Awal Mula

4 0 0
                                    

Siapa yang siap dengan LDR atau Long Distance Relationship? Begitupun aku. Aku yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta, harus pula merasakan ldr. Bukan tidak menyukai, aku hanya takut aku tidak bisa melakukannya. Bukan pula tidak mempercayai Faris, aku hanya takut "godaan" yang membuat Faris melunturkan kepercayaanku.

LDR bukan melulu soal jarak. Namun, yang ku ketahui akan 3 kata itu, hanya 1 : 1.000 orang yang bahkan mampu melaluinya. Sekalipun pasanganku, Faris bisa menjaga kepercayaan ku, pun juga dengan perasaanku yang ku titipkan padanya, kita tidak pernah tahu. Banyaknya orang yang datang satu per satu, mulai berkenalan, akan mengubah segalanya.

"huhhhhh gimana, nih" gerutu ku pelan

"DORRRR!!!"

Ya. Aku bisa merasakan dengan jelas degup jantungku tak ber-irama. "Faris!!!"

"hehehehe, maaf ya, za... Soalnya aku liat kamu lagi melamun. Yaudah, jadi iseng deh, hehehehe"

"hobi banget, deh kamu ini....Nanti kalo aku jantungan gimana?"
"Yaampun za, kamu itu masih muda, mana mungkin kena serangan jantung dengan gampangnya"

"eummm.....yaa kan kali aja"

"Ya udah, sorry deh...btw, kamu abis ini ada kelas lagi ga?"

" sebenernya ada sih, tapi dosen ku ga masuk, jadinya kosong, deh"

" bawa motor?"

"ngga bawa, kamu kan tau, aku tadi perginya sama Aqilla"

"hehehe iya,za aku lupa, maaf ya, sayang" candanya

"apa??bisa di ulang ga kalimat terakhirnya tadi apa?"

"huh pura-pura ga denger nih, ya"

"yaaa, kamu sih ngomong gitu, aneh banget"

"lah, emang kenapa? Aku ngga boleh ya sayang sama pacarku sendiri?"

"boleh sihhh, yaudah deh gapapa, sayang"

Setelah candaan itu, aku dan Faris memutuskan untuk pulang bareng. Tapi sebelum pulang, aku dan Faris mampir sebentar ke daerah taman kota untuk sekedar jajan dan menghabiskan waktu bersama. Ah senengnya, bisa menikmati waktu bersama dengan Faris. Namun, ditengah-tengah aku dan Faris sedang menikmati suasana berdua sembari makan jajanan yang sudah kami beli dan makan di dalam mobil, aku kembali teringat akan kegiatan magang Faris di Semarang nanti.

Aku memang sudah resmi menjadi pacar Faris, namun aku juga harus tahu diri. Menjadi seorng pacar, bukan berarti kehidupan Faris, 100% aku yang mengatur. Ditambah lagi kegiatan magang ini merupakan suatu kegiatan penunjang akademik Faris yang memang harus dilakukannya. Entah kenapa, mungkin ketika aku sedang asyik memikirkan itu, ekspresi wajahku pun ikut terbawa, hingga Faris menyadari bahwa raut muka ku yang bahagia beberapa menit yang lalu, sudah berubah menjadi kurang ceria.

" za?"

"za?"

"ZA!"

"ehhh iya, kenapa, ris ?"

"kamu kenapa melamun? Ada yang kamu pikirin? Apa kamu sakit?"

" eh, ngga, kok. Aku ga sakit"

"kamu kenapa melamun? Kenapa jadi murung gitu?" tanya nya lagi

"ris, aku kepikiran magang kamu. Apa ga terlalu jauh ya kamu dapetnya di Semarang"

"Semarang jauh sih, emang"

"Farissss!!! Aku serius, aku takut"

"hah?takut? apa yang kamu takutin, sayang?"

"eummm...aku takut kita berdua ga bisa ldr"

"za, aku magang Cuma 3 bulan,kok"

"Cuma????3 bulan kamu bilang Cuma? Huuhhhhhhhh"

"za, hey! Jangan cemberut gitu dong. Setelah 3 bulan aku janji pasti balik kesini, kok"

" tapi 3 bulan itu lama, ris"

"za, dengerin aku. Aku percaya ok sama kamu, kamu ngga akan nakal atau macem-macem disini. Begitu juga aku. Aku janji disana ga akan macem-macem juga. Kan aku disana kerja, magang bukan liburan"

"iyaaa ris, aku tau bukan liburan, tapi 3 bulan kita ga ketemu, loh"

" aduhhh pacarku galau nih hehe. Za, walaupun kita ga ketemu, tapi aku akan selalu kasih kabar sama kamu kok. Sekarang udah zaman now. Kita bisa selalu tukar kabar, chat, facetime, video call, atau yang lain-lain deh,za"

"tapi aku takut kamu nakal, ris. Nanti gimana kalo kamu suka sama cewe lain?"

"za, aku janji. Aku janji akan selalu kasih kabar kamu, aku juga janji ga akan nakal, dan aku akan jaga kepercayaan dan juga perasaan kamu, za. Karena aku juga sayang kamu. Percaya, deh"

Setelah perkataan Faris yang begitu tulus itu, aku berhasil luluh. Aku percaya dan bisa menjadi tenang akan ketakutanku sebelumnya akan kegiatannya itu. Sampai akhirnya seminggu kemudian, sudah tiba hari dimana Faris harus berangkat ke Semarang. Aku mengantarkannya sampai bandara, dan kami berpisah disana. Disana pula, terakhir aku bisa memegang tangan Faris dan melihat raga nya secara langsung. Terhitung hari itu, kami resmi LDR.

Hello, Sunshine!Where stories live. Discover now