"Halo. Kenapa Ka? Gue buru-buru sumpah."
Hampir saja aku terjatuh karena lengan kiri harus menggapit ponsel ke telinga sementara tangan kanan sibuk memasangkan sepatu ke kaki.
"Hah?" Aku mencari-cari dompet di atas meja rias karena tadi sempat aku keluarkan dari slingbag karena lipstik dan bedak buat touch up belum masuk. Oh sama parfum juga. Nggak boleh ketinggalan.
"Sama Putri aja gimana? Sumpah gue nggak bisa kalau harus sekarang. Ini gue udah telat woe." Tuhan! Akhirnya dompetnya ketemu.
Oke tinggal berangkat.
"Kepo banget sih lo. Rahasia lah gue mau pergi ke mana."
"Dih kok gitu? Gue udah bilang dari kapan hari kalau nggak bisa hari ini ya, gue udah janji sama orang, Ka."
"Ya lo nge-coass sendirian bisa kali, kalau misalnya belum ngehubungin Putri buat gantiin gue. Lagian kelas karyawan berapa sih anaknya? Nggak nyampe sepuluh palingan. Dan mereka lebih expert kalau praktikum mah. Apalagi cuman uji protein, mereka udah jago kali, Ka."
Sumpah ya si Aska nggak tahu keadaan banget telfonnya. Dan lebay banget ya elah. Nih aku kasih tahu ya, mahasiswa kelas karyawan itu rata-rata sudah pada bekerja sesuai program study atau jurusan yang mereka ambil, jadi mereka sudah pada pinter-pinter. Beda sama kelas reguler yang benar-benar murni belajar karena belum paham.
Dengan gusar aku melirik jam. Jam dua! Mampus. Padahal aku udah janji jam ini harusnya sudah tiba di lokasi ketemuan.
"Ka sumpah, gue harus berangkat sekarang. Mobil uber nya juga udah nunggu dari tadi." tanpa menunggu jawaban dari seberang, langsung aku mengakhiri panggilan. "Oke bye. Sori, ntar habis ini gue telfon balik."
Fiuh.
Jadi tadi itu Aska. Dia kalang kabut nyari patner coass karena aku mendadak absen hari ini. Nggak mendadak banget sih sebenarnya. Aku sudah bilang sama dia dari Kamis kalau hari ini aku ada acara. Dan hari ini tuh hari Sabtu ya.
Nah itu dia orangnya--yang membuatku rela harus absen nge-coass praktikum hari ini.
Gila.
Ini keren parah.
Kupikir lelaki semacam ini hanya ada dalam deskripsi novel atau ya, paling mentok mungkin selebgram ganteng yang followers-nya sudah menggandeng huruf K di belakang ketiga angkanya. Sumpah. Aku sampai kehabisan kosa-kata untuk mendeskripsikan bagaimana perasaanku sekarang.
Kalau kamu mengaku anak millenial dan cenderung proaktif dengan sosial media, pastilah kalian tidak akan asing dengan salah satu dating app yang lagi hits ini. You read it right, it's called Tinder. Awalnya aku juga skeptif dengan aplikasi ini, because as you all known, sosial media itu nggak akan selamanya asli. Bisa aja orang pasang foto yang bukan dia untuk menarik lawan jenis. But thankfully, as long as I use this app, I never matched with pervert men. Dan baru kali ini aku mengiyakan ajakan bertemu untuk ngobrol dan ngopi darat.
Jadi saranku, kalau kalian baru akan mulai menggunakan aplikasi ini atau dating app yang lain, jangan terlalu banyak menyertakan informasi pribadi seperti kuliah di mana, kantornya dimana, apalagi alamat rumah. Iyasih, harus ada sesuatu yang setidaknya membuat nilaimu menjadi tinggi dan menarik lawan jenis untuk swab ke kanan, tapi tetep, berikan informasi selayaknya saja. It's just for fun! Jadi buatku, pasang foto cantik karena filter dan tulisin hobi di bio aja sudah cukup. Malahan, aku sering banget ganti foto profil dengan foto-foto penyanyi yang aku tonton kalau dateng ke gigs. Lagian, nanti kalau ada yang match, tinggal lanjut lewat chatting aja kan untuk mengenal lebih jauh lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU
General Fictionhe's the one who gives me pink, red, yellow, and green in my life.