Siang hari di rumah sakit swasta yang terletak di pusat kota Busan, Dokter Oh memperhatikan dengan seksama layar komputer di meja kerjanya. Terdapat foto sinar X-Ray paru-paru di sana—tepatnya tumbuh tumor di paru-paru sebelah kanan di dalam foto itu. Sebagai seorang dokter, dia sudah meyakini bahwa itu adalah kanker paru-paru stadium lanjut. Tapi pertanyaan yang tidak bisa ia duga adalah—berapa lama harapan hidup tersebut dan nasehat apa yang akan diberikan kepada penderita kanker paru-paru stadium lanjut. Jangan salahkan Dokter Oh karena tidak bisa mendiagnosanya, dia hanyalah ahli bedah anak.
Pintu ruangannya terbuka. Seorang pria bertubuh tinggi yang seumuran dengannya masuk ke dalam sambil tersenyum hangat. "Kerja bagus selama sebulan ini, Dokter Oh," ungkapnya ramah lalu mengambil tempat duduk yang tersedia di depan meja Dokter Oh.
Dokter Oh tertawa singkat. "Anda juga akan merasakannya bulan depan, Dokter Wu. Selamat berjuang." balasnya pada Dokter Wu lalu melanjutkan kembali melihat-lihat hasil X-Ray di layar komputernya.
"Anda terlihat serius, Dokter Oh." Dokter Wu berdiri lalu melangkahkan kakinya berdiri di samping dokter ahli bedah anak tersebut untuk melihat apa yang tengah diperhatikan rekan terdekatnya itu. "Diagnosa kanker paru-paru? Milik siapa?"
"Aaaa, salah satu teman dekatku. Dia ingin aku yang mengeceknya." jawab Dokter Oh. Seketika dia baru teringat—salahkan otaknya yang sudah menua—kalau Dokter Wu adalah seorang pulmonologi. "Kira-kira berapa harapan hidup dan nasehat yang kau berikan?"
"Kelihatannya itu adalah kanker paru-paru standium lanjut. Harapan hidup sekitar 6 bulan." Dokter Wu menjeda kalimatnya untuk berdiri lebih tegap. "Nasehatku, sebaiknya perawatan dihentikan dan jalani sisa hidup sebaik mungkin."
Dokter Oh tersenyum penuh arti mendengar jawaban pulmonologi itu.
"Siapa? Apakah sahabat sejati sehidup sematimu?" Dokter Wu menebak.
"Jungkook maksud Anda?" Dokter Oh tertawa melihat Dokter Wu yang menganggukkan kepalanya. "Percayalah. Pria itu akan hidup 50 tahun lebih lama daripada kita semua." candanya yang membuat Dokter Wu ikut tertawa.
Dokter Oh segera berdiri melepaskan jas dokternya dan menggantungkan di lengannya. "Kurasa aku harus segera pulang, Dokter Wu. Terima kasih atas bantuanmu!" ucapnya.
"Anda mau kemana, Dokter Oh? Baru saja aku ingin mengajak Anda mengobrol dan meminum kopi,"
"Lain kali, Dokter Wu. Ada sesuatu yang penting. Aku duluan ya!"
***
Di bawah hamparan pinggiran pasir salah satu dari sekian banyaknya pantai di kota Busan, dua pria dewasa tengah duduk di atas pasir dan menikmati pemandangan pantai di yang terbentang luas di depan mata. Mereka adalah Dokter Oh dan sahabat sejati sehidup sematinya—seperti yang Dokter Wu sebutkan—Jeon Jungkook, seorang guru fisika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You Be There?
FanficKematian orang yang dicintainya membuat Oh Sehun memutuskan untuk hidup menyendiri sepanjang hidupnya. Tetapi, sebuah keajaiban muncul dan Sehun diberi kesempatan untuk bertemu dengan orang yang dicintainya sekali lagi. *** Jika kau bisa kembali ke...