Bagian 2

3.1K 144 2
                                    

Saat yang sudah dinanti-nanti oleh semua pelajar adalah bel pulang sekolah. Dan kini, yang dinanti sudah menggelegar. Alana masih sibuk dengan buku-buku di depannya. Ada sedikit tugas matematika tadi, dan kebiasaan Alana adalah mengerjakan dulu semasih ada waktu.

"Alana, lo gak capek apa? Udah seharian gak ada jamkos, masih aja ngerjain tugas itu. Pelajarannya kan tiga hari lagi, Al. Bisa kan dikerjakan besok atau lusa gitu?", seru Priska, teman sebangkunya. Bisa dibilang sahabatnya semasa SMA ini.

"Gak bisa gitu dong. Kalo ada waktu sekarang, kenapa harus nunggu besok? Gak baik menunda-nunda pekerjaan, Pris", Alana sama sekali tak memandang Priska di sampingnya.

Sampai akhirnya seseorang berbadan tegap dengan tampilannya yang sedikit urakan, masuk melewati pintu kelasnya. Itu adalah Arka. Alana belum menyadari kedatangan kekasihnya itu. Sebelum akhirnya Arka sendiri yang harus menyapa.

"Al...", sapa Arka. Seketika Alana mendongak menatap Arka yang sudah berdiri di depannya.

"Udah ada Arka, gue balik duluan ya?", Priska tadinya tak tega meninggalkan Alana sendirian di kelas yang sudah sepi ini. Tapi setelah kehadiran Arka, dia bisa mempercayakan semuanya pada Arka.

Alana mengangguk, "hati-hati ya, Pris", kata yang selalu keluar dari mulut Alana ketika seseorang pamit padanya.

"Ar, gue balik dulu", pamit Priska pada Arka.

"Yoi", sahut Arka sambil menyentil jahil dahi Priska. Tentu Priska marah. Kebiasaan Arka yang tak disukai Priska adalah yang ini. "Bangke kamu mas", ujar Priska sembari menyambar lengan Arka.

Bahkan Alana tak melihat mereka berdua setelah mengucapkan kalimat terakhirnya. Arka dibuat geram sendiri oleh sifat asli Alana. Cuek. Tapi itu yang mempu membuat Arka tergila-gila.

"Sayang please, tugasnya nanti aja di rumah. Sekarang aku mau anterin kamu pulang", ujar Arka sambil duduk di kursi yang Priska tempati tadi.

"Arka please, tinggal satu lagi. Setelah itu kita pulang. Ya? Boleh ya? Please", Alana memohon pada Arka di sampingnya.

"Oke, lima menit!", Alana tersenyum bangga saat Arka memberinya tambahan waktu. Alana secepat mungkin menyelesaikan tugasnya. Sebelum Arka berubah pikiran.

___

"Turun di tempat biasa?", tanya Arka saat mereka berdua sudah ada di atas motor.

"Iya", jawab Alana dari jok belakang.

"Pegangan yang kuat, aku mau ngebut!", namun sebelum Alana berbicara, Arka sudah menaikkan tingkat kecepatannya. Alana memeluk tubuh Arka dari belakang dengan erat.

"Arka jangan gila! Kita bisa jatuh, Ar", Arka tak menggubris ucapan Alana.

"Arka aku takut".

Tetap saja, Arka sama sekali tidak menurunkan laju motornya. Sampai Alana semakin mengeratkan pelukannya, dan memilih untuk membenamkan kepalanya di punggung Arka. Arka mengerti sekarang, Alana begitu ketakutan.

Arka melajukan motornya dengan kecepatan normal. Tiba-tiba Alana merenggangkan dekapannya.

Tibalah mereka di tempat biasa Arka menurunkan Alana. Di depan gang kecil dekat halte bus. "Semenjak kita pacaran, aku belum pernah tau loh, Al. Mana rumah kamu? Siapa mama kamu? Siapa papa kamu? Kamu gak pernah mau aku anterin sampai rumah. Kenapa emang?".

"Ng..nggak apa-apa kok, Ar".

Arka tau Alana berbohong. Sebenarnya Alana ini kenapa sih? Oh, apa jangan-jangan dia punya rumah yang kecil? Tidak seperti Arka yang bahkan punya dua rumah dengan ukuran sangat besar. Tapi kalau memang kecil, kenapa harus ditutup-tutupi? Apa Alana malu pada Arka?

Sudahlah, Arka tak mau berdebat dengan Alana kali ini. Arka pasti kalah. Alana terus saja menemukan cara untuk membuat Arka diam. "Hm, ya udah kamu balik aja sekarang. Aku juga mau pulang", ucap Alana.

Arka menatap lekat setiap inci wajah gadisnya. Arka menarik tangan Alana untuk mendekat. Dan... Chupph... Arka berhasil mencium pipi Alana.

"Arka! Ini di jalan. Kamu gak malu apa?", pekik Alana.

"Aku tau, dan ngapain aku harus malu? Kamu kan pacar aku? Ya udah, aku pulang dulu ya? Nanti aku telpon", ucap Arka sebelum pergi. Setelah itu, Alana hanya melihat Arka yang semakin jauh. Alana akan pulang.

___

Jam sembilan lewat beberapa menit, Alana mengecek ponselnya yang ketinggalan. Dia tadi pergi bersama Priska ke pasar malam. Tapi malah lupa membawa ponselnya. Pasti Arka mencarinya.

Dugaannya tepat sasaran. Tujuh belas panggilan tak terjawab dari Arka. Alana mendelik kaget saat tau hal itu. Dengan keberanian yang sudah dia kumpulkan, Alana bersiap menelpon Arka. Menerima apapun konsekuensinya.

Setelah telepon itu tersambung, Arka langsung menyambar Alana dengan segala pertanyaannya.

(Kamu dari mana aja sih, Al? Aku telepon kamu dari tadi, gak pernah kamu angkat. Aku WhatsApp mungkin berpuluh-puluh kali, gak kamu baca. Kamu dari mana? Sama siapa?)

"Arka, bisa gak sih, satu-satu dulu tanyanya? Aku bingung mau jawab yang mana?".

(Oke, kamu dari mana? Sama siapa?)

"Aku dari pasar malam sama Priska. Adalagi?", Alana meminta pertanyaan lagi, mungkin Arka belum puas?

(Jangan bilang kamu baru pulang?!)

"Iya aku baru pulang".

(What the...- Alana aku gak suka kamu pulang malem. Kamu itu cewek, Al)

"Kalo aku cowok, mana mungkin kita pacaran!".

(Alana aku lagi gak bercanda!)

Alana langsung tutup mulut. Sepertinya Arka menyeramkan kalau misalnya lagi face to face.

(Kenapa gak angkat telepon aku? Kenapa juga gak baca WhatsApp aku? Jangan bilang hp kamu ketinggalan?!)

"Iya emang ketinggalan. Makanya aku gak bisa angkat telepon kamu".

(Kenapa gak ngomong dulu sama aku sebelum berangkat?)

"Aku lupa".

Arka terdiam cukup lama, Alana pun demikian. Tapi Alana merasa aneh jika Arka seperti ini. "Arka, kamu masih di sana?".

(Aku dilupain ceritanya. Fine)

"Arka jangan bilang kamu ngambek?! Ishhh childish banget sih".

(Gak, aku gak ngambek)

"Tapi ketahuan dari suara kamu".

(Emang suara aku kayak gimana? Perasaan sama aja)

"Hm, maksud aku, dari gaya bicara kamu. Aku tau kamu ngambek. Dasar, childish!".

(Lah kok jadi kamu yang marahin aku sih? Kan harusnya aku yang marah sama kamu? Denger ya, sayang... Aku gak suka kamu keluar malem-malem kayak tadi. Gak tau lagi, kalau keluarnya sama aku)

"Tapi kan aku--".

(Aku gak suka, Alana! Tetep gak suka!)

"Arka, tapi kan aku--".

(No! I still don't like this, Alana Rachelia)

"Ya".

(Artinya apa?)

"Apanya?".

('ya' tadi artinya apa?)

"Iya aku tau kamu gak suka", Alana cukup lelah untuk sekedar meladeni sifat posesif pacarnya ini.

(Jangan diulangi lagi ya?! Awas sampe ketahuan!)

"Hmmm", Alana hanya berdehem pelan.

(Ya udah, kamu tidur sekarang. Aku udah lega denger kabar kamu. Nice dream, jangan lupa mimpiin aku ya?)

(Good night, cinta. See you tomorrow)

"See you", setelah itu Alana mematikan sambungan teleponnya.

___

29/12/2018
See you again 😇

[POSESIF] Sweet ArkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang