3 ~ Gadis Gila

209 19 7
                                    

Orang bilang, Hasanah Khansa adalah gambaran kesempurnaan. Cantik. Pintar. Kaya raya. Punya keluarga utuh yang menyayanginya. Sholehah lagi. Apalagi yang kurang dari kehidupannya. Tapi itu dulu. Dulu sekali sebelum nama seorang Hasanah Khansa menghilang bak ditelan bumi.

Entah dimana Hasanah Khansa penulis blog yang mengisahkan perjalanan-perjalanan mengesankannya mengelilingi dunia. Entah dimana sekarang si cantik Khansa dengan foto di puncak gunung yang sempat jadi trending.

Nyatanya, tidak hanya hilang dari dunia maya, Hasanah Khansa juga menghilang dari dunia nyata. Dia tak pernah muncul lagi dalam foto bersama kakeknya, Abdul Rauf. Seorang penulis terkenal dengan buku-bukunya yang terkenal berisi pengalaman mengesankannya mengelilingi dunia. Dia juga tak pernah datang lagi ke sekolah sejak kelas tiga SMP semester dua.

Hasanah Khansa hanya sebatas nama yang pernah ada sebagai penulis blog muda sekaligus cucu penulis terkenal.

Tapi Khansa tidak benar-benar menghilang. Dia masih ada. Masih sekolah seperti anak kebanyakan. Dan masih melakukan rutinitas keseharian seperti biasanya. Bedanya, Khansa tak lagi tinggal di Jakarta dengan kakeknya. Namun sudah kembali ke Medan, ke keluarganya yang sebenarnya.

Suatu kejadian di akhir tahun kelas tiga, membuat Khansa menghilang. Dia tak pernah muncul lagi di blog. Tidak ada lagi di sosial media. Bahkan rumahnya di Jakarta kosong. Lalu memulai kehidupan yang baru di Medan bersama kedua orang tua dan Kakaknya, Fathan.

Sayangnya, kehidupan barunya bukan sesuatu yang Khansa inginkan. Melanjutkan sekolah di SMK Farmasi tentu bukan pilihannya. Namun dunia penjelajahan Khansa tidak berhenti, dia hanya tak mau lagi memberitahu dunia bahwa di belahan dunia yang begitu luas tersimpam begitu banyak rahasia keindahan.

"Khansa."

Khansa yang tengah membolak-balik majalah yang dia temukan di meja kerja Papanya, menoleh. Tersenyum singkat lalu menutup majalahnya.

"Jadwal PKL kamu jam sebelas, kok kesininya pagi-pagi sekali," ujar Arza, Ayahnya. Dia sudah kelas 3, dan sekarang sedang sibuk-sibuknya PKL.

"Khansa sengaja, Pa. Mau ngambil gambar ikan yang di taman rumah sakit," cengirnya. Wajah polosnya yang dibalut jilbab berwarna hitam itu tersenyum begitu lebar.

Arza sering teringat Ziefa, istrinya jika melihat putri bungsunya itu tersenyum. Senyum milik Khansa yang dihiasi lesung di kanan dan kiri itu mirip sekali dengan senyum istrinya. Juga sudut matanya yang ikut membentuk garis lurus yang menyembunyikan manik coklatnya jika dia tersenyum.


"Terus sekarang kamu mau ngapain?" tanya pria yang merupakan Kepala Rumah Sakit Media Farma itu. "Jangan gangguin Mama kerja ya!"

Cengiran Khansa semakin lebar. Beberapa bulan yang lalu, karena keisengannya yang mengikuti Ziefa memeriksa pasien, terjadi insiden yang takkan dilupakannya. Khansa membuat pasien Mamanya mengamuk karena tak sengaja menyenggol lengan Mamanya hingga jarum suntik tertusuk terlalu dalam ke tangan pasien.

"Waktu itu Khansa gak sengaja kok, Pa." Khansa bangkit berdiri, meletakkan kembali majalah yang dia pegang tadi. "Papa mau kemana?" tanyanya saat Ardana membuka pintu ruangannya untuk keluar.

"Ada rapat," ujar Arza. "Kalau kamu keluar, pintunya dikunci, ya."

Dengan cepat, Khansa menyelip keluar ruangan. Lalu menyengir tanpa dosa pada papanya. "Papa yang ngunci, deh."

Khalil dan KhansaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang