Mate?

422 40 0
                                    


-Jika kau masih ingin menggenggamku, aku akan berada disisimu. Jika kau menginginkanku untuk pergi, aku akan melepaskan semua kenangan yang telah terpatri-

Matahari belum menampakkan diri sepenuhnya, seakan sosok yang megah itu masih enggan untuk menyinari kota Seoul. Wajar saja, jam baru menunjukkan pukul 4 pagi.

Akan tetapi lain halnya dengan seorang wanita muda yang telah merubah surai cokelat karamelnya menjadi hitam legam kontras dengan warna kulitnya yang putih pucat. Eunbin merubah warna rambutnya karena ia merasa surai karamelnya kurang cocok dengan image seorang guru meskipun tidak ada teguran dari pihak sekolah.

Eunbin merutuki kebiasaan bangun 'terlalu' pagi. Padahal hari ini merupakan hari libur nasional, seharusnya ia bisa bangun sesuka hati. Guru muda itu pun pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan menggosok gigi. Lantas ia mengganti piyamanya dengan pakaian olahraga. Pada akhirnya Eunbin memutuskan untuk olahraga pagi buta karena kedua matanya yang tak mau pergi menuju alam mimpi lagi.

Gadis itu berlari kecil menuju taman yang terletak tak jauh dari apartemen. Ia memilih duduk di salah satu kursi taman untuk menyambut datangnya matahari pagi.

Tiba-tiba seorang pria yang juga mengenakan pakaian olahraga dan headphone di telinga melintas di depan Eunbin. Eunbin tak begitu menyadarinya karena ia tengah membenarkan tali sepatu hingga si pria berlari mundur dan berhenti di depan Eunbin.

"Annyeonghaseo" pria itu menyapa Eunbin dengan ramah sehingga membuat Eunbin mendongakkan wajah.

"Annyeonghaseo" jawab Eunbin. Butuh beberapa detik untuk Eunbin mengingat wajah yang sepertinya telah ia ketahui sebelumnya.

"Jika aku tidak salah mengenali, anda guru kesenian di SMA Jungbae? Kang songsaengnim?" ujar si pria dengan ramah. Pria itu tersenyum hingga hampir menghilangkan kedua matanya.

'Ia benar-benar bermata sipit.' Pikir Eunbin.

"Ah nde, Kang Eunbin imnida" jawab Eunbin. Ia masih belum bisa mengingat siapa pria itu.

"Min Yoongi imnida." Pria yang mengenalkan diri itu mengulurkan tangan dan Eunbinpun tak segan untuk menyambutnya.

"Tempat duduk ini kosongkan?" tanya Yoongi bermaksud untuk duduk di samping Eunbin.

"Nde, silahkan"

"Aku kemarin sempat mengisi kelas pengembangan diri olahraga di Jungbae."

Yoongi mencoba untuk mengingatkan Eunbin karena sepertinya guru itu lupa bagaimana Yoongi mengenalnya.

"Aku ingat sekarang. Maaf aku tadi sempat meragukan ingatanku Yoongi-ssi." Ucap Eunbin yang telah mengingat sosok Min Yoongi. Bagaimana bisa ia lupa atlet bola basket nasional Korea Selatan? Benar-benar memalukan.

"Bukankah kau juga sepupu Jeon Jungkook?" Eunbin ingat Yoongi yang pernah menjemput Jungkook saat ia pertama kali mengajar di Jungbae.

"Jungkook-ie? Ya dia adalah sepupuku. Sepertinya Eunbin-ssi ingat saat aku menjemputnya?"

"Begitulah. Maaf karena tadi aku sempat tidak mengenalmu Yoongi-ssi."

"Bukan masalah yang besar untukku. Apakah kau tinggal disekitar sini?" tanya Yoongi.

"Nde, aku tinggal di apartemen Hwangim."

"Benarkah? Aku juga tinggal disana. Aku baru memindahkan barang-barangku ke Hwangim kemarin sore."

Yoongi dan Eunbin nampak akrab di pertemuan pertama mereka. Eunbin bukanlah sosok gadis yang banyak bicara namun Yoongi yang selalu memimpin pembicaraan membuatnya larut dalam obrolan. Mereka terus berbincang dengan santai hingga matahari mulai menampakkan diri sepenuhnya. Kedua anak muda itu pun berjalan menuju apartemen beriringan.

(Cho Kyuhyun) Black or White [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang