4

20 6 3
                                    

Haloha, apa kabar neh?
Happy reading everyone!
Tetep vote sama komentar
❤️

"Lo ngapain rebut gitu, kasik si Satya baca duluan njing!" Puspa berucap marah dan Sahadewa mendengus kesal.

"Nih!" Sahadewa memberikan novel itu kepada Satya dengan kesal. "Memperlambat aja Lo Marimar!" Ketus Puspa. "Sudah sudah" lerai Denis.

"Gue ganti baju dulu ya!" Nakula beranjak menuju kamarnya.

Nakula menghempaskan tubuhnya ke kasur lalu teringat akan sesuatu.

"Loh, baju yang dipake Satya kan baju gue. Kok bisa di dia?" Guam Nakula di kamar, saat sadar dengan baju yang tadi Satya gunakan.

•••

Sahadewa terus saja mencebik kesal, saat Satya sibuk membaca novel milik
Kakaknya. Iya dirinya akui ia tidak suka saat Satya bersikap lebih pada Nakula, ia cemburu.

Sebelumnya, ialah yang pertama kali mengenal Satya. Ialah yang dekat dengan Satya, Sahadewa selalu merasa nyaman saat bersama Satya. Bahkan ia rela menolak lelaki lain hanya demi Satya.

Namun, ia sedikit menyesal saat mengenalkan si brungsukan Nakula dengan Satya. Ia pikir Satya dan Nakula akan berteman baik saja, namun Nakula dan Satya malah saling jatuh hati.

Dan, berpacaran.

Sahadewa selalu sakit hati, saat melihat dua sejoli itu.

"Gimana, bagus gak novelnya?" Tanya Denis "bagus Den, kayaknya kita bakal resensi ini aja. Biar gak selalu tentang full romansa aja" jawab Satya sambil menutup buku itu.

"Ya sudah, mulai buruan" Puspa mengambil kertas dan pena lalu mulai menulis sesuatu.

Dan Sahadewa masih saja kesal, dan kekesalan Sahadewa diketahui oleh Satya.

"De, udah yuk buat bareng" Satya menyentuh pelan tangan Sahadewa dan Sahadewa yang sentuh seperti itu seketika merona dan memalingkan wajah.

Lagi-lagi, Puspa kembali melihat kelakuan dua orang itu. Di dalam dirinya ia sangat kesal, Satya harusnya sadar diri. Dia sudah punya pacar, masa bersikap seperti itu kepada perempuan lain. Dan perempuan lain itu adalah adik dari kekasih sendiri, demi tuhan.

"Cepetan mulainya njing!" Sarkas Puspa dan Denis yang disebelahnya terkejut. "Ngapain ngegas anjing!" Umpat Denis.

"Iya, apaan sih Lo!" Cicit Sahadewa dan langsung ditatap tajam oleh Puspa.

"Sudahlah, ayo mulai" putus Satya.

•••

"Pepsos, pepsos. Mana tuh lagu punya pepsos?" Guam Nakula di kamarnya sambil terus menggulirkan layar handphone nya.

"Nah ini dia!" Pekik Nakula bahagia dan segera ia menuju meja belajar dan mencolokkan handphonenya dengan speaker.

Seketika terdengar suara musik dari sebuah grup band, 5SOS. Nakula sudah siap dengan sapu ijuk nya dan mulai menari tidak jelas, sembari menyanyikan lirik yang ia ingat.

"And every body want to take you home tonight, but i'm gonna find a way to make you mine. Don't stop.."

Dengan volume besar ia menghidupkan musik itu, dan tidak memikirkan bising yang ia buat.

•••

"Ck, Nakula!" Teriak Sahadewa tiba-tiba dan membuat ketiga temannya tersentak.

"Woi, teriak-teriak aja Lo. Kenapa sama kakak Lo?!" Puspa menatap marah Sahadewa dan yang ditatap malah ikut melotot.

"Lo gak bising denger dia nyetel musik keras-keras gitu. Kuping Lo kemana?" Sahadewa menunjuk pintu kamar Nakula.

"Gak tuh, kuping gue masih di tempatnya. Lo aja kali yang sibuk sendiri, sewot aja Lo sama kakak Lo. Kayak kekurangan apa aja Lo, anjing!"
Puspa berucap marah Satya yang melihatnya hanya bisa menghela nafas.

"Udah Pus, jangan marah" Denis menarik tangan Puspa agar Puspa bersabar.

"Males gue, kerpok dari tadi lihat orang sensian aja. Mana suruh resensi aja, ngelirik sesuatu aja. Goblok emang!" Ya, Puspa melihat kejadian dimana Sahadewa terus saja melirik Satya.

Sahadewa yang sadar akan hal itu tiba-tiba ikut marah, "Lo nyindir gue?!"

"Enggak, gue nyindir kuntilanak!" Puspa memasukan barang-barang dengan cepat dan segera meninggalkan ketiga temannya.

"Pus, puspa!" Denis meneriakkan Puspa namun sayang, motor Scoopy milik Puspa sudah pergi keluar dari halaman rumah.

"Dasar, serampangan!" Ketus Sahadewa. "Lo kenapa sih De, dari tadi sensian mulu. Gue sama Puspa udah sadar dari tadi, Lo gak suka novel kakak Lo yang dipake. Bikin ribet aja Lo!" Denis marah kepada Sahadewa dan Sahadewa hanya memalingkan wajahnya.

"Jadi gimana mau dilanjut gak?" Tanya Satya. " Gak gue mau pulang" Denis berucap ketus dan keluar dari rumah Si Kembar.

"Sorry Sat, gue gak maksud gitu" Ucap Sahadewa menyesal dan Satya hanya menghela nafas. "Ya sudah, karena semua sudah pulang gue juga mau pulang. Bisa Lo panggilkan Nakula?" Tanya Satya, "oke" jawab Sahadewa.

•••

"La, dipanggil Satya. Dia mau pulang, gue kesel sama Lo. Bisa gak Lo, gak nyetel lagu segede itu volumenya. Lo bikin gue lepas kendali dan marah marah, dan Lo tau. Temen gue pulang semua!" Sahadewa berucap marah pada Nakula dan Nakula yang juga tidak tau apa ikut marah.

"Lah, Lo kok sewot. Lo ngajak temen Lo ke rumah, teriak teriak malem-malem gue gak marah. Giliran gue Lo pasti sewot. Lo pikir, Lo aja yang bisa?!"

"Cepetan turun, pacar Lo nunggu Lo!" Sahadewa pergi ke kamar nya setelah bertengkar dengan sang kakak.

•••

"Satya?" Panggil Nakula saat di depan pintu rumah, "kok lama?" Tanya Satya "tadi masih nyetel lagu" jawab Nakula berbohong.

"Naku, besok-besok jangan setel lagu keras keras ya. Kasian adikmu ke ganggu, lagi pula kan udah kelihatan kalau adikmu tipe gak suka keributan" ucapan Satya membuat hati Nakula sedikit sakit, Satya membela Sahadewa bukan dirinya.

"Ah, ya" Nakula membuang muka, "Naku tau, Naku yang salah" lanjut Nakula. "Ya udah, Aku pulang ya?" Satya menggenggam tangan Nakula dan Nakula mengangguk mengizinkan.

"Bye, Naku" Satya melambaikan tangannya sesaat setelah naik ke motor "hati-hati ya" sahut Nakula. Dan deru motor Satya pun terdengar dan mulai menjauh.

"Lagi-lagi seperti ini" Guam Nakula sedih, "kapan gue berada di posisi yang gak selalu disalahkan?" Dan Nakula kembali menuju rumah.

Suka? Semoga suka.
Maaf ya kalau pendek.
See you next chapter

Bubbyee Lil bye ✨

NakulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang