33

3.4K 176 24
                                    

“Ohhh, jadi semua ini kamu dalangnya ternyata. Kamu sekap anak saya hanya untuk ambisi dan kepuasan kamu semata.”

Wawan maju beberapa langkah menghampiri Calista yang ternyata saat ini hijabnya tidak dipakai lagi. Sungguh, Wawan semakin tidak bersimpatik.

“Aku melakukan semua ini karena…”

“Ya. Karena kamu malu karena telah menyebarkan berita palsu saat itu yang menyatakan bahwa Elmeira anak saya terlibat dalam penyalahgunaan narkoba di daerah Kalibata saat itu. Dah ternyata, semua itu tidak terbukti kan?
amu lakukan itu hanya untuk mengambil simpatik aku dan berusaha untuk menjatuhkan nama Elmeira sebagai anak yang bejat. Dan sekarang, hijab kamu sudah dilepas lagi. Aku nggak habis pikir, kamu itu maunya apa. Atau hanya cari sensasi saja agar aku luluh dan tertarik sama kamu. Astagfirullahaladzim Calista. Sadar kamu.Hijab dan islam itu bukan untuk dipermainkan. Kamu jangan pernah berani membuat lelucon seperti ini hanya untuk kepentingan diri kamu sendiri. Aku pikir, saat pertama aku bertemu sama kamu, kamu adalah perempuan baik-baik. Perempuan yang bisa membuat semua laki-laki jatuh cinta sama kamu. Tapi apa? Cantik di luar saja ternyata tidak cukup kalau hatinya busuk.”

“Lancang sekali kamu Wawan!” Calista langsung naik pitam, tidak terima dihina seperti itu oleh Wawan.

“Sekarang, lepaskan anak saya. Elmeira tidak ada sangkut pautnya. Bebaskan Elmeira!”

“Nggak, aku nggak akan membebaskan anak kamu sebelum kamu menuruti permintaan aku tadi.”

“Apa? Jadi suami kamu? Cuihhh!” Seketika Wawan membuang ludahnya ke lantai peron tiga stasiun Duri.

“Demi langit dan bumi aku tidak sudi dan tidak akan pernah mau. Lebih baik aku mati daripada harus jadi suami kamu!”

Jawaban Wawan demikian lantang dan keras, terdengar ke sekitar tempat itu. Terdengar pula ke beberapa telinga orang-orang yang sedang melihat dan memperhatikan kejadian tersebut.

“Oke, bila itu jawaban kamu, berarti kamu tanggung sendiri akibatnya. Kamu lebih memilih mati daripada harus menuruti permintaan aku. Kamu bodoh Wawan. Kamu sudah memutuskan pilihan yang salah dan merugikan. Kenapa saya bilang seperti itu?Ya. Coba kamu penuhi permintaan aku. Elmeira akan aku bebaskan dan kamu pun tidak harus mati. Tapi karena kamu menolaknya, dengan sangat terpaksa Elmeira tidak akan aku bebaskan dan kamu akan segera mati di tanganku. Adil kan? Hahaha… hahaha…”

“Dasar perempuan gila, berhati busuk. Licik. Jahat!”

“Ouwhhh. Lebih jahat mana dan busukan mana aku sama Yulia mantan istri kamu itu, ha?”

“Kurang ajar, jangan bawa-bawa nama Yulia di sini!”

“Kenapa? Kamu malu ya. Oke. Biar tambah malu lagi akan aku ceritakan ke semua orang yang ada di sini bahwa mantan istrimu itu adalah perempuan murahan. Perempuan yang menjual harga dirinya demi uang. Pelacur!”

“Stop! Kamu sudah keterlaluan Calista, aku tidak terima!”

Ucapan Calista benar-benar telah kelewat batas dan sangat menyakiti hati Wawan dan Yulia tentunya yang sedari tadi melihat kejadian itu.

Merasa telah dihina seperti itu, akhirnya Yulia melangkah ke depan dan menghampiri Calista dengan tatapan amarah.

“Dasar perempuan jahat, berani-beraninya kamu menghina dan mengata-ngataiku seperti itu. Aku tidak terima.”
Yulia membentak-bentak Calista dengan nada tinggi. Wawan cukup kaget dengan kedatangan Yulia dan langsung melabrak Calista yang sudah berbicara seenaknya.

“Memang kamu seperti itu kan?”

Yulia bermaksud mencengkeram baju Calista, namun dia kalah cepat dan sudah memperhitungkan semua itu. Sebelum Yulia melakukan itu, Calista lekas-lekas mengeluarkan pistolnya kemudian hendak dibidikkan ke arah Yulia. Melihat itu baik Yulia ataupun Wawan merasa kaget. Calista senekat itu.

“Astagfirullahaladzim, Yulia tidak.” Wawan sampai nyebut. Ini tidak bisa dibiarkan, Wawan harus mencegahnya.

Wawan harus menghentikannya. Dan dengan cepat, Wawan menghampiri Calista dan bermaksud menyingkirkan pistol itu.

Wawan pun segera merebut pistol itu dari tangan Calista agar tidak melukai Yulia.

“Kamu tidak berhak melakukan ini. Kamu tidak boleh membunuh Yulia.”

“Lepaskan!”

Untuk beberapa saat lamanya Calista dan Wawan rebutan pistol. Masing-masing berusaha keras untuk mengambil pistol itu. Sampai akhirnya…

“Dorrr… Dorrr.”

Dua tembakan terdengar dua kali.

BERSAMBUNG ke episode berikutnya…

Panggil Dia IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang