tak siap

5 1 0
                                    

-jika kehilangan mu adalah sesuatu yang akan tetap berkelanjutan dan kau tetap tak sadar tentang rasa ini yang telah bergejolak lama, aku tak mengapa. Meski sejujurnya aku sangat merasakan sakit yang melukai hati paling dalam.
Chan,-

“kenyataan nya memang aku yang payah sebab terlalu lama membiarkan rasa ini tetap tumbuh tanpa pernyataan dan kamu tau? bahwa aku mencintai mu sejak lama.”
Chandra membatin, menatap foto tiara yang ia cetak dan selalu diletakkan rapih didalam laci.

Tak disangka, bendungan besar pecah. Lalu mengalir melewai pipinya yang berusaha menahan beban agar tak menangis.

Ia menarik nafasnya dalam-dalam.
Dan menghembuskannya perlahan.
Matanya dan hidungnya memerah sebab ia menahan sedih namun akhirnya pecah juga.

Hinggga pagi tiba dengan mentari yang menemani disetiap detik awan berjalan.
Birunya langit pagi itu, sangat cerah tanpa mendung.
Sudah hari senin ternyata, namun sakit didadanya masih tetap terasa.

Ia tak semangat seperti biasanya. Kali ini berbeda.

09:17 WIB.
Pelajaran berlangsung seperti biasanya, dengan rangkaian acara hari senin sepeti biasanya yang diawali dengan upacara bendera yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didik dan guru-guru.

Hingga jam istirahat tiba, Chandra terpaksa ke kantin karna ia sudah lapar karna tadi tak sempat sarapan sebelum ke sekolah.

Ia yakin, dikantin ia akan bertemu sahabatnya itu dengan pria itu lagi.
Nyatanya, benar saja.
Sepertinya akrab sekali, sudah menjelang Ujian Nasional biasanya tiara menghabiskan waktunya hanya dengan membaca buku-buku.

Chandra hanya membeli sebuah roti lalu pergi menuju kelasnya kembali.
Nampaknya tiara tak mengetahui bahwa Chandra ke kantin dan lewat didekatnya.

Entahlah, sudah hancur berantakan rasanya.

Hingga jam pelajaran dimulai dan belajar lagi.

Jam 11:24 WIB.
Kacau pikiran Chandra kali ini, hingga ia berniat untuk izin ke toilet untuk buang air kecil. Padahal hanya ingin melewati kelas tiara.

“pak saya izin ke toilet”
Ucap Chandra pada pak mardi, guru sejarah.

“silakan, jangan lama-lama karna bapak akan menjelaskan sehabis ini.”
ucap pak mardi.

Chandra mengangguk paham, lalu bergegas menuju toilet yang melewati kelas XII IPA-1.

Chandra berjalan melewati koridor sekolah yang sepi sebab murid-murid sedang mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Ingin rasanya nengok ke kelas tiara, namun pintu kelasnya sedang terbuka kala itu.
Gak enak juga kalo ngeliatin guru yang sedang mengajar. Tak patut rasanya.

Ia berjalan menuju toilet,sampai di depan wastafel dan mencuci mukanya.
Lalu ia keluar dengan wajah yang agak segar sebab terkena air, dan masih basah sebab tisu yang biasanya di sediakan didepan wastafel sedang habis.

Ia keluar dan melewati toilet wanita.
Saat ia selesai melewati toilet wanita, dan berjalan menuju kelasnya , ada seorang perempuan memanggil.

“chan”
Ucap perempuan itu.

Chandra diam membeku,kaki nya berat ingin melangkah meninggalkan.
Namun berat juga ingin reflex menoleh.
Seseorang itu datang menghampiri,dan kini berada dihadapan Chandra.
“chan, sorry..”
Ucap perempuan itu.

“sorry? Kenapa emangnya?”
Chandra bersikap biasa saja tanpa menunjukan bahwa ia ini bawel seperti biasanya, ia ingin sekali menunjukan ke tiara bahwa beberapa terakhir ini Chandra kehilangan sosoknya. Sangat kehilangan.

“reza kurang suka kalo kita akrab banget, jadi gue harap lu paham chan. Sebenernya juga gue-“
Ucap tiara terpotong

“ gua paham”
Chandra menjawab dengan senyum mengembang, dan meyakini tiara bahwa ia tak mengapa, lanjutkan saja ke uwu an lu raa. (ibaratnya).

2 bulan berlalu, Ujian Nasional selesai.
Pengumuman siswa yang lulus sudah tertera di madding sekolah.

Acara wisuda tinggal beberapa hari lagi.
Acara perpisahan serta rangkaian kegiatan akhir sudah dipersiapkan dan tinggal menunggu hari saja.

Chandra dipercaya sebagai salah satu panitia dalam acara wisuda yang akan dilaksanakan.
Ia sibuk sekali, seharusnya ia dan tiara adalah patner dalam hal ini. Nyatanya, tiara lebih memilih patner perempuan,entah alasan nya apa. Saat ini Chandra sedang tidak baik, kepalanya pening dan badan nya pegal-pegal semua sebab terlalu sibuk dalam mempersiapkan acara ini. Dan hati nya pun rapuh, sebab seseorang yang lebih memilih menghilang dan melupakan kenangan dibanding tetap Bersama meski hanya sekedar sahabat tanpa rasa.

“weyyy.. makan bang!,sibuk bener luuu”
Ucap aldi yang menegur Chandra yang sedang menatap laptopnya di kelasnya.
Aldi membawa pop mie dan es teh yang sangat menggoda jiwa yang sedang lapar.

Chandra menarik nafasnnya berat, dan menghembuskannya kembali.
Sembari menatap aldi yang sedang menyendok mie nya dan ingin segara masuk kedalam mulut aldi.

Tatapan Chandra tajam.

“santai bosss…gua nawarin makan doang bukan nawarin lu masuk kendang macan”
Ucap aldi yang terlihat ‘ngeri’ dengan tatapan Chandra.

Lalu Chandra fokus pada laptopnya lagi dan aldi balik memakan mie nya lagi.

Chandra berada bersebelahan dengan aldi duduknya.
Keadaan kelas cukup sepi, Chandra memanfaatkan keadaan itu dengan menulis proposal yang akan di ajukan pada kepala sekolah nanti.

“eh chan, lu tau ga?”
Ucap  aldi yang berbicara sambil mengunyah mie nya itu.

“nggak”
Ucap Chandra dingin dan tatapan masih mengarah pada laptopnya.

“tiara kan dilamar-“
Ucap aldi .

Chandra terhenti mengetik lalu diam tak bergeming.
Tangan nya masih diatas keyboard laptop, pandangan nya masih masih kearah tulisan-tulisan yang ia ketik itu.

Beberapa detik kemudian, ia menarik nafas berat dan membuangnya perlahan.
Dadanya seperti tertusuk besi tajam dan panas.
Nyatanya, sampai tiara dilamar orang pun, ia juga tak berani mengungkapkan rasa yang telah lama ada.
Lalu Chandra menegok kearah kiri,ke tempat aldi duduk.

Mata Chandra seakan berkata “apa iya?”
Ia masih percaya perkataan aldi barusan.

Lalu ia menutup laptopnya dan pergi tanpa pamit meninggalkan begitu saja si aldi.
Ia berjalan tak ada tujuan, akhirnya ia memutuskan pergi ke toilet lalu ke kantin untuk membeli makanan sebab sedari tadi pagi ia juga belum makan apa-apa.

Mimik wajahnya berubah menjadi dingin.
Sudah mati rasa, sudah tidak ada lagi yang dirasa.

“kalo aja gua berani ungkapin semuanya ke lu ra.”
Batinnya kecewa.

Ia sampai di depan kaca sebuah toilet pria, toilet sekolahnya.
Ia menatap dirinya dengan mata berkaca-kaca.
Perih matanya saat dirasa, sedari tadi malam menahan sesuatu yang menesakkan.

“sekarang gua harus gimanaaaaaaaaaaaaaa???,ANJING!”
Ia membatin sambil mengepalkan tangan kanannya.

Emosinya meledak kacau.
Namun, ia tak berhak marah.
Salah siapa tidak mengungkapkan rasa secepatya ke orang yang disukai?
Menyalahkan semesta lagi?

(Ternyata jadi penulis ga segampang yang gua bayangin wkwkw
Penulis harus bisa kreatif biar ceritanya menarik, so hargai penulis-penulis penerus bangsa. Thank you ..)

TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang