Anindya Qisty Radilla. Itulah namanya. Perempuan mungil nan cantik yang ketika gugup, pertolongan pertama nya adalah bubblegum. Bergigi gingsul yang menambah keimutannya. Berambut sebahu, berkulit putih, dan memiliki suara emas dan jago bermain gitar.
Anindya baru masuk SMA favorit di kota barunya. Dia mengikuti ayahnya yang dipindahkan kerjanya ke Jakarta. Dengan bangga dia memasuki sekolah barunya tersebut.
Dia tidak memiliki teman dari SMP nya, karena sejak SD dia tinggal di Bandung. Maka dari itu dia sendiri sedang mencari orang yang akan dia jadikan temannya di SMA.
"Hai!" Sapa Anin yang gugup sambil mengunyah bubblegum kepada seorang perempuan cantik yang sedang duduk di benteng kecil depan suatu kelas.
"Hai" Jawaban dingin terlontar dari perempuan cantik itu sambil menyunggingkan senyum tak niat dari bibirnya.
Anin tersenyum seraya memperkenalkan diri pada perempuan tersebut.
"Boleh kenalan?" Tanpa menunggu jawaban dari perempuan dingin itu, Anin langsung memperkenalkan dirinya dan membuang bubblegum favoritnya itu. "Aku Anindya Qisty Radilla, kamu bisa panggil aku Anin. Aku pengen temenan sama kamu hehe maaf sebelumnya karena aku SKSD hehehe".
Perempuan cantik itu menjawab dengan dingin perkenalan dari Anin.
" Ohh". Sambil melambaikan tangan kepada Anin. "Nama gue Reihanna Distya, lo boleh panggil gue Disty, berhubung gue belum punya temen dan lo nyamperin gue, ayo deh temenan haha". Sambung Disty sambil tertawa tidak niat yang memunculkan kebingungan untuk Anin.
Anin terdiam sejenak mencerna kata-kata yang diucapkan Disty. Dia tidak mengerti apa yang Disty katakan. Dan tidak lama sebuah telapak tangan melambai di depan muka Anin.
"Heh lo kok malah ngelamun sih? Hellooo." Ucap Disty.
Anin tersadar dari lamunannya.
"Eh, eh, ngga kok hehe."
Tiba-tiba seorang laki-laki menghampiri mereka berdua.
"Hai Nin!" Sapa laki-laki tampan bertubuh tinggi yang menyunggingkan senyum manisnya dan menyodorkan tangannya untuk berkenalan dengan Anin.
Anin membalas senyum dan menyodorkan tangannya untuk menerima tangan dari laki-laki tersebut dengan gugup.
"Gue Danendra Leon Nathaniel. Lo bisa panggil gue Leon. Semoga kita sekelas yaa Nin." Ucap Leon.
Danendra Leon Nathaniel. Seorang laki-laki berbadan tinggi dan tegap. Ayahnya asal Australia dan ibunya asal Medan, yang membuatnya bermuka blasteran. Tampan? Itu pasti.
"Hai Leon, aku Anind..."
Leon mengangkat jari telunjuknya dan menempelkannya pada bibir Leon.
"Ssstt, gue udah bisa tau nama lo tanpa lo perkenalkan nama lo."
Disty yang merasa muak melihat mereka, pergi meninggalkan mereka yang sedang kebingungan dengan perlakuan Leon padanya.
"Dis, Disty kamu mau kemana Dis?". Tanya Anin yang masih berpegangan tangan dengan Leon.
Disty tidak menjawab, ia hanya melambaikan tangan nya tanpa memperlihatkan mukanya pada Anin. Anin pun bergegas mengejar Disty tetapi tangan Anin ditahan oleh Leon.
"Kok aku jadi dag-dig-dug gini ya. Ish apaan sih". Batin Anin.
"Temen lo?" Tanya Leon sambil menatap heran melihat pipi Anin yang memerah. "Kenapa pipi lo merah, Nin? Lo deg degan ya tangan lo gue pegang? Lo makin cantik kalo ekspresi lo kek gini, Nin." Ucap Leon yang menambah semburat merah di pipi Anin makin menjadi-jadi.
"Eh apaan sih Leon, ak... aku.. an... anu aku pengen ke kamar mandi, sampai nantiii". Anin gugup dan meninggalkan Leon yang kini menatap kepergian Anin.
"Mungkin ini rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama". Batin Leon.
Sementara, Anin yang sudah tidak terlihat dari pandangan Leon, berlari menjauh dari sekitar Leon. Dia berhenti di belakang kelas yang dia tidak tahu mengapa dia berada di tempat itu. Tak lupa, dia mengambil bubblegum yang selalu tersedia di dalam saku baju seragamnya.
"Aduh kenapa ada sih orang yang kayak gitu? Paaa, tolong akuuuuu aku takut pingsan nih kenapa jantung aku cepet banget detaknya." Ucap Anin sambil memegang dadanya.
"Tuh kan bener lo deg degan."
Perkataan simpel itu membuat Anin terlonjak kaget dan merasa jantungnya yang berdetak cepat akan jatuh dari tempatnya.
"Kamu kok ada disini? Jangan jangan kamu superhero yang bisa menghilang tiba-tiba dan muncul tiba-tiba!" Ucap Anin yang mengundang tawa dari Leon.
Ya, Leon. Leon mengikuti Anin dari awal Anin berlari dan kini mereka berdua berada di belakang kelas.
Anin memukulkan kepalan tangannya pada kepalanya sendiri tanpa sadar karena dia merasa bodoh berbicara seperti itu pada Leon.
"Hahahaha... Nin lo kebanyakan nonton film action kali ya sampe sampe lo bilang gue superhero. Ngakak gue, Nin hahaha. Makin cinta deh gue sama lo." Goda Leon sambil mencubit pipi merah Anin.
"Ngg... Ngga kok Leon, aku cuma capek aja abis lari makanya jadi deg degan." Jawab Anin dengan terbata-bata.
"Yaudah gapapa deh kalo lo ga mau jujur." Jawab Leon dengan ekspresi menggoda.
Anin tidak terima akan jawaban dari Leon yang berhasil menebak jika dia sedang berbohong.
"Aku jujur kok, jujur." Bela Anin.
Tiba-tiba Anin teringat akan perkataan Leon yang tau namanya padahal dia belum pernah bertemu sama sekali sebelumnya dengan Leon.
"Eh bentar bentar. Tadi kenapa kamu tau nama aku? Padahal kan aku belum kenalan sama kamu." Tanya Anin pada Leon.
"Kan gue peramal." Jawaban simpel dari Leon membuat Anin makin kebingungan.
"Ya Allah, hari ini aku baru pertama masuk sekolah ini, kenapa orang-orang di sekolah ini ngebuat aku bingung? Apa aku harus pindah sekolah biar aku gak bingung?". Anin pasrah, dia bingung ntah harus berbuat apa lagi sekarang.
"Eh jangan, Nin, jangan pindah sekolah." Pinta Leon. "Yaudah deh gue jujur, sebenernya tadi gue nguping pembicaraan lo sama Disty, jadi gue tau deh nama lo, Nin."
Leon yang mengucapkan nama Disty mengingatkan Anin pada Disty yang tadi menghilang tiba-tiba.
"Oh yaudah deh. Leon, aku duluan ya aku mau nyusul Disty." Pamit Anin pada Leon.
"Seharusnya lo jangan deket sama Disty, Nin. Gue gak mau lo kenapa-kenapa gara-gara gue. Gue pengen jujur tapi gue belum berani jujur tentang hal ini ke lo, Nin. Karena sebenernya Disty itu ........". Batin Leon
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.This is my first story yeayyyy!!!
Semoga gak bikin bosen pas bacanya yaa, maaf kalo banyak kekurangan:) .
Jangan lupa voment nya guys:*
KAMU SEDANG MEMBACA
BUBBLEGUM
Teen FictionMemang, pada akhirnya semua akan seperti Bubblegum. Semakin kau merasakan manisnya, semakin besar pula kesempatanmu untuk kehilangannya. ••• Ini adalah sebuah cerita dari seorang perempuan cantik bertubuh mungil yang ketika gugup, pertolongan pertam...