Keenam remaja laki-laki itu bersama-sama keluar dari rumah Minho berbekal senter serta flash light seadanya dari ponsel masing-masing.
Minho memimpin di depan, sedangkan Woojin menjaga mereka dari belakang, menemani Jeongin, si termuda.
"Inget ya jangan ngomong aneh-aneh," pesan Woojin.
Tidak ada yang spesial dari perjalanan mereka. Hanya suara burung hantu dan hembusan angin malam yang menggerakkan pepohonan, menghasilkan suara gesekan yang cukup seram di penghujung hari.
"Bang SDnya itu bukan sih?" tanya Seungmin.
Minho mengangguk, kemudian melihat jam tangannya, "10 menit. Kita jalan dari rumah sampe sini 10 menit." kata Minho.
Bulu kuduk mereka meremang,
"Berarti, Bang Chan sama Bang Changbin gak bohong," kata Felix.
"Bang, please kita lanjut jalan lagi," pinta Jeongin.
"Kena— oh yaudah yuk jalan lagi," kata Minho.
Jeongin menggenggam erat tangan Seungmin dan selama perjalanan, pemuda berponi itu tidak berhenti menggumamkan doa dan ayat-ayat suci untuk melindungi mereka dari mereka.
"Itu tokonya," kata Minho. "Lima belas menit. Kita jalan dari rumah sampe sini lima belas menit."
"Ayo masuk, kita tanya sama pemilik tokonya," ajak Woojin.
Keenamnya berbaris dengan rapi dan satu persatu masuk ke dalam toko.
"Pak, tadi temen saya beli es krim kan ya?" tanya Minho.
"Ooh iya itu mas, dua orang kan, yang satu tinggi putih, satunya ponian pake topi," jawab pemilik toko.
Mereka saling melempar pandangan. Deskripsi itu jelas mengacu pada Chan dan Changbin, tapi mana Hyunjin?
"Dua? Ada satu lagi loh pak, pake hoodie ungu, bibirnya seksi," kata Jisung sambil menunjukkan foto Hyunjin di ponselnya.
"Tapi tadi emang cuma dua orang, pas dateng tadi toko lagi sepi, saya juga liat pas mereka masuk, cuma berdua,"
"O–ooh, yaudah deh, makasih ya pak," kata Minho, kemudian mendahului mereka keluar dari toko.
"Bang," panggil Jeongin pada Seungmin sambil sedikit menarik ujung hoodienya.
"Kenapa?" tanya Seungmin.
"Tadi... Tadi di jalan..."
Seungmin membulatkan matanya, "Lo liat sesuatu?"
Jantung Seungmin berdebar menunggu jawaban Jeongin. Ia berharap Jeongin menggelengkan kepalanya,
Namun, Jeongin justru menganggukkan kepalanya.
"A–apa?" tanya Seungmin.
"Sama kayak yang diliat sama Bang Chan," jawab Jeongin. "Dan dia sempet ngikutin kita, tapi gak lama setelah lo baca doa, dia pergi," kata Jeongin sambil memakai sepatunya.
"Mungkin gak sih kalo dia yang nyulik Hyunjin?" tanya Felix.
Kini, mereka berenam telah berjalan meninggalkan toko, berjalan tanpa memiliki ide akan kemana mereka pergi.
"Apa sih yang gak mungkin sekarang? Dari Bang Chan sama Bang Changbin yang ke warung cuma tujuh menit, gak ada kata gak mungkin lagi kan?" jawab Jisung.
"Tapi ke mana kita bisa nemuin Hyunjin? Lo mau masuk kuburan tengah malem kayak gini? Iya kalo kita nemuin si bibir, gimana kalo kita yang ilang, siapa yang mau nyari kita??" tanya Felix.
"Lah ngapa jadi tubir sih bocah, lagi panik gini sempet sempetnya ribut," celetuk Minho.
"Tapi Lix, gak ada cara lain selain masuk kuburan, dan kita juga gak bisa nungguin sampe pagi buat nyari Hyunjin," kata Woojin.
"Kita juga belom tentu ketemu pagi," kata Jeongin tiba-tiba.
Kelima lelaki yang lebih tua darinya sontak menoleh.
"Hah?" tanya Jisung.
"D–dia, ada di depan kita..."
Ya.
Dia di sana, dengan darah yang mengalir membasahi 'gaun' putihnya.
Dan kemudian menampakkan seringainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Rigmarole ➖stray kids
FanfictionBrothers night goes wrong tonight. Oh wait, what is it? m/t/h written by Penguanlin, 2019.