neptunus

11 4 3
                                    

Aku melangkah menyusuri lorong penghubung di kampus yang luasnya tidak terhingga ini menuju satu tempat yang mungkin saat ini sedang ada orang memaki namaku dengan penuh amarah. Semoga saja dia tidak mengutukku

"Maaf kak, toilet kampus sebelah mana ya?"

Aku melontarkan pertanyaan itu pada salah satu mahasiswa yang sedang makan sambil berjalan dengan santainya.

"Ada di ujung lorong belok kanan lalu lurus lagi."

Aku mengucapkan terima kasih atas bantuan yang ia berikan

"Maaf tapi menurut saya tidak baik makan sambil berdiri, akan lebih baik bila hal baik dilakukan dengan cara yang baik juga, permisi saya duluan."

Aku mendengar dia berterimakasih sambil berteriak dan saat aku berbalik aku melihat laki-laki itu duduk di tangga kecil depan koridor.

Aku terus berjalan menyusuri koridor menuju tempat dimana toilet berada.

"Kok ada anak sma di sini??, tersesat apa neng?"

Seorang laki-laki menghadang jalanku membuatku terhambat dan memutuskan untuk berhenti

"Maaf saya harus pergi."

Tangan kanan laki-laki itu mencekal bahuku dan menghempaskannya kasar.

"Lo pikir bisa pergi gitu aja?, cuma anak sma aja belagu.Dasar bocah ingusan bau kencur."

Kenapa aku merasa semua orang mencoba memancing amarahku hari ini?

"Saya rasa bila anda ingin dihormati maka cara yang harus anda lakukan adalah menghormati orang lain."

Aku hanya mengutarakan pendapatku saja dan sama sekali tidak berniat mencari masalah dengan Siapa pun terlebih anak kuliah yang memang bukan tandinganku.

"Jangan sok lo ya pake ceramahin gua segala lagi, lu pikir siapa lu?? Udah merasa hebat lo ngingetin gua ha?. Dasar nggak guna."

Hatiku tertohok amat dalam dengan kata-kata terakhir yang ia katakan. Secara tidak langsung dia berkata bahwa perempuan tidak berguna,bagaimana seorang laki-laki yang seharusnya menghormati wanita justru dengan teganya berkata seperti itu? Merendahkan derajat seorang wanita. Hati nuraniku terasa tertujah.

"Jaga mulut anda, atas dasar apa anda mengeluarkan kata-kata yang tak pantas didengar oleh gendang telinga. Bahkan dinginnya suhu di neptunus kalah pada kata-kata anda yang mampu membekukan dan merusak syaraf tubuh seseorang secara cepat."

Aku merasakan panas pada bagian pipi kananku akibat tangan kasar laki-laki di hadapanku yang menampar pipiku dengan keras.

"Apa anda punya adik perempuan? Atau apakah anda masih mempunyai ibu?. Bagaimana perasaan anda jika wanita yang paling anda hormati dan sayangi mendapat perlakuan yang sama dengan apa yang sekarang anda lakukan terhadap saya."

Air mataku sudah tidak mampu ku bendung lagi, ia mengalir dengan brutalnya membanjiri kedua pipiku, membasuh pipi kananku yang terasa perih akibat tamparan dari laki-laki tak berhati di hadapanku.

"Gua nggak perduli."

Aku memejamkam mata sambil menahan rasa sakit yang kembali akan aku dapat tatkala dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan bersiap untuk kembali menantang pipiku dengan telapak tangan nya yang besar. Cukup lama aku memejamkan mata namun tidak ada benda keras yang mengenai pipiku. Hingga suara keras laki-laki itu menggema lagi

"Mau jadi sok jagoan lo?, dasar pangeran kesiangan."

Aku sedikit terkejut ketika membuka mataku dan melihat punggung Banyu di depan tubuhku sedang mencekal pergelangan tangan laki-laki kasar yang menampar ku.

"Maaf tapi lawan yang kau hadapi tidak sepadan, apa kau sebegitu pengecutnya hingga melawan seorang wanita?"

Menurutku kata-kata yang keluar dari mulut Banyu cukup menarik untuk memancing keributan yang lebih sengit diantara mereka berdua. Aku tidak menyangka dia bisa seberani itu apa lagi lawannya bukan anak sma sepantaran dengan nya tapi anak kuliahan yang dilihat dari kumisnya saja sudah cocok jadi bapak-bapak.

"Lu berani sama gua? Emangnya siapa nya dia sih lu sampe sok kuat mau nantang gua?"

Aku melihat Banyu menolehkan kepalanya ke belakang, ke arah dimana aku berdiri. Ya Rabb kenapa aku merasa sesak di jantung. Aku deg-degan tidak karuan tatkala sampai di adegan ini. Adegan romantis yang menentukan baik buruknya hubungan ku dengan Banyu.

"Dia fans saya. Dan saya tidak ingin kehilangan salah satu dari sekian juta fans saya. Mereka sangat berharga bagi kesuksesan hidup saya."

Aku rasanya ingin menjambak rambut Banyu keras-keras. Dadar edan, apa susahnya coba ngaku jadi pacar atau calon istri biar romantis dikit jangan sesuai sama naskah yang dibuat ama dalang. Eh Aku mikir apa sih barusan, maafkan ya.

"Hahahahaha..... lo mirip banget sama gua, udah ganteng,pemberani,murah senyum,pinter,punya banyak fans dan menghargai setiap apa yang lo punya dalam hidup. Lu cocok jadi adik gua, gua Maaf in lu. Tapi ingat tamat sma kuliah di sini lu ya,, gua tunggu."

Aku menganga lebar mendengar penuturan konyol dari orang yang 2 menit lalu tersulut emosi yang amat kuat dan sekarang apa?, mereka justru berdamai dengan cara yang lumayan receh. Dasar pangeran drama.

Laki-laki itu pergi meninggalkan aku dan Banyu seraya bersenandung riang. Aku menatap tidak percaya atas pertunjukan yang haru saja usai. Pertunjukan yang bahkan tak sampai 15 menit.

"Kok bisa?"

Aku berkata sambil berjalan menuju tempat tujuan semula diiringi Banyu yang entah kenapa malah mengikuti langkahku.

"Tidak semua permasalahan harus dihadapi dengan luapan amarah."

Untuk kali ini aku amat setuju dengan penuturan dari nya.

"Btw doi kamu mana? Bukanya tadi nempel kaya perangko?"

Entah mengapa aku justru menanyakan keberadaan wanita itu, ya kau tahu? Salah satu fans Banyu yang menghampiri kami di masjid

"Dia bukan Doi saya. Lagipula kenapa kamu menanyakan dia?, apa.... kamu cemburu?"

Pertanyaan macam apa itu?, bagaimana makhluk ini bisa se percaya diri itu.

"Apa salahnya jika aku menanyakan dia?, dan kenapa kamu mengartikannya sebagai perasaan cemburu?"

Aku menjawab pertanyaan darinya dengan dua buah pertanyaan

"Ya memang tidak ada salah nya. Dan soal kecemburuan aku pikir kamu cemburu karena kamu masih menyukai ku."

Aku memang masih menyukaimu Banyu, namun tidak ada hak bagiku untuk cemburu padamu.

"Tidak, aku tidak cemburu. Dan tenang saja karena aku sudah menata ulang hatiku agar kamu bisa hidup di sana dengan bebas. Lakukanlah apapun yang kamu mau setelah ini, jangan pikirkan aku dan obsesi gila yang pernah aku sampaikan padamu dulu."

Kau masih tetap neptunusku Banyu,, penuh dengan rahasia yang sulit aku telisik jika tidak menggunakan alat bantu berupa teleskop. Meski sikap dingin mu sudah mulai berkurang tapi aku masih mengenalimu sebagai sosok Banyu yang dulu. Banyu yang menjadi cinta pertama ku, dan Banyu yang tidak pernah peka pada lingkungan sekitar jika tidak diberi tahu atau diberi kode terlebih dahulu.

pelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang