Sesampainya dirumah mereka mengucap salam dan masuk ke dalam rumah.Mereka baru saja malihat taksi berlalu dari depan gerbang rumah. Ulfa mengira ada tamu dirumahnya. Ulfa terkejut melihat seseorang diruang tamu, sepertinya ia mengenal orang itu. Ia kemudian menghampirinya.Disisi lain orang yang duduk di sofa ruang tamu itu merasa ada yang mendekat,Dia pun menoleh. Dan..
"Aisyah." Ulfa menutup mulut tak percaya apa yang baru saja ia lihat.
"Ulfa.."
Mereka saling berpelukan.Betapa bahagiannya Ulfa bertemu sahabatnya itu.Aisyah Nur Hasanah sahabat Ulfa sewaktu menempuh pendidikan diMalang dan dia anak Om Ali,sahabat Abah Ulfa yang menjaga Ulfa disana.Akhirnya Aisyah disini,bahkan Ulfa tidak tau bahwa sahabatnya itu akan datang.
"Masyaallah kamu tambah cantik Ulfa."puji Aisyah. Melihat perubahan Ulfa.
"Alhamdulillah bukan kah kamu juga begitu Aisyah." Mereka saling melempar pujian,dan tertawa bersama setelahnya.
Aisyah tersenyum"Bagaimana kabarmu?aku sangat merindukanmu Ulfa." Tanya Ulfa seraya mengungkapkan kerinduannya pada sahabatnya yang satu ini.
"Alhamdulillah seperti yang kamu lihat sekarang aku sehat.Kamu tau aku lebih merindukanmu dari pada kamu merindukanku.Aku terkejut kamu ada disini kenapa tidak bilang dulu kalau mau datang?"
"Benarkah kamu merindukanku?Maaf Ulfa aku mau memberimu kejutan jadi aku tidak bilang."
"Dan kamu berhasil membuat ku terkejut." Mereka berdua tertawa kecil.
Ulfa sangat ingin tahu apa yang mengantar sahabatnya ke rumahnya. Ia pun meminta Aisyah untuk memberitahukan alasan itu. Dengan senang hati Aisyah pun menceritakan secara detail tentang apa yang ingin Ulfa tau darinya.
" Jadi kamu akan tinggal disini?lalu bagaimana kuliah mu?"Tanya Ulfa.
"Aku akan lajut kuliah disini diUniversitas yang sama dengan kamu, ayah sudah menyiapkan tempat untuk aku tinggali."Jelasnya.
Belum sempat Ulfa merespon tiba-tiba Abahnya datang dari pintu depan sedangkan Umi datang dari arah dapur dengan membawa nampan yang berisi minuman dan cemilan. Di ruang tengah mereka asik berbincang. Azmi dan Hasan ikut bergabung dengan mereka. Sesuai rencana Abah, mereka akan membahas Taman Bermain yang Abah dirikan.
"Jadi apakah Aisyah bisa bantu Abah ngurus taman bermain?."
"Iya bah Insyaallah Aisyah bisa membantu mengurus taman bermain Abah.Ayah juga sudah mengurus kuliah Aisyah disini."Ujurnya. Memang benar beberapa hari lalu Aisyah dan Ayahnya sudah mengurus semua keperluan Aisyah berada di kota ini.
" Alhamdulillah kalau begitu.Nanti barang bawaan Aisyah bisa dibawa ke kamar Ya." Abah berkata sembari tersenyjm
"Maaf Abah bukannya Aisyah menolak tapi Ayah sudah menyiapkan tempat untuk Aisyah tinggal." Aisyah menolak dengan halus.
Seketika raut wajah Abah dan Ummi berubah. Bagaimana tidak Ayah Aisyah tidak membicarakan perihal ini. Abah mengatakan pada Aisyah untuk tetap tinggal di Rumahnya. Menurut Abah Seorang gadis tinggal sendirian itu tidak baik. Aisyah ingin menolak. Tapi keluarga itu menyakinkan dirinya untuk tetap tinggal. Abah yang akan memperjelas hal ini pada ayahnya.
Di Kampus
" Ulfa..!!"
Merasa namannya dipanggil Ulfa pun menoleh ke sumber suara.Terlihat seorang wanita dengan celan panjang jeans,baju lengan pendek,Rambut pirang panjang dan tas di lengan kanannya setengah berlari menghampiri Ulfa.
"Maria..,Ya Allah kenapa harus lari sih?." Ucapnya khawatir Maria akan jatuh atau tersandung.
"Hehehe...gue cuma mau balikin catatan lo yang gue pinjem waktu itu.Nih..bukunya thanks ya." Maria memberikan buku dengan sampul biru itu kepada Ulfa.
Di perjalanan Maria mengatakan bahwa ia ingin sekali bermain ke rumah Ulfa. Tapi ia takut tidak diterima oleh keluarga Ulfa. Ulfa menyangkal apa yang Maria katakan karena rumah keluarganya terbuka bagi siapa saja yang ingin berkunjung. Maria mengangguk mengerti.
*//*Setelah selesai kelas kedua Ulfa pergi ke kantin untuk mengisi perutnya.Ia mencari bangku kosong untuk memesan makanan karena hari ini ia tidak membawa bekal, bangku yang menghadap taman menjadi pilihannya terlepas lagi tempat itu kosong tidak ada yang memakai.
Disisi lain Delvano,Naufan dan Kenan juga menuju arah kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan.
"Woi bro ngga ada bangku kosong nih,gimana?" Tanya Naufan,raut wajahnya bingung.
"Ya udah cari tempat lain aja."Saran Kenan. Acuh tak acuh."Menurut lo gimana Van?" Tanya Kenan pada Delvano.Yang ditanya pun tidak merespon.
Naufan menepuk jidatnya, Bagaimana Kenan bertanya pada Delvano kupingnya aja tersumpal headset.Ia tak percaya Kenan benar-benar tol*l. Naufan tak mau bertengkar dengannya, ia menepuk pundak Delvano.
"Apaan?"Sahut Delvano dengan alis terangkat. Dan melepas Headset dari kupingnya.
"Liat no ga ada bangku buat kita,kantin yang lain juga jauh."Naufan menunjuk kantin yang penuh.
" Ehh..Itu di bangku yang kedua dari pojok kanan ada.Cuma satu cewek yang nepatin." Tujuk Kenan ke arah Ulfa.
"Maksud lo Bangku yang diduduki cewek berjilbab itu?." Tanya Naufan memastikan.
"Iya emang kenapa?."Kenan bertanya balik.
"Ngga takut dibom?." ucap Naufan sampul bergidik.
"Lo kira dia teroris apa!. Fan negara ini tu banyak yang Muslim, kampus ini juga sama. Lebarin pemikiran Lo." Jelas Kenan seakan ia paling mahir dalam pembicaraan ini.
"Apa sih to tokek. Sok pinter lo."
Bukan melerai kedua sahabatnya itu Delvano malah berjalan masuk ke kantin. Keduanya heran dengan tingkah Delvano.
"Ehh..Vano lo mau ke mana?."Tanya Kenan sedikit berteriak karena Delvano sudah menjauh dari hadapan mereka.
"Kalo lo berduan mau kelapar tinggal aja disitu."Ucap Delvano sambil terus berjalan meninggalkan mereka.
*//*
"Eh hem." Reflek Ulfa menoleh.
"Kita boleh gabung ngga soalnya ngak ada bangku kosong?." Delvano bertanya.
Ulfa hanya mengangguk sebagai jawaban. Sebenarnya ia risih berada di dekat laki-laki yang bukan mahram.Tapi ia juga punya rasa kemanusiaan.Merekakan mau makan.
"Thanks Ulfa." Delvano berterimakasih. Ketiganya kemudian duduk.
Ulfa heran. Kenapa orang itu mengetahui namanya. Tak hanya Ulfa yang heran dengan Delvano. Naufan dan Kenan juga heran. Kenapa Delvano juga mengenal gadis Muslim itu.
Ulfa mengangkat wajahnya. Matanya membulat "Del.."
"Vano. Gue Delvano." Delvano melanjutkan ucapan Ulfa.
"Maaf saya sudah selesai.Saya permisi dulu."Ucap Ulfa seperti terburu-buru.
Sepertinya Delvano tau apa yang akan Ulfa lakukan. Ya menghindar.
Benar saja,Merasa tak enak Ulfa pun pergi dari tempat itu.Tapi ketika ia hendak melangkah..
"Tunggu...."
🌸🌸🌸
Sampai bertemu di part selanjutnya..