Tugas....

15 2 0
                                    

" Kenapa banyak sekali tugas???" Aku menggerutu pelan ketika melihat tumpukkan kertas yang harus ku kerjakan. Kelopak mataku mengatup. Ku tarik nafas dalam, dan ku keluarkan secara perlahan sembari ku buka kelopak mataku. Jemariku menekan beberapa tombol serta sesekali memegang pena untuk menulis.

Bibirku mengurai sebuah senyum. Senyuman manis yang menampilkan lekukan dalam di pipinya. "Semangat!" pekiknya, ditujukan untuk diri sendiri.

Kau tahu, bagian apa yang paling menakutkan dari menunda? Yaitu ketika sedetik berikutnya, kau tak akan pernah tahu, apakah nyawa dan raga masih mencengkram erat di dalam dada.

Aku tahu itu. Aku tak ingin menunda mengerjakan tugasku. Aku kembali menancapkan pandangan mataku pada tugas-tugas yang diberikan oleh dosenku.

Raga ku masih berkutat dengan tugas, ketika suara tanda pesan masuk berdenting. Mataku mengerjap. " Siapa sih, ganggu aja!" Diambilnya iphone yang tergeletak di meja belajar, disamping tugas-tugasnya.

Besok ada waktu?

Jalan yuk ! J

" Faris?" aku mengerutkan dahiku sehingga membentuk lipatan-lipatan tipis saling bertolak. Andai saja tugas ini tak menumpuk dan membuatku lelah.

Maaf, saya tidak bisa

Tugas sedang menumpuk, maaf.

Otaknya masih mengingat dengan jelas, setelah perkenalan di perpustakaan waktu itu, masih ada beberapa kejadian antara aku dan Faris ang terkadang dipertemukan disaat yang tidak tepat. Seperti saat di kantin, ketika bajunya terkena tumpahan jus buah naga, aku bertemu dengan lelaki itu. Ketika salah memanggil nama dosen dengan nama lelaki itu, dan kemudian ditertawakan, ah malu sekali!. Hingga yang paling menyebalkan adalah Faris pernah berjanji untuk mengantarkanku pulang, sampai menunggu berjam-jam, Faris tak kunjung datang, dengan dalih lupa kalau ia mempunyai jadwal latihan basket ia meminta maaf padaku. Dia membuatku menunggu terlalu lama.

Siapa yang suka dengan pekerjaan menunggu? Tentu tidak ada. Menunggu adalah pekerjaan membosankan. Hanya berteman dengan sepi. Menunggu membutuhkan waktu. Watu yang tak hanya sebentar, namun terkadang juga tak lama. Tapi, tetap saja membutuhkan waktu. Waktu terus berputar. Berputar maju. Tak mungkin berputar mundur. Kalau pun ada, itu hanya akan menentang hukum alam dan pasti akan dikenakan sanksi. Bukankah lebih baik melakukan hal lain yang lebih berguna daripada hanya sekedar menunggu?

Dan, bila yang ditunggu itu tahu bahwa sedang ditunggu, segeralah datang. Tepat waktu. Supaya yang menunggu, tak terlalu lama mengeram kekesalannya. Namun, bila yang menunggu ak mengatakan pada yang ditunggu bila sedang menunggu, lantas mau menyalahkan siapa?

Lamunanku tersadar saat mendengar pintu diketuk. Setelah sumber suara ku perslahkn masuk, rupanya sahabat ku datang, Aqilla!. Datang dengan membawa nampan berisikan es susu, dan beberapa biskuit dan cemilan lainnya.

" Hei, jangan terlalu serius za, ini weekend. Otakmu pasti butuh asupan makanan kan? Ini kubawakan untuk sahabatku tersayang" candanya

"Terimakasih qila" balasku, walaupun aku tahu, cemilan dan minuman yang ia bawakan untukku berasal dari dapur dan kulkas dibawah. Percayalah, Aqilla bukanlah tipe sahabat yang rajin membawakkanku makanan ketika datang kerumah, tapi walaupun begitu, ia tetap sahabat terbaikku.

" Kamu jadi pergi dengan Faris, za?" tanya Qila yang tentu saja mengagetkanku

Susu yang baru saja ku minum sepertinya salah jalan. Masuk ke saluran udara. Tersedak. " Uhuk...!Uhuk...!" mataku berair.

Aqilla membantu menepuk-nepuk bahuku. Membantu melancarkan jalannya air susu yang ku minum.

" kamu baik-baik saja?"

Aku yang telah berhasil pulih dari tersedak, memejamkan mata sejenak, lantas dibuka kembali kelopak mata. "Kamu bilang apa tadi, Qilla? Faris?"

****************

Tanpa aku duga sebelumnya, Faris datang ke rumahku. Tepat ketika aku sedang menaburkan pandanganku pada sang fajar. Ada 2 pertanyaan yang muncul dalam fikiranku. Yang pertama, apa tujuan Faris datang kerumahku? Bahkan kami satu kelas pun tidak, seingatku pun, aku belum memberitahu Faris mengenai jurusanku. Yang kedua adalah, Faris datang kerumahku pagi-pagi seperti ini????

Segera aku beranjak dari kasur kemudian menuju keluar untuk membukakan pintu.

" eh Faris, ngapain kamu kesini pagi-pagi? Terus, kok kamu tahu rumahku?"

" hai Meyza, sebelumnya Assalamualaikum" timpalnya dengan senyum khas nya

Bodoh! Bahkan ia belum mengucapkan salam atau bahkan mengetuk pintu, aku sudah mencecarnya dengan beberapa pertanyaan.

" waalaikumussalam"

" nahh gitu dong jawab salam hehe.....maaaf sebelumnya kalo' kedatangan aku kesini ganggu kamu. Aku ga sengaja lagi lari pagi, eh liat kamu di jendela."

"Oh gitu...sengaja banget ya kamu jogging disini? Sengaja mau ketemu aku?"

" HAHAHAHAHA....Hey,Meyza! Jangan salah sangka, deh....rumahku 2 blok dari sini"

Lagi-lagi bodoh! Ingin rasanya aku menertawai diriku yang bodoh ini, PD sekali diriku......

"yaudah, aku Cuma mau mampir sebentar aja kok, silahkan melanjutkan aktivitas pagimu, Tuan putri" pamitnya sembari mengacak rambutku perlahan.

YAAMPUN.....kenapa jantungku berdegup kencang dan entah mengapa bibir ku ini ingin selalu menarik kedua sisinya bersamaan.Tersenyum.

Hello, Sunshine!Where stories live. Discover now