Berhari-hari Ayna memikirkan jawaban atas pernyataan Azwan. Ayna juga sudah melaksanakan shalat istikharah. Di hari libur ini Ayna berniat mengatakan semua itu pada keluarganya.
Sekarang, sudah ada Hasan, Husna dan Yusuf dihadapannya. Tapi, dia malah diam membisu.
"Ada apa, dek?" tanya Yusuf.
"Ada yang melamar Ayna.."
"Apa?!" ucap keluarganya bersamaan.
"Pak Azwan azizy. Guru fikih sekaligus pembina rohis di sekolah Ayna. Dia seorang yang baik dan santun. Umurnya 24 tahun. Berpendidikan dan alhamdulillah dia orang yang berkecukupan."
Ayna sama sekali tidak melebihkan ucapannya. Itulah kenyataan yang didapatinya dari seorang Azwan Azizy.
"Ayna ragu, bahkan sampai sekarang setelah Ayna shalat istikharah."
Ayna merasa dia hanya perlu memilih antara mau menikah atau tidak, karena dia tidak memiliki perasaan cinta terhadap yang bukan mahramnya. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan apalagi tentang perasaannya yang akan kecewa ketika dia harus kehilangan Azwan. Itu sama sekali tidak ada.
Jika Ayna menolak ataupun menerima, itu semua semata-mata hanya untuk keluarganya.
"Kakak menyerahkan keputusan ini sama Ayah dan Bunda," ucap Yusuf.
"Emang Ayna nggak merasa terbebani nantinya? Kan Ayna masih sekolah?" tanya Husna.
"Sebenernya Ayna cuma mau minta pendapat ayah, bunda, sama abang. Ayna nggak masalah, apapun yang menurut kalian baik buat Ayna, pasti Ayna jalanin. Seandainya pernikahan Ayna nanti bakalan ngeberatin, Ayna mohon, bilang aja, jangan. Kalau emang pernikahan Ayna nanti bikin kalian bahagia, Ayna mohon, bilang aja iya."
"Ayna, bunda cuma mau tau, apa kamu bahagia kalau nikah sama Azwan? Apa kamu cinta sama dia? Kamu tau kan, nikah itu kayak gimana?"
Ayna diam membisu. Dia tidak ingin keluarganya tahu perasaannya. Ayna ingin semua keputusan ini benar-benar murni dari dalam hati keluarganya, tanpa campur tangan perasaannya.
"Ayah sama bunda izinkan kalau Ayna merasa nggak keberatan. Gini aja, suruh Azwan datang kerumah. Ketemu kita semua. Sekalian ajak keluarganya biar kita bicarakan sama-sama."
Ayna terdiam. Itu berarti kedua orang tuanya menyetujui lamaran itu. Ayna hanya berpasrah dengan apapun yang terjadi walau hatinya masih ragu.
"Iya, Ayna kasih tau nanti. Ayna ke kamar dulu ya"
Melihat keluarganya mengangguk, Ayna segera masuk ke kamarnya.
Ayna:
Assalamualaikum, Pak azwanAzwan azizy :
Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Iya Ayna?Ayna :
Orang tua Ayna minta Pak azwan kerumah, bisa?Azwan azizy :
Bisa, Nanti malam juga bisa.Ayna :
Iya, sebisanya bapak aja.Azwan azizy :
Oke. Nanti malam saya ke rumah kamu. Share location ya.Ayna :
Iya, Pak.‹•.•›
Azwan tersenyum senang sambil memandangi handphonenya. Dia segera keluar dari kamarnya untuk memberitahukan hal itu kepada kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nurul ayna muslimah (Completed)
SpiritualitéAyna seorang muslimah yang taat beragama. Tapi, bukan berarti dia tidak pernah melakukan kesalahan. Tidak, setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Berbagai lika-liku hidup dirasakan olehnya hanya karena kekurangan yang dimiliki. Dia...