Dia melihat gadis itu, gadis dengan rambut panjang terurai, mata indah, serta hidung bangir tengah menatap pohon flamboyan yang sedang berwarna. Gadis itu tersenyum, Senyum indah pualam yang membuat hati bergetar.
****
Esoknya gadis itu disitu lagi. Dia mendongakan kepala, menatap lekat-lekat setiap warna dari bunga pohon flamboyan. Dia kemudian tersenyum seakan ada suatu kepuasan yang merasuk kedalam dirinya.
****
Dia disitu lagi, Di jam yang sama, dengan posisi yang sama, di tempat berdiri yang sama, hanya gaya rambutnya yang beda. Kemarin dibiarkan tergerai hari ini di ikat.
"apa pohon ini sangat indah bagimu? "
Ucap yogi memberanikan diri berbicara ke gadis pohon ituGadis pohon itu nampak kaget, dia sedikit melangkah menjauhi yogi.
"ehh? Teman sekelas? " ucap si gadis pohon
"hehehe,maaf aku mengagetkanmu, aku cuma penasaran, kenapa tiap hari kau menatap pohon ini"
"anu,. Itu.. , aku pikir pohon ini begitu indah, di Bandung tidak ada pohon seperti ini jadi aku sangat terkesima melihatnya"
"oooh, ini pohon flamboyan, sekarat di musim kemarau tetapi mekar berwarna di musim hujan"
"oohh, kau tau banyak"
"terimakasih"
"sejak datang kesini, tempat ini menjadi favorit bagiku."
"kau mungkin hanya melihat satu titik di kota ini, jadi hanya disini tempat favoritmu."
Gadis pohon itu mengalihkan pandangannya ke remaja yang berbicara dengannya. Dia menaikkan satu alisnya mengisyaratkan tidak mengerti apa yang dikatakan oleh remaja itu.
"maksudmu?"
"kota ini banyak menyimpan harta karun, jika kau berpetualang untuk melihatnya mungkin kau akan mendapatkan hal favorit keduamu di kota ini."
Si gadis pohon tersenyum
"kau mau mengantarku? "
"eh? Ahahha, jika aku punya waktu"
"maka carilah waktu"
"aku akan mengusahakannya"
"usahakanlah, aku ingin mencari harta karun yang kau sebutkan"
Si remaja menggaruk kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke sepatunya.. Dia tersenyum canggung.
"kau Yogi Adistira kan?"
"iya itu aku"
"aku Hilda oktavia"
"aku sudah tahu namamu, kita teman sekelas"
"hahaha, tapi kupikir kita harus berkenalan secara formal"
" lakukan sesukamu"
"yogi? Senang berbicara denganmu" ucap hilda lalu mengulurkan tangan ingin berjabat tangan
"eh? Iya, senang berbicara denganmu hilda" ucap Yogi canggung lalu menjabat tangan Hilda.
Angin berhembus pelan, menggugurkan daun-daun pohon flamboyan ke jalan beton, mengubah warna abu-abu menjadi merah.
Sementara itu tuhan tengah sibuk menulis kisah mereka...

KAMU SEDANG MEMBACA
Delonix Regia [On Going]
RomansaHei? Bisa aku bertanya sesuatu? Sanggupkah kau menunggu seseorang yang bahkan kau tak tahu dia masih hidup atau tidak? Sanggupkah kau terus memenuhi janji tanpa tahu apakah orang tempatmu berjanji masih ingat akan janjimu? Apakah kamu bisa mene...