Ayna duduk di salah satu bangku kantin. Hari ini, Zahra tidak masuk sekolah karena sakit. Ayna baru akan menjenguknya sepulang sekolah nanti.
Kemarin Ayna tidak mengajar. Karena dia memang berencana akan libur mengajar selama seminggu. Paling tidak sampai dia benar-benar bisa beradaptasi dengan kehidupan barunya.
Dia sama sekali tidak sempat mengajar. Selain karena dia harus mengurus rumah, dia juga harus ada di rumah saat Azwan pulang. Ayna memang melarang Azwan untuk mempekerjakan pembantu. Ayna ingin mengurus semuanya sendirian. Baik rumah maupun segala keperluan Azwan.
Ayna menghela nafas panjang. Dia hanya sendirian di kantin yang sepi ini. Selama ini Ayna memang hanya dekat dengan Zahra. Dia sulit beradaptasi dengan teman-teman yang lainnya karena pergaulan mereka terlalu asing baginya.
Ayna memasukkan siomay ke dalam mulutnya.
Tiba-tiba Agung duduk didepannya.Ayna mengernyitkan dahi. "Emmm... Agung, kan? Temennya Ardhan?"
Agung mengulum senyumnya lantas mengangguk. Ayna tersenyum. Untung saja Zahra memberitahu nama-nama teman Ardhan kepadanya.
"Gue..."
Ayna mengangkat kedua alisnya.
"Kamu kenapa?"
"Gue mau minta temenin ke rumah nenek gue. Lo mau?"
"A.. Aku? Kok aku? Kan kita belum terlalu kenal."
Agung mengangguk. "Gue udah yakin lo pasti nolak. Oke." Agung berdiri.
"Eh? Kok?"
Agung pergi. Ayna kebingungan sendiri. Maksudnya apa?
Ayna mengangkat kedua bahunya. Dia sudah tidak ingin lagi mencampuri urusan pribadi orang. Dia tidak mau mengulang kejadian seperti dahulu. Ardhan. Laki-laki itu sangat marah padanya karena dia penasaran dengan keluarga Ardhan.
Ayna melanjutkan makannya.
Setelah siomay dan minumannya habis, Ayna keluar dari kantin, kembali ke kelas.
Dia duduk di bangkunya. "Eh? Punya siapa nih?" tanyanya saat melihat sebuah kotak tergeletak di mejanya.
Dia menoleh ke belakang. Hanya ada Sheryl. "Emm.. Sher, maaf, ini kotak siapa ya?"
Sheryl yang sedang memainkan handphonenya, menoleh. Dia mengangkat kedua alisnya, "Tadi ada cowok dari kelas lain dateng terus langsung naro tuh kotak disitu."
Sheryl hendak bertanya lagi, namun kelihatannya Sheryl tidak mau diganggu. Dia kembali fokus pada layar ponselnya.
Ayna menyentuh kotak itu ragu. Perlahan, dia membukanya. Surat?
Hanya ada surat.
Gue tau kita baru kenalan dan lo nggak mungkin mau ikut gue ke rumah nenek gue. Tapi yang lo harus tau, gue bener-bener butuh lo buat nemenin gue kesana. Gue, udah nggak punya siapa-siapa selain dia. Gue kangen sama dia.
Tertanda: Agung.
Ayna mengernyitkan dahinya. Agung yang tadi kan?
Bel masuk berbunyi.
Ayna menghela nafas panjang. Baru saja dia ingin pergi ke kelas Agung dan menanyakan maksud dari surat ini.
Ayna mengurungkan niatnya. Pulang sekolah aku harus tanya ke Agung.
◐.̃◐
Ayna berdiri di dekat gerbang sekolah. Matanya terus memperhatikan orang-orang yang keluar dari gerbang. Tadi, Azwan mengirimkannya alamat rumah mereka karena hari ini Azwan tidak bisa pulang bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nurul ayna muslimah (Completed)
EspiritualAyna seorang muslimah yang taat beragama. Tapi, bukan berarti dia tidak pernah melakukan kesalahan. Tidak, setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Berbagai lika-liku hidup dirasakan olehnya hanya karena kekurangan yang dimiliki. Dia...