Jam menunjukan pukul sepuluh lebih lima belas menit. Empat puluh lima menit lagi Alice menyelesaikan waktu belajar dan bermainnya di Sekolah. Ciara tidak begitu sibuk hari ini.
Jam-jam seperti ini toko roti tidak begitu ramai. Biasanya toko roti akan ramai dijam-jam makan siang. Mungkin para pengunjung membutuhkan pencuci mulut setelah makan besar. Atau bisa juga malas makan besar dan lebih memilih mengemil roti.
Ia sedang duduk memandang langit cerah siang ini. Senang sekali melihat langit cerah begitu. "Kak Ciara," Tiba-tiba seorang lelaki datang dengan pakaian seragam sekolahnya. Dengan membawa tas dipunggungnya.
"Julio, kenapa sudah pulang?" Hyesul bingung. Padahal belum menunjukan jam pulang Julio. Tidak biasanya lelaki itu pulang cepat begini.
"Sekolah ada acara. Jadi, semua murid dipulangkan, kak." Ciara mengangguk mengerti. "Oh iya. Bibi Lilis sedang pergi ke toko bahan-bahan roti. Makan siangmu sudah siap diatas meja makan." Ciara menyampaikan pesan yang tadi diamanatkan kepadanya dari bibi Lilis. Julio mengangguk mengerti.
"Kak, boleh aku mengambil satu bakpao isi kacang merah?" Ciara tersenyum geli. Kemudian ia membuka rak berisi bakpao yang tersisa setengah. Setengah dari bakpao itu sudah diborong oleh seorang guru sekolah menengah. Katanya untuk memberikan muridnya.
"Ini," ucap Ciara sambil memberikan satu bakpao berisi kacang merah kepada Julio. "Terimakasih, kak. Kau semakin cantik saja, kak." Ciara menggelengkan kepalanya.
Lelaki itu segera lari masuk ke dalam rumah. Toko roti ini memang jadi satu dengan rumah bibi Lilis. Bahkan Alice sering sekali berada di Rumah bibi Lilis. Alicw sering menunggunya bekerja sambil bermain dengan Julio.
Ciara bekerja dari pukul setengah delapan hingga pukul empat sore. Toko bibi Lilis tidak buka sampai malam hari. Ia takut rotinya tidak fresh lagi. Jadi, ia hanya buka sampai sore saja.
"Permisi," Seorang wanita cantik masuk ke dalam toko roti tersebut. Dirinya terlihat tengah mencari sesuatu. Ciara segera mendekatinya. "Ada yang bisa saya bantu?" Ucap Ciara pada wanita itu.
"Saya mau mencari roti tawar pandan. Masih ada?" Ciara mengangguk. "Masih ada. Tunggu sebentar." Ciara masuk ke dalam dapur. Kemudian mengambil satu bungkus berisi enam roti tawar berwarna hijau.
Ia segera keluar dan masih mendapati wanita itu sedang memilih roti lainnya. Ada beberapa macam roti yang berada di nampan yang ia bawa. "Ini roti yang anda cari." Ucap Ciara sambil menaruhnya diatas meja kasir.
"Oh, iya. Terimakasih. Ini sekalian saya mau membayar." Ciara mulai menghitung satu persatu roti yang dipilih oleh wanita itu. Kemudian memberikan jumlah harganya. Wanita itu memberikan uang kepada Ciara dan diterimanya.
Setelah urusan wanita itu selesai, ia segera pergi meninggalkan toko roti itu. Kemudian Ciara melirik jam yang sudah menunjukan hampir pukul sebelas. Ia cemas jika bibi Lilis belum datang, siapa yang akan menjemput putrinya.
Julio jelas tak bisa diandalkan. Lelaki itu justru malah memakan roti-roti ini. "Kenapa bibi Lilis belum pulang juga, ya." Hyesul cemas sekali rasanya.
Wanita itu takut jika Alice menunggu terlalu lama. Rasanya tak tega membayangkan wajah Alice yang melihat terus ke arah jendela sambil mengharap kedatangannya.
Namun, toko roti ini masih menjadi tanggung jawabnya. "Aku datang, Kak." Tepat waktu. Hanna, pegawai selain dirinya datang. Wanita berambut sebahu itu baru saja datang.
"Aku sudah izin kepada bibi Lilis karena terlambat. Maaf, kak." Ciara tersenyum sambil melepas apron seragam yang ia kenakan. "Tidak masalah. Oh iya, aku harus menjemput Alice. Aku takut ia menunggu lama." Hanna mengangguk sambil mengenakan seragamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Vie en Rose
RomanceWanita itu hanya menginginkan kesembuhan putrinya. Tak perduli bahwa harga dirinya akan terjun bebas. Mengemis dihadapan lelaki yang pernah singgah dihatinya cukup lama memang bukan ide yang bagus. Tapi, ia tak punya pilihan. Hanya cara ini yang bis...