini.  Seandainya Wafeesha adalah seorang dokter, ia pasti akan membantu Junicha.

"Fee, ke kantin yuk!"

Sapaan Sonal membuat Wafeesha sedikit terkejut. Hingga Sonal memicingkan matanya curiga. "Lo ada masalah, Fee? Atau lo lagi sakit?!" Sonal berseru panik, hingga kekehan kecil Wafeesha terdengar oleh Sonal.

"Nggak papa, kok."

"Serius nih lo nggak papa?", tanya Sonal dengan nada tak percaya, terselip unsur khawatir didalamnya.

"Iya. Katanya mau ke kantin?"

"Oh, ayo!"

Sonal dan Wafeesha berjalan bergandengan menuju ke kantin. Mata Wafeesha mulai meneliti, mencari keberadaan Joshua yang sama sekali tak mengirim pesan sejak kepulangan mereka dari tempat kencan semalam.

"Hoy!"

Wafeesha menampilkan senyum sumringah, saat Arif sudah berdiri didepan mereka. Tapi beda halnya dengan Sonal. Bahkan gadis itu sudah sibuk mendumel.

"Sensi amat lo sama gue!", celetuk Arif kemudian berdiri ditengah-tengah Wafeesha dan Sonal.

"Gimana kagak sensi lo nyebelin!"

"Nyebelin tapi bikin lo kangen, 'kan?", goda Arif dengan alis yang dinaik-turunkan.

"Ogah lah-yaw!"

Arif terkekeh, kemudian menggandeng tangan kedua perempuan itu dan menyeretnya ke kantin.

"Woy, apa-apaan, nih?", ujar Sonal berusaha mendorong tubuh Arif agar menjauh darinya.

Wafeesha hanya tertawa kecil, membiarkan Arif menggandeng tangannya dan juga menggandeng tangan Sonal.

"Senangnya dalam hati, aku punya istri dua...."

Arif menyanyikan lagu itu dengan suara yang sengaja dinyaring-nyaringkan, entah liriknya benar atau salah, yang jelas hal itu membuat Sonal makin keki.

"Lepasin tangan gue!!!!!", murka Sonal tapi Arif makin mengeratkan genggaman tangannya.

"Aduh, ini istri pertama marah-marah mulu! Istri kedua aja nyantai!", celoteh Arif yang mendapat sorotan dari siswa yang berlalu lalang disekitaran mereka.

"Menang banyak lo, Rif!"

"Rif kenalin lah sama kita!"

Celotehan itu membuat Sonal risih, tapi Wafeesha malah tertawa pelan. Ada-ada saja tingkah Arif ini.

Sonal bisa menghembuskan napas lega saat mereka sudah tiba di kantin.

Dengan perasaan gusar Sonal duduk disalah satu kursi kantin, menatap Arif bringas. "Dasar cowok sialan! Pinter banget lo nyari kesempatan dalam kesempitan!"

Arif malah mendengus geli, menatap Sonal dengan raut jenaka. "Bukan menyari kesempatan, sayangku! Aa' Arif lagi nyari kesempurnaan dalam kesempitan!"

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang