Angka Kebencian

56 8 0
                                    

"Cerai! Itu kan yang kamu inginkan!?" Bentak ayah Anin. Surya Kusuma.

"Iya, Mas. Aku pengen kita cerai. Aku lebih pilih dia dibandingkan kamu. Kamu tidak pernah pulang ke rumah. Kamu selalu bergelut dengan pekerjaanmu. Aku capek hidup dengan laki-laki sepertimu." Jawab Ibu Anin.

"Bagus. Pilihlah lelaki brengsek itu. Pergi jauh sana. Kemasi barang-barang mu dan jangan menunjukkan batang hidungmu sedikit pun!!". Bentak Surya dengan nada tinggi.

"Satu lagi. Jangan ganggu Anin. Aku tidak ingin dia hidup dengan wanita jalang seperti kamu!!".

"Aku akan pergi dari sini." Kata terakhir yang Anin dengar dari mulut ibunya. Ibu yang melahirkannya.

Tak lama kemudian, Anin mendengar suara mobil. Anin mengintip dari jendela kamarnya dan melihat ibunya yang telah masuk ke mobil seorang pria yang tak ia kenal sama sekali. Lalu mobil itu melaju dengan cepat, menghilang dari pandangan nya.

"Anin." Panggilan lembut Surya membuat Anin terlonjak dan refleks memeluk ayahnya.

"Papah, Ibu jahat. Anin benci Ibu." Ucap Anin kecil yang masih berumur 6 tahun itu.

"Sudah, Nak. Sekarang ada papah disini. Papah akan jaga kamu. Sini papah gendong." Surya pun menggendong Anin. "Papah punya permen karet rasa strawberry kesukaan Anin. Nih papah kasih buat Anin." Surya pun menggendong Anin dan membukakan permen karet yang diharapkan dapat menenangkan Anin yang menangis tersedu-sedu. ~ 29 Maret 2009.

***

"Udah tanggal 29 lagi, aku benci tanggal ini." Batin Anin dalam hati sambil melihat kalender di handphone miliknya.

"Nin." Teriak seorang laki-laki yang membuat Anin mencari sumber suara itu.

Di belakang Anin kini terdapat Leon. Leon menghampiri dan mensejajarkan diri nya dengan Anin. Mereka berjalan bersama di koridor barisan kelas 10.

"Hai." Sapa Anin dengan senyum manisnya. "Kemarin kenapa kamu tiba-tiba pulang, Leon?" Sambung Anin.

"Oh, ngga kok. Oh iya, kamu jadi sekretaris yaa Nin. Sekretaris kelas dan sekretaris di hati aku, hehe." Jawab Leon yang membuat Anin kebingungan.

"Oh gi... gi... gitu. Ma... Maksudnya apa Leon, aku masih belum ngerti nih." Ucapan polos Anin mengundang kegatalan tangan Leon yang ingin mengacak rambut Anin. Dan tangan Leon pun lolos mengacak rambut Anin.

"Leon, Leon diem. Tuh kan rambut aku jadi acak-acakan gini." Ucap Anin sambil merapikan rambutnya.

"Kapan sih lo gak bikin gue cinta, Nin?". Tanya Leon yang diiringi senyuman dan lolos membuat Anin gerogi.

Anin mengambil bubblegum yang ada di saku bajunya dan langsung melahapnya.

Tak terasa, mereka tiba di kelasnya. Kedatangan mereka disambut oleh tatapan tanya dari teman sekelas nya yang membuat mereka berdua kebingungan.

"Mereka pacaran?"

"Tau tuh, kayaknya sih iya."

"Padahal gue udah naksir sama bebeb Leon, eh ternyata bebeb Leon udah sama yang lain, huhuhu." Rengek salah satu perempuan yang ikut menatap Leon dan Anin.

BUBBLEGUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang