Triiingg ... Triiingg ...
"Wil, Leon kemana, ya? Sampe pelajaran terakhir kok dia gak balik lagi? Gue khawatir."
"Mungkin dia ada urusan, dia kan ketua kelas. Bisa jadi rapat buat acara Seni. Positive thinking aja, Nin."
"Yaudah deh, ntar gue cari di parkiran."
"Iya, Nin. Gue duluan pulang ya, lo hati-hati, bye."
"Bye."
Anin pun keluar kelas dan menuju parkiran, guna mencari Leon yang sudah 2 jam tidak ia lihat.
Jauh dari kenyataan yang ia harapkan, Anin melihat Leon tengah bersiap memajukan sepeda motornya bersama seorang perempuan yang Anin kenal, yang duduk tepat di belakang Leon sambil merangkul erat tubuh Leon, Disty.
"Leon?" Batin Anin dengan ekspresi tidak bahagia terukir di wajahnya.
Anin dengan cepat meninggalkan pemandangan yang sangat membuat hatinya terluka. Tidak terasa setetes air pun turun dari pelupuk mata yang membasahi pipi lembutnya. Dia pun bergegas pergi ke taman belakang sekolah nya.
"Kenapa, Leon? Kenapa lo kasih berkali-kali rasa sayang ke gue kalo akhirnya lo bakal kasih rasa sakit ke gue? Leon, gue sakit, Leon, sakit." Batin Anin sambil menyembunyikan wajahnya di kedua lututnya.
"Udah, jangan nangis."
Suara yang pernah Anin dengar membangunkan tangisan Anin yang kian menjadi-jadi.
"Kok malah tambah keras, sih? Gue harus gimana, nih? Gue gak berpengalaman dalam hal menghibur cewek."
Anin pun mengangkat kepalanya dan menghentikan tangisnya. Dan kini hanya menyisakan isakan lembut yang keluar dari mulutnya.
"Kkk ... Kkk ... Kak ... Ezran?"
"Hai, untung lo tau jadi gue gak usah kenalin deh, hehe."
Anin mengusap sisa air mata yang membasahi pipinya. Lalu, Ezran pun menawarkan tangannya untuk membangkitkan Anin yang masih duduk di rerumputan.
"Yuk, bangun. Gue bantuin."
Anin pun menerima uluran tangan dan berdiri di hadapan Ezran.
"Makasih, kak."
"Iya, sama-sama. Lo kok nangis disini? Kalo gue gak liat lo tadi di parkiran dan gue gak ikutin lo, orang-orang yang lewat sini bakalan nyangka lo itu hantu yang jagain sekolah. Lo sih nangis di tempat gini, di tempat yang bagus dikit kek."
"Hehehe, maaf, Kak."
"Yaudah, yuk, jangan disini. Konon katanya ditempat ini ada ... "
"Eh, iya iya Kak, ayo pergi."
"Hahaha, yuk." Ajak Ezran sambil memegang pergelangan tangan Anin.
"Kak Ezran kok pegang tangan gue sih? Gue kan jadi deg-degan. Aduh apaan sih, ngelantur kan jadinya." Batin Anin.
Anin ingin mengambil bubblegum yang ada di saku seragamnya. Tapi, ia merasa tidak enak jika tiba-tiba melepaskan tangan Ezran. Lalu, Anin pun mengambil bubblegum dengan tangan kirinya dan membukanya dengan satu tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUBBLEGUM
Ficção AdolescenteMemang, pada akhirnya semua akan seperti Bubblegum. Semakin kau merasakan manisnya, semakin besar pula kesempatanmu untuk kehilangannya. ••• Ini adalah sebuah cerita dari seorang perempuan cantik bertubuh mungil yang ketika gugup, pertolongan pertam...