Bab 14

1.9K 168 4
                                    

"Aku membohongimu." gumamnya lirih. "Aku menipumu untuk menyelamatkan Hiro."

Ran melarikan tatapannya pada Zac. Berbicara dengan suara yang dibuat tenang, lebih untuk meyakinkan pria itu bahwa tidak ada kejujuran di dalam dirinya.

"Gordon, Pria itu memintaku untuk merayumu. Menggunakan tubuhku untuk membuatmu berada di pihakku."

"Kau rela melakukan apapun demi kekasihmu dan menggunakanku untuk rencana kalian."

Ran memejamkan matanya, ada kekecewaan yang pekat dalam suara Zac. Membuat hatinya luruh, dan tidak utuh lagi.

"Nyawa Hiro dalam bahaya dan aku." Ran membasahi bibirnya yang kering. "Aku tidak bisa mengabaikannya."

"Walaupun harus menipuku?"

Ran menjawabnya dengan satu anggukan tegas, lebih dari yang ia harapkan.

Zac menunduk, ia sudah menyiapkan hatinya untuk mendengar kebenaran itu langsung dari Ran. Tapi saat gadis itu mengakui semua, tidak sedikitpun rasa sakitnya berkurang.

"Musim panas 5 tahun lalu, aku menyusup ke dalam sebuah organisasi obat-obatan terlarang yang di pimpin Miles Gordon."

"Kami berhasil menaklukkan mereka dan membuat beberapa orang bawahan Gordon tertangkap, tapi tidak dengannya. Gordon berhasil melarikan diri dan membuat kekacauan lain."

"Kenapa kau melakukannya?" tanyanya lirih, sementara otaknya masih sibuk memproses semua.

Zac menatap Ran dengan senyum kecut tersungging di bibirnya. "Mungkin karena aku ingin mati."

Ran seperti tidak mempercayai telinganya sendiri. Masih menatap Zac walaupun tidak seyakin sebelumnya.

"Adikku meninggal karena kesalahanku dan sejak itu duniaku berubah. Bahkan ibu," Zac menarik napasnya yang tiba-tiba sesak. "Setelah kejadian itu ibu tidak pernah menatapku dengan cara yang sama lagi."

Ya Tuhan. Walaupun Zac selalu berusaha menutupi, tapi Ran bisa melihat sorot mata abu-abu itu yang selalu di penuhi luka. Jadi ini kah alasannya...

"Dan aku tidak akan melakukan tindakan konyol seperti Bunuh diri untuk mengakhiri hidupku." Zac tertawa untuk ucapannya sendiri.

"Zac."

"Jangan menatapku seperti itu, Ran." ucapnya tegas tanpa cela. "Aku tidak membutuhkan belas kasihanmu."

Menggeleng, Alih-alih bersuara Ran memilih untuk tetap menatap Zac dengan matanya yang berembun.

"Tidak ada yang lebih menenangkan selain mati bukan," Tambah Zac dengan sorot mata yang mampu meremukkan hati.

"Maafkan aku."

"stttsss untuk apa minta maaf." Zac menangkup wajah Ran, menatapnya lekat-lekat. "Walau agak merepotkan tapi aku mensyukuri pertemuan kita."

Menggeleng, Ran menggenggam tangan Zac di pipinya. Aku tidak pantas untuk ini!

"Kau membuat duniaku yang sepi di penuhi dengan berbagai macam suara. Tangisan, tawa, juga sesuatu yang kupikir tidak akan ku temui di hidupku... Cinta."

Kumohon jangan begini... Ran merasakan pipinya basah. Begitupun hatinya yang keberadaannya tidak bisa ia rasakan lagi.

"Maafkan aku," ucapnya dengan suara yang lebih lirih dari sebelumnya.

Beberapa lama mereka saling diam. Membiarkan suara-suara di sekitar mereka meredam sesak dan rintihan pilu di hati masing-masing.

Menurunkan tangannya, Zac meraih Ran dan memeluknya erat. Menahan diri untuk tidak menyakiti siapapun yang bertanggung jawab untuk rasa sakit yang ia rasakan.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang