Bab 4

3.1K 121 13
                                    

Seleksi tahap tiga menyisakan lima puluh kandidat. Termasuk di antaranya Leo dan Wira yang juga berhasil lolos dengan penuh perjuangan. Setelah saling bahu membahu mencapai garis finish, keduanya kini terlihat akrab.

Peserta yang tersisa ditempatkan di sebuah villa berjarak 1 km dari bangunan yang ditempati sang putri bangsawan. Mereka menghabiskan waktu di tempat itu hingga tiba saatnya menjalani tes tahap selanjutnya. Berbagai karakter yang berbeda ada pada satu atap. Tak jarang terjadinya perselisihan. Gelagat menolak pertemanan mengisi ruang demi ruang. Seolah menganggap individu lain adalah musuh. Namun, tidak semua. Tatapan curiga seringkali mengarah pada Wira yang selalu mengikuti kemana pun Leo pergi. Hanya mereka berdualah yang terlihat tak bersaing, bahkan saling membantu.

Sedang menyantap cereal jagung, tiba-tiba seorang pria bertubuh besar menumpahakan segelas susu ke kepala Leo.

"Aaaggghhh ... apa-apaan ini?!" Leo terkejut hingga bangkit dari kursinya.

Begitu pula dengan Wira yang sedang duduk di sebelahnya. Ia menoleh ke arah pelaku.

"Ko-kok Bapak besar di sini? Bu-bukannya udah gagal?" tanya Wira tergagap.

"Saudara kembar saya yang kalian gagalkan! Dan sekarang saya mau balas dendam untuk dia!"

"Apa?!"

Serempak Leo dan Wira terbelalak dan langsung berusaha menghindar ketika pria berbadan besar itu berusaha menyerang.

"Sini kaliaaan ...!"

"Aaaggghhh ... maaf, Pak. Maaf. Namanya juga kompetisi."
Kejar-kejaran pun terjadi di ruangan.

"Wooo ... tangkaaappp! Habisiii ...."

Peserta lain bersorak sorai, seolah mendukung apa yang dilakukan pria bertubuh paling besar di antara lainnya.

"Sini kalian! Gara-gara kalian saudara kembar saya gagal lolos!"

"Aaaggghhh ... ampun, Pak. Ampuuun ...."

Wira tertangkap. Diangkat ujung kaos belakang lehernya. Bagai anak kucing yang hendak digotong oleh induknya. Pria itu mengambil botol saos cabai, mengarahkan ke wajah korbannya, kemudian menekan hingga tersembur isinya.

Bluggg ....

Gerakan tangan berhasil dihalau oleh Leo yang menubrukkan diri. Semprotan saos pun tak mengenai sasaran. Seketika pria berbadan besar itu merubah arah, kembali menekan botol.

"Aaaggghhh ... periiih ...."

Melindungi Wira. Namun, Leo yang menjadi korban. Semburan saos cabai tepat mengenai kedua matanya.

Ting ... tong ....

Hendak melakukan serangan lanjutan. Tiba-tiba saja bel berbunyi.

"Non Angela masuk ... ayo kumpul ... kumpuuul ...."

Peserta yang semula sedang menyaksikan adegan penyiksaan yang dilakukan pria bertubuh besar, kini teralihkan. Mereka berbondong-bondong menuju pintu depan. Leo pun terabaikan.

"Aaaggghhh ... periiih ...."

Bergegas ia menuju wastafel, kemudian membasuh wajah. Pria bertubuh besar pun tak lagi berusaha melakukan serangan. Ia turut mengikuti peserta lain, menyambut kedatangan sang putri.

"Gimana, Pak? Perih ya? Ini elap?" Wira memberi handuk kepada Leo.

Mengelap wajahnya. Mata Leo memerah akibat terkena semprotan saos. Ia tampak masih kesakitan.

"Maaf, Pak. Lagi-lagi gara-gara melindungi saya," sesal Wira.

"Ga apa."

"Beneran ga apa?"

Lady AngelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang