Terlihat Abah sedang berbincang dengan seorang pria di teras rumah. Ulfa mengucap Salam yang langsung dijawab keduanya.
"Ulfa baru pulang?."
Ulfa tersenyum " Iya pak Aris. Ulfa masuk dulu ya. "
*//*
"Ulfa aku masuk ya?" Pintu terbuka Aisyah masuk menghampiri Ulfa yang duduk di meja rias.
"Ada apa Aisyah?."
"Kamu tidak terkejut Pak Aris datang ke rumah?."
Ulfa menoleh ke arah Aisyah kemudian berjalan dan duduk di samping Aisyah " Tentu tidak, Pak Aris datang karena ada urusan dengan Abah mengenai Taman Bermain. Abah dan Pak Aris itu sahabat, mereka sering menjalankan bisnis bersama."
Aisyah mengangguk mengerti " Pak Aris itu hebat ya. Masih muda sudah menjadi dosen dan pembisnis. " Aisyah menutup mulutnya ia terkejut dengan apa yang ia katakan. Ulfa tersenyum karena tingkah sahabat itu.
"Takapa Aisyah, Mengagumi seseorang itu boleh. Asal sewajarnya." Aisyah mengangguk " Mencintai juga boleh kok." Tambah Ulfa diiringi suara tawanya.
"Apaan sih ngga..." Elak Aisyah. Dan disambung tawa oleh keduanya.
*//*
"Lo pada ngapain dikamar gue!." Raut wajah kesal ditunjukkan Delvano. Bagaimana tidak, kamarnya menjadi berantakan, sampah makanan ringan dimana-mana. Tanpa merasa bersalah mereka berdua tetap fokus bermain PS.
"Sabar bray,kita juga cepek nungguin lo". Omong kosong,mana ada mereka cepak nungguin. Duduk main PS dengan santainya,apa lagi ditambah makan dan minuman tersaji di depan mereka.
"Ngapain nunggu gue balik segala?." Ucap Delvano sembari melemparkan tas punggungnya ke arah mereka.
"Ye kita ini sahabat yang baik, kita tu khawatir sama lo.Tau ngga?." Jelas Naufan.
"Ga." Jawab Delvano ketus.
"Gimana pedekatenya? berhasil?."
Delvano menatap tajam kearah mereka berdua,dan itu membuat mereka terus menggoda Delvano.
"Pastilah berhasil,siap yang ga mau sama Delvano. Ya ga?". Kenan mengangguk menyetujui apa yang di katakan Naufan.
Delvano tak menggubris perkataan mereka,ia pergi masuk ke kamar mandi. Sebenarnya ingin sekali ia melempar kedua sahabatnya itu dari rumahnya, tapi ia tak melakukannya.
*//*
Sebelumya,Ulfa tak pernah sekesal ini . Sudah dua kali ia pergi ke kantin hanya untuk menuruti kemauan Delvano. Lagi dan lagi dia terjebak dalam perjanjian itu.
Ulfa meletakkan batagor itu dihadapan delvano. Ia tak mengucap sepatah kata pun dan berlalu begitu saja.
"Mau kemana?." Tanya Delvano.
"Saya mau ke perpustakaan" Jawab Ulfa Tanpa memutar balik badannya.
"Siapa bilang boleh pergi, ikut gue."
Ulfa menghembuskan nafas kesalnya. Mau tak mau Ulfa harus menurut. Ia kemudian berjalan di belakang Delvano.Sudah hampir 15 menit Ulfa menemani Delvano di taman, Kalian tau apa yang dilakukan Delvano?. Seperti biasa ia mendengarkan musik dengan mata terpejam. Waktu yang terbilang cukup lama bagi Ulfa, terbuang sia-sia. Kenapa sia-sia? Ya karena dari tadi Ulfa hanya duduk di kursi Taman yang berseberangan dengan tempat Delvano, iya...hanya duduk.
"Berhenti." Ulfa menghentikan langkahnya.Ia berniat meninggalkan Delvano untuk mengikuti kelas.
"Mau kabur?." Delvano masih duduk di tempatnya,tidak berniat untuk menghampiri Ulfa.
"5 menit lagi kelas dimulai."
"Gue ga perduli"
Ulfa menarik nafas berusaha menjawab perkataan Delvano dengan kesabaran. " Tapi dari tadi saya sudah menemani Anda."
"Gue ga perduli !" Delvano mengulangi perkataannya dengan penekanan disetiap kata.
" Saya tidak mau berduaan dengan laki-laki yang bukan mahram." Sebenarnya Ulfa berniat pergi dari taman 5 menit yang lalu,diamana ia sadar bahwa taman itu sepi.
"Mana ada berdua,liat tu." Delvano menunjuk ke arah kolam ikan yang tak jauh dari tempat mereka berada.
Ulfa beristighfar, laki-laki dihadapannya ini sangat menguji kesabarannya."Saya pergi, Assalamualaikum." Ulfa berlalu begitu saja.ia tak perduli jika laki-laki itu marah, mengikuti kelas saat ini adalah yang terpenting.
*//*
Delvano POV
Ga seperti yang gue bayangin. Gue kira dia bakal tunduk sama gue dengan cara perjanjian itu tapi nihil. Cewe yang dari awal gue anggap lemah dan tidak berani membantah,sekarang malah sebalikannya. Sampai saat ini belum pernah ada cewe yang memperlakukan gue kaya gini. Gila,gue ngerasa direndahin.
Saat ini memang ada kelas,tapi gue lebih milih ke rooftop buat jernihin pikiran gue. Entah kenapa setiap kali gue datang ke tempat ini. Hati dan pikiran gue tenang banget seakan ga ada beban.
Naufan : Vano, Ulfa di UKK
Setelah pesan singkat itu masuk. Tanpa ragu gue pergi dari tempat itu. Gue ga tau kenapa,Ulfa siapa? seberapa pentingnya dia buat gue?kenapa gue ngelakuin hal ini?. Berbagai pertanyaan kepada diri sendiri terus bermunculan. Gue tempis semuanya, satu yang ada dipikiran gue saat ini adalah apakah cewe itu baik-baik aja.
Author POV
Delvano terus berlari kecil menuju UKK dimana Ulfa berada. Tanpa dia sadari ia menjadi pusat perhatian para mahasiswa yang dilewatinya.
"Ulfa." Dengan nafas ngos-ngosan Delvano membuka pintu UKK memanggil nama Cewe yang membuatnya khawatir.
Namun matanya melotot melihat kasur UKK kosong hanya ada Naufan,Kenan dan Maria disana.
"Kemana?." Tanya Delvano kepada mereka.
Bukan malah menjawab Naufan dan Kenan malah saling menatap satu sama lain. Seakan meminta persetujuan untuk menjawab pertanyaan Delvano.
"Jawab!."
Maria juga kesal dengan kelakuan Naufan dan Kenan. Ia menghela nafas.
"Ulfa udah dibawa ke Rumah Sakit." Jelas Maria.
Dahi Delvano mengerut. " Sama siapa? Rumah sakit mana?."
"Tadi ada laki-laki yang bawa dia, kalau Rumah sakitnya gue ga tau."
Delvano langsung menatap kedua sahabatnya. Keduanya hanya mengangkat bahu. Delvano kesal dibuatnya. Delvano menutup pintu dengan kasar. Pikiran berkecamuk, dimana Ulfa?siapa laki-laki itu?.
🌸🌸🌸