Prolog

5.1K 245 15
                                    

SAMPAH!!...
LOSERRR!!...
.
.
.
.
.
Kata-kata itulah yang setiap hari ia dengar hingga membuat hatinya seperti dicincang dengan belati tajam hingga tak berbentuk. Xiang Yi, ia adalah gadis cantik pintar namun sayangnya dia seorang yatim piatu.

Dia mungkin tidak jahat namun karena posisi dan keadaan yang menjadikan dia bahan hinaan dikampusnya. Bagaimana tidak kampus tempat dia menimba ilmu saat ini adalah tempat dimana anak para pejabat dan pengusaha belajar atau hanya sekedar mencari gelar belaka, namun dia? Dia hanyalah gadis yatim dan miskin.

Itulah mengapa mahasiswa mahasiswi Universitas tersebut menghinanya. Ya. Mungkin kalian bertanya kenapa seorang anak seperti Xiang Yi dapat menempuh pendidikan yang mewah dan terkesan elit itu.

Dia dapat masuk ke Universitas penuh dengan perjuangan bagaimana tidak dia masuk melalui seleksi beasiswa yang kemungkinan diterima hanya beberapa persen saja.

Mengingat jumlah peserta yang mengikuti begitu banyak. Lain halnya dengan anak lain yang mempunyai segudang harta dan kenalan orang dalam.

***

Tahun ini lengkap sudah perjuangan Xiang Yi dalam menimba ilmu dalam Universitas tersebut. Dan dia tinggal menghitung bulan saja untuk mengadakan upacara kelulusan.

"Kelas saya akhiri..sampai ketemu dipertemuan minggu depan." Ucap dosen Min sembari meninggalkan kelas.

Namun sebelum itu ia berhenti dan melirik sejenak ke arah salah satu murid kesayangannya karena kepintarannya.

"Apa kau mau mengisi acara kelulusan dengan bakat bernyanyi mu Xiang Yi?." Sontak Xiang Yi pun terdiam sejenak akan tawaran sang dosen.

Tanpa berpikir panjang Xiang Yi pun mengiyakan tawaran dari sang guru. Karena ini adalah salah satu peluang untuk menjukkan pada orang-orang yang telah menghinanya.

Bahwa seorang anak yatim nan miskin pun bisa memiliki bakat dan kemampuan.

***

Hari demi hari telah Xiang Yi gunakan untuk melatih vokal nya dari suara rendah ke tinggi.

Setelah ia sudah mulai mantap dengan olah vokal nya, ia pun segera mengahampiri beberapa mahasiswa yang sedang latihan juga.

Bukannya disambut dengan rasa pertemanan antar sesama mahasiswa, Xiang Yi pun malah mendapat cibiran dan kata-kata sindiran dari berbagai kalangan.

Ia pun hanya bisa diam dan tidak menanggapi apa yang sebenarnya ingin ia lakukan.

"Kenapa kau hanya diam disini bukannya ikut bergabung dengan mereka?" Sebuah suara yang memecah lamunan Xiang Yi.

Tidak lain yaitu sang dosen yang amat menyayangi muridnya tersebut dan sudah dianggap seperti anak sendiri.

"Tidak, aku hanya membayangkan bagaimana jika orang tuaku akan duduk disalah satu kursi khusus orang tua yang menyaksikan pentas anaknya."

"Kalau begitu aku yang akan menonton sekaligus mewakili orang tuamu yang sudah bahagia disurga sana." Sambil mengelus rambut Xiang Yi dosen Min berkata demikian.

Xiang Yi hanya mengangguk sambil mengusap air mata yang meluncur begitu saja dari mata indahnya.

***

Seperti hari biasanya setelah jam kuliah selesai Xiang Yi bergegas ke aula untuk berlatih bersama yang lainnya meskipun sikap mereka tidak berubah sama sekali dari hari pertama latihan.

"Setelah ada lampu warna biru kamu duduk disini dan nyamankan posisimu." Salah satu petugas pengurus acara memberi instruksi pada Xiang Yi.

Xiang Yi hanya bisa mengangguk dan menuruti kata-katanya.

Apa ini kuat untuk menopang tubuhku?. Xiang Yi pun seakan menimang ayunan yang akan ia duduki untuk latihan pementasan.

Ngiiikkk...
Ngiiikkk...

Xiang Yi hanya fokus bernyanyi dan sesekali menyamankan posisinya. Setelah ia bernyanyi diatas ayunan beberapa menit pun ia merasa ada yang janggal

Dan siapa sangka. Ayunan yang tadi ia duduki kini putus dan jatuh dari ketinggian 5M.

Brakkk..

Tanpa disangka-sangka besi diatas pengait nya pun ikut jatuh dan tepat mengenai kepala Xiang Yi yang sudah jatuh terlungkup.

Entah harus sedih atau malah sebaliknya ketika kejadian ini menimpanya.

Namun tanpa ia sadari, sebuah senyum terukir dibibir manis Xiangi Yi. Karena yang ada dalam pikirannya saat ini dia akan hidup bahagia disisi tuhan tanpa ada yang menghinanya seperti yang dulu-dulu.

Yang ia rasa matanya sudah tidak tahan untuk tidak terpejam mengingat darah dikepalanya kini sudah mengalir merembes hingga kedadanya.

Yang ia dengar hanya tangisan sang dosen yang mengguncang tubuhnya agar bangun dan sadar.

"Xiang Yi bangun, bangun..tolong bangunlah." Tangis dosen Min tanpa mempedulikan posisinya sebagai pengajar disebuah Universitas ternama.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ini cerita pertamaku tolong tinggalkan kritik dan saran jangan lupa vote juga.
<gmw>
💜Afmasr

Rebirth of The Freaky Wangfei | HIATUS |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang