Prolog

2.5K 134 5
                                    

Naruto Fanfiction
.
Haruno sibling 'detektif'
.
Naruto disclaimer Masashi kishimoto
.
Uchiha Sasuke x Haruno Sakura
.
Prolog:
SS
.
.
.


Suara derap langkah seseorang yang terburu-buru menggema di ruangan itu. Wajahnya yang rupawan nampak menampilkan ekspresi cemas yang begitu kentara. Ia mengabaikan sapaan maupun bungkukan hormat dari sekitarnya, dan terus berjalan lurus disertai langkah yang semakin dipacu setiap detiknya.

BRAAK!!

Pintu besar yang di dalamnya terdapat orang yang begitu ia cari itu di bukanya secara kasar. Tak cukup membuat sang pemilik ruangan terkejut, kini ia juga langsung berteriak dengan lancangnya tanpa tahu malu.

"Sakura! Tahanan kelas atas Orachimaru menghilang dari selnya!!"

Dengan penuh kepanikan ia mendekati sosok yang dipanggilnya dengan nama Sakura tadi. Ia tidak peduli kalau orang yang bersangkutan itu masih sibuk mencerna berita yang ia sampaikan. Gadis itu langsung saja menyerahkan sebuah tablet kepada sosok gadis merah muda, atasannya.

Kedua manik permata emerald Sakura melihat penuh teliti layar yang menampilkan sebuah rekaman. Umpatan kasar keluar begitu saja dari mulutnya begitu rekaman yang terputar itu berhenti dengan sendirinya.

"Kapan dia kabur, Ino?"

Ino yang diberi pertanyaan itu langsung saja menegapkan tubuhnya. "Lima belas menit yang lalu, ketua." Jawabnya yang kini akhirnya memakai bahasa yang sopan. Saking paniknya dia tadi, Ino bahkan lupa untuk bersikap hormat.

Sakura berjalan lebih dulu, dan diiringi oleh Ino di belakangnya.

"Apa kau sudah mengabari Sasori?"

"Sudah. Sai yang menyampaikan pesan kepadanya."

Sakura mengangguk mengerti. Senyum kepuasan terbit di wajah cantiknya. "Bagus."

Pujian yang singkat memang. Namun, jika itu keluar dari mulut Sakura semuanya sangatlah berharga. Gadis merah muda ini sangatlah pelit akan memberi pujian. Dan Ino, tidak menyukai sifat pelit atasannya yang satu itu.

Bertahun-tahun sudah Ino menjadi sahabat sekaligus tangan kanan setia Sakura. Namun, baru kali ini gadis merah muda ini memujinya.

Jujur saja Ino ingin memprotesnya. Tapi, mengingat kondisi genting saat ini, hal itu tidak mungkin ia lakukan sekarang. Bukannya sang tahanan yang kembali dikurung, bisa-bisa nanti dirinya yang akan dimasukkan ke dalam sel.

"Bisa kau jelaskan situasinya?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut Sakura sedikit menyentak Ino yang sedari tadi larut dalam lamunan. Kedua mata Ino melirik takut-takut ke arah Sakura, dalam hati ia berharap ketuanya ini tidak memarahinya.

"Sepertinya ada orang dalam yang membantunya kabur. Jika tidak, mana mungkin dia bisa menghilang dari sini dalam jangka waktu lima belas menit saja." Jawaban yang diberikan oleh sosok berambut merah di depannya ini membuat Ino menghela nafas lega. Ino begitu bersyukur ternyata pertanyaan itu tidak ditujukan baginya.

Setidaknya, masa depannya terselamatkan.

Sakura mengabaikan Ino yang nampak begitu bersyukur atas entah apa itu. Ia mengacak pelan surai merah mudanya pelan. Jawaban yang diberikan oleh Sasori ini memang sangatlah memungkinkan.

Pengawasan ruang tahanan ini sangatlah ketat. Belum lagi petugas yang berjaga di sana sini adalah orang-orang yang sudah tidak lagi diragukan kemampuannya. Sangatlah tidak memungkinkan untuk melumpuhkan seluruh petugas dalam jangka waktu sependek itu, dan juga akan sangat mencolok jika orang itu memang melakukannya. Suara baku hantam pasti akan terdengar, belum lagi kamera tersembunyi yang selalu mengawasi tiap ruangan siap sedia. Kalau bukan karena orang dalam, siapa lagi yang bisa melakukannya?

Jika memang orang dalam pelakunya. Itu sudah dapat dipastikan dia memiliki pangkat yang tinggi, karena tidak memungkinkan bagi bawahan mereka mengetahui jalan rahasia yang hanya segelintir orang saja yang mengetahuinya.

"Kau sudah periksa jalan itu?" Sakura memusatkan seluruh perhatiannya kepada Sasori. Ia berharap, saudaranya ini memberikan jawaban yang memuaskan.

"Sudah. Namun sayang, tidak ada sedikit pun jejak yang tersisa."

Nihil. Harapan kecil Sakura hilang begitu saja. Jawaban itu kurang memuaskannya.

"Yah.. jika mengingat orang yang satu itu, memang sangat memungkinkan baginya untuk pergi tanpa meninggalkan jejak sedikitpun." Helaan nafas keluar dari mulut Sakura. Jarinya, memijit-mijit pelan keningnya.

"Secara dia memang ilmuwan gila yang sudah menjadi makhluk entah itu apa." Rasa pusing atas menghilangnya tahanan yang begitu sulit untuk ditangkap itu tentu saja membebaninya. Apalagi jika mengingat kembali berapa lama dan berapa banyak tenaga yang ia kuras selama misi penangkapan itu, semakin membuatnya merasa lelah dan membebaninya.

"Merepotkan." Dengusan kesal tidak bisa ia sembunyikan. Sakura tidak peduli dengan tatapan Sasori yang jengkel karena baru saja mendengar ia mengeluh.

Menahan rasa kesalnya. Sasori mencoba menganggap angin lalu apa yang baru saja ia dengar. Sekarang prioritas yang harus diutamakan adalah pencarian dari tahanan yang satu itu. Tidak ada pilihan lain. Sepertinya Sasori harus melaporkan ini kepada sang ayah.

"Ikut aku." Tanpa permisi Sasori menarik atau bahkan bisa dibilang menyeret Sakura. Pemuda berambut merah itu mengabaikan pertanyaan sekaligus protes dari Sakura yang tidak terima akan perlakuannya yang menyeret dirinya secara paksa.

"Menemui ayah."

Singkat, padat, dan jelas. Sasori kini sudah berada dalam ambang batas kesabarannya. Sorot matanya tidak sedikitpun memperlihatkan kesan ramah seperti biasanya, sekarang yang ada disana adalah sorot yang penuh akan ancaman. Sorot mencekam yang begitu mendominasi suasana dalam kesuraman.

Sorot khas seorang Haruno yang begitu dikenal menakutkan. Dan juga....

Yang begitu patut untuk dihindari.

Haruno sibling 'Detektif' [Naruto Fanfiction] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang