18

2.5K 178 16
                                    

“Eh sebentar, sebentar. Ini kok ada tante Calista sama perempuan nggak tahu malu nih pada ngumpul di sini.” Elmeira baru sadar bahwa di dekatnya sudah ada Calista dan Yulia yang dari tadi mereka hanya diam saja.

“Ada apa nih.” Elmeira menatap bergantian kepada Yulia dan Calista.

“Elmeira anakku. Perempuan yang bernama Calista ini bermaksud untuk memfitnah kamu Nak. Tadi dia mengatakan…”

Yulia berusaha untuk menjelaskan, namun secepat kilat, Elmeira menukasnya dengan tatapan sinis seperti biasanya.

“Diam kamu perempuan jahat, gue nggak nanya sama lo. Gue tanya bokap gue.”

“Elmeira… udah dong Nak, tahan emosi kamu. Malu dilihat orang.” Wawan berusaha untuk menengahi seperti biasa.

“Memangnya ada apa sih Pi. Kok pada ngumpul di sini.”

Karena Elmeira tidak tahu duduk permasalahannya, akhirnya Wawan menceritakan dari awal apa yang sudah dijelaskan oleh Calista tadi. Tentang kejadian di depan Kalibata Mall, sabu-sabu, ganja, apartemen, buka puasa, sekelompok anak ABG, semuanya diceritakan tanpa ada yang terlewatkan.

Jujur, apa yang baru saja diceritakan oleh Elmeira tadi, seratus persen Wawan kurang yakin dan kurang percaya. Karena kejadiannya dan lokasinya sama persis di saat Elmeira terlambat pulang.

Elmeira mendengarkan cerita Ayahnya dengan seksama. Dan dia lumayan kaget, bahwa dalam waktu yang bersamaan, ada kejadian heboh seperti itu.

“Astaghfirullahaladzim Ayah. Demi Allah, aku tidak tahu kejadian itu. Jujur. Tadi aku memang buka puasa sama Mas Rendy Agus di stasiun Kalibata, nggak keluar atau kemana-mana.Ya, aku sih sempat mendengar ada keributan di area dan sekitar Mall Kalibata dan apartemen. Tapi aku nggak tahu ada kejadian apa. Mau keluar stasiun sayang, karena harus tap out lagi. Kalau Ayah nggak percaya, tanya saja sama Mas Rendy atau kepada petugas PKD yang sedang bertugas di peron stasiun Kalibata sana. Ayo, aku anterin sekarang. Biar Ayah percaya.Ayah, aku nggak mungkin berbuat hal sekeji itu. Aku tahu sabu dan ganja itu nggak bagus. Haram dan juga tidak baik untuk kesehatan. Dalam agama kita juga melarang. Aku nggak mungkin lupa nasihat dari Ayah tentang hal itu. Aku berusaha untuk menjadi anak yang baik. Apalagi aku ini seorang perempuan. Kalau Ayah sampai punya pemikiran seperti itu, berarti Ayah lebih percaya ucapan orang lain, ketimbang ucapan anaknya sendiri.”

“Ayah cuma takut kamu terjerumus ke hal-hal yang tidak baik, Nak. Saat ini pergaulan kepada anak-anak ABG sudah demikian bebasnya. Ayah nggak mau kamu seperti itu.”

“Ayah, aku nggak melakukan semua itu Ayah. Aku jujur apa adanya. Mungkin karena kejadian dan lokasinya bersamaan, akhirnya Ayah bisa berasumsi seperti itu.”

“Ohhh, semua ini berarti karena berita hoax yang sudah diucapkan oleh tante Calista. Dia tuh yang bilang seperti itu teh.” Tiba-tiba saja Habibi ikut berbicara sambil menunjuk-nunjuk ke arah Calista.

Dan yang ditunjuk langsung kikuk dan salah tingkah. Malu sendiri dan tak tahu harus melakukan pembelaan apa.

“Emmm… saya… saya…”

“Oh, jadi tante Calista yang sudah fitnah aku. Ha! Emang tante pikir tante siapa! Maksudnya apa ngomong seperti itu sama Ayah saya. Tega banget sih.” Kedua mata Elmeira melotot tajam ke wajah Calista.

Nada bicaranya pun sangat sinis dan penuh kemarahan.

“Elmeira, tante… Aku pikir, tante itu baik lho. Tapi ternyata, tukang fitnah. Padahal tante itu perempuan juga sama saya. Oke. Saya peringatan satu hal sama tante ya. Mulai detik ini, tante jangan coba-coba untuk mendekati Ayah saya lagi. Berani tante melakukannya, aku yang akan maju. Jelas?”

Kedua mata Elmeira nampak mendelik tajam, membuat Calista kaget sekaligus tidak percaya bahwa Elmeira ternyata segalak dan semarah itu.

“Elmeira, tante minta maaf Elmei. Tante…”

“Maaf tante, sekali disakiti, bagi aku tidak ada ampun. Sebaiknya tante pergi dari sini. Berhijab tapi hatinya busuk.”

“Astagfirullahaladzim Elmeira, istighfar Nak. Nggak boleh seperti itu.” Wawan mencoba untuk memperingatkan.

Sungguh, di dalam hati, Calista tidak terima diperlakukan seperti itu oleh seorang Calista yang notabenenya cuma anak ABG biasa.

Hatinya lumayan sakit diperlakukan seperti itu. Sebelum melangkah pergi, Calista balas melotot ke arah Elmeira sambil menunjuk-nunjuk wajah Elmeira.

“Apa lo, apa?! Pake nujuk-nunjuk segala. Gue nggak akan takut!”

“Elmeira… urusan kita belum selesai. Ingat, saya akan balas semua ini.”

“Demi Allah, gue nggak takut ancaman lo. Pergi lo. Dasar tukang fitnah.”

Wawan dan Yulia hanya bisa mengurut dada dan mengucap istighfar atas sikap dan kata-kata Elmeira.

Sungguh, Elmeira memang sangat susah untuk menahan emosinya. Mudah tersulut dan terpancing.

BERSAMBUNG ke episode berikutnya…

Panggil Dia IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang