Aku terhanyut pada tatapan mata tajam namun meneduhkan yang Allah ciptakan pada dirinya. Entah apa tujuan utama Sang Pencipta saat menciptakan dia dulu.
Hari ini kini kami dipertemukan kembali dalam situasi dan kondisi yang berbeda dengan naskah lama yang Allah berikan untuk Kami perankan.
Satu setengah tahun lebih kami tidak berjumpa dan kini, entah bagaimana dan apa maksud Allah mempertemukan kami dalam ruangan penuh sesak makhluk yang disebut manusia.
Sudah sejak 30 menit yang lalu mata kami beradu diantara keramaian yang mungkin tidak menyadari tatapan saling tanya diantara kami berdua.
Kami dipertemukan sebagai musuh yang harus saling menjatuhkan di medan perang. Ruangan menjadi semakin riuh tatkala argumen yang terlontar dari kedua kubu sama-sama kuat dan seolah saling menyudutkan.
Aku duduk di samping pemimpin kelompokku dengan tenang sambil menatap dia yang juga menjadi pembicara ke 2 yang duduk di kubu kiri sambil sesekali membenarkan almamater yang melekat di tubuhnya.
Kami saling beradu argumen tentang pacaran syar'i di kalangan remaja. kelompok kami mendapat bagian kontra atas masalah yang sedang di bahas. Ya dengan demikian kalian bisa langsung tahu jika kelompok "dia" menjadi tim pro atau mendukung permasalahan.
Aku sama sekali tidak menduga Jika lawan yang akan ku hadapi adalah dia, sosok yang dulu pernah menetap lama di dalam palung hati terdalam hingga rasanya tak ada jalan keluar sehingga sulit untuk pergi karena terlalu dalam.
"Katamu Cinta adalah fitrah manusia, lalu mengapa ketika seseorang mengutarakan perasaanya dia justru disebut sebagai manusia yang tidak tahu diri dan dianggap melanggar batasan?. Padahal dia hanya mengutarakan apa yang hatinya rasakan. Bukankah negara ini memberikan kebebasan berpendapat? dan saya kira mengutarakan perasaan merupakan bagian dari hak asasi manusia."
Pembicara pertama kubu pro menentang pembicara pertama dari kelompokku yang mengatakan "cinta adalah fitrah manusia yang tumbuh sebagai perasaan wajar yang dirasakan setiap anak adam. Namun tidak selayaknya seorang wanita menyampaikan perasaanya kepada laki-laki yang dia cintai begitu pun sebaliknya jika belum sama-sama terikat dalam satu ikatan suci pernikahan. Tidak ada yang namanya pacaran sar'i. Seseorang yang menyebut dirinya muslim tidak akan pernah berpacaran."
"Kita tidak bisa melanggar ajaran agama dan mengatas namakan hak asasi manusia untuk perkara cinta. Kita adalah makhluk beradab yang sudah diajarkan norma sejak kecil, dan dengan menyatakan perasaan pada dia yang siapapun belum tahu akan menjadi milik siapa nantinya merupakan satu dari sekian banyak sikap melukai diri sendiri dan melanggar batasan wajar, menurut saya itu sikap yang salah dan terlalu berani untuk ukuran seorang wanita. Memang negara memberikan kebebasan berpendapat, namun jangan jadikan hal itu sebagai alasan untuk memperbanyak kasus perzinahan yang marak di kalangan remaja saat ini, bila hal yang tidak diinginkan telah terjadi dengan dalih hak asasi manusia dan kebebasan berpendapat, siapa yang harus bertanggung jawab dan siapa yang harus disalahkan dalam masalah ini?? Sedangkan dalam Qur'an surat Al Isra ayat 32 sudah diperingatkan dengan sangat jelas, jangan mendekati zina. Mendekat saja tidak diperbolehlan dan saya pikir saling mengutarakan perasaan lalu menjalin hubungan adalah satu dari sekian langkah awal menuju zina."
Pendukung kelompok kami bertepuk tangan histeris mendengarkan argumen panjang lebar dari diriku yang membayangkan banyak kemungkinan dari berpacaran di kalangan remaja seusiaku.
"Kau pikir siapa dirimu nona?? Nabi?, malaikat? Mengapa kau berbicara seolah kau manusia paling suci di galaksi ini?. Jangan jadikan penampilanmu yang berjilbab panjang dan kepandaian berbicara sebagai tameng untuk menutupi semua kebusukanmu. Di dunia ini semua orang pernah merasakan jatuh cinta termasuk dirimu sendiri, benar nona? Perasaan cinta memang ada yang sulit di kendalikan seperti argumen pedas yang kau lontarkan dan seolah menyudutkan orang-orang yang tidak paham masalah agama namun banyak pula penduduk bumi yang mampu menjaga hawa nafsunya dan mengendalikan perasaan yang berkecamuk dalam dada. Mengutarakan perasaan itu bukan selalu mengarah pada perbuatan keji yang tadi kau jabarkan di muka, apa salahnya mengungkapkan perasaan yang mengganjal dalam hati, bukankah kau sendiri pernah melakukan hal semacam itu?. Kepuasan tersendiri akan didapat setelah seseorang berhasil melepas beban perasaan yang selama ini mungkin menyiksa hidupnya. Ingat satu fakta, dia hanya mengungkapka, memberi tahukan hal yang mengganjal di hatinya bukan meminta sebuah jalinan hubungan yang mengarah pada argumen yang kau lontarkan."
![](https://img.wattpad.com/cover/172098034-288-k858253.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
pelangi
Teen FictionCinta itu serupa pelangi. Jika kau beruntung, kau akan mendapatinya utuh dan menikmatinya sepanjang waktu, hanya untukmu. Jika tidak demikian, mungkin kau bernasib seperti aku, yang terlampau sering merasakan pedihnya sebuah pengharapan atas cinta y...